11

6.2K 307 46
                                    

"Diam bukan berarti kalah, hanya saja menunggu waktu yang tepat untuk mencapai kemenangan."

.
.
.
.
.
.
.
.





“Akhhhh!” teriak Sandra tak terima kala mengingat kejadian siang tadi. Ia merasa dipermalukan oleh ke tiga jalang dan bahkan anak-anak Draka membelanya.

“ Udah, San. Tenang aja, rencana kita kali ini jangan sampe gagal.” Kata Maura kepada temannya.

“Itu harus, Ra. Apalagi kita udah dipermaluin didepan anak-anak lainnya.” Ucap Caca menimpali.

Bel sekolah sudah berbunyi. Suasana SMA Garuda yang awalnya ramai menjadi sepi karena sudah banyak anak yang pergi meninggalkan area sekolah. Sama halnya dengan kelas 11 IPA 2. Hanya beberapa anak yang masih berada dikelas, termasuk Dara, Feli, Killa dan satu anak lagi yang juga piket.
Dara dan Feli ada jadwal piket hari ini, sedangkan Killa hanya menunggu kedua sahabatnya itu selesai menyapu.

“Bagian gua udah kelar nih, balik duluan ya udah ditunggu,” ucap Fitri, salah satu orang yang piket hari ini.

“Hati-hati ya, Fit.” Kata Feli sambil melambaikan tangan kanannya.

“Aku mau ke kantin, kalian mau nitip apa?” tanya Killa menawarkan.

“Minum aja deh, yang biasa tar gua ganti.” Kata Dara.

“Gua juga satu ya, La.” Lanjut Feli.

“Oke, gak papa ya lama. Aku juga mau ke toilet dulu.” Ujar Killa.

Killa memutuskan untuk pergi ke kantin terlebih dahulu. Langkahnya santai menyusuri koridor menuju kantin yang lumayan sepi. Setelah membeli 3 minum dan beberapa cemilan, Killa kembali berjalan menuju kelas. Sebelum ke kelas, Killa masuk terlebih dahulu ke toilet untuk buang air kecil.

Terdengar suara pintu terkunci, dan beberapa langkah seseorang mendekat. Tak ada pikiran negatif menghampirinya, ketika baru saja keluar dari pintu toilet betapa terkejutnya Killa tiba-tiba ada kaki yang menghalangi langkahnya yang mengakibatkan Killa tersungkur ke lantai.

“Gimana? Enak jatoh?” tanya Caca sinis disusul gelak tawa dari tiga wanita itu.

Killa menahan emosinya, berusaha setenang mungking ketika menghadapi lawan. Karena ketika kita tersulut emosi disitulah lawan merasa menang. Itu kata abang-nya.  Killa bangkit dari jatuhnya, menghadap ketiga kakak kelasnya.

“Ck, bocil banget ya. Umur doang lebih tua, tapi tingkah laku sebanding sama yang gak berpendidikan.” Ucap Killa.

“Udah ngomongnya?” tanya sandra mendekat ke arah Killa.

“Pegang tangannya.” Perintah Sandra akhirnya kepada Caca dan Maura.

“Lepasin gua!” teriak Killa.

“Diem!” bentak Maura. Pegangan tangan Caca dan Maura sangat kencang membuat tangan Killa sakit sekarang.

Ponsel dalam saku Sandra berdering.

“Gimana?”

“Udah beres, Kak. “  Hanya percakapan singkat seperti itu yang Killa dengar. Setelahnya Sandra memasukan ponselnya kedalam sakunya lagi. Entah apa yang sedang direncanakan Sanda dan teman-temannya sekarang.

Flashback on

“Lo anak IPA 2 kan?” tanya Maura kepada adik kelasnya ini.
“I-iya kak. Ada apa ya?” Tanya Amad kepada Maura gugup.
“Kita ada tugas buat lo.” Kata Caca.
“Ta-tapi ...,”
“Gak ada tapi-tapian! Nih duit buat lo. Lo Cuma harus kunciin kelas itu tanpa ketahuan.” Ucap Maura sambil menyodorkan lembaran uang berwarna merah.

KILLARKANWhere stories live. Discover now