55

2.9K 94 5
                                    

"Happy Reading!"

.

.

.

.

Beberapakali isak tangis masih terdengar jelas dari bibir wanita parubaya itu. Ibu Sarah senantiasa duduk menemani putra sulungnya yang kini telah terbujur kaku. Sesekali wanita itu menggosok-gosokkan tangannya guna memberi kehangatan pada tangan anaknya yang kini benar-benar terasa dingin. Matanya benar-benar sembab, dirinya tak kuasa menahan duka atas kepergian anaknya.

"Rasanya berat, Kak. Ibu gak sanggup liat kamu kayak gini."

Tangannya membelai rambut hitam anaknya, sesekali mencium wajah Gavin yang kini telah memejamkan matanya. "Ibu coba buat ikhlas ya, Kak?"

"Ibu sayang kamu," ucapnya lirih.

"Ibu istirahat dulu yuk?" ajak Dara sopan, tangannya senantiasa mengusap punggung ibu Sarah lembut berusaha memberinya ketenangan.

Ibu Sarah menggeleng. "Ibu di sini aja. Mau nemenin anak ibu."

"Ini diminum dulu, biar ibu lebih tenang," ucap Feli lembut sambil memberikan gelas berisikan air minum.

Dara berdiri dari duduknya, membantu Killa yang kini tengah di rangkul Evan. Matanya benar-benar sembab. Jelas, kecelakaan itu terjadi tepat beberapa saat Gavin mengungkapkan perasaanya yang sebenarnya.

Killa memeluk tubuh jakung Evan. Wanita itu kembali menumpahkan air matanya. Ia benar-benar tak sanggup menyaksikan semua kenyataan pahit ini. Hati Evan benar-benar terasa tercabik setiap kali mendengar isak tangis penuh rintihan yang keluar dari bibir sang adik. Untuk saat ini, dirinya benar-benar berusaha memberikan tempat ternyatan guna menenangkan Killa.

Dari arah belakang, laki-laki yang kini juga mengenakan pakaian serba hitam itu benar-benar terlihat kacau. Feli yang semula duduk di samping ibu Sarah kini ikut berdiri di samping Dara memberikan tempat untuk laki-laki itu.

"Lo bener-bener pergi?"

"Gue sekarang di sini. Jangan pergi tinggalin gue sama ibu, Kak!" isaknya penuh dengan kesakitan.

Laki-laki itu adalah Rey. Semua terlihat tak percaya. Teruntuk Evan dan Raka yang memang sudah mengetahui hubungan kakak beradik antara Rey dan juga Gavin tak begitu memperlihatkan raut wajah terkejutnya. Lain halnya dengan Raja, Ken, khususnya Arkan yang semakin di buat merasa bersalah.

"Adek? Sini sayang peluk ibu?" Ibu Sarah menepuk pelan pundak Rey, memberi isyarat kepada anaknya yang sudah lama tak pernah ia lihat secara dekat.

Rey berbalik dengan tatapan hancurnya. Kantung matanya jelas terlihat pada mata laki-laki itu. Dengan cepat Rey memeluk wanita yang sudah lama ia rindukan.

"Rey udah di sini sesuai permintaan kak Gavin, tapi kenapa dia justru pergi ninggalin kita?" ucapnya. Rey semakin mengeratkan pelukannya. Menyalurkan rasa sesak pada hatiinya melalui pelukan ternyaman yang bahkan belum pernah dirinya rasakan.

Isak tangis terdengar dimana-mana. Bahkan kini Feli yang sedari tadi hanya terdiam kini justru menangis dalam dekapan Raja. Semuanya terasa seperti mimpi. Hanya beberapa minggu saja setelah kepergian kedua orang tuanya, Killa justru harus merasakan kembali kehilangan lagi.

Setelah dirasa cukup tenang, Killa mendekat ke arah tubuh Gavin. Cukup lama Killa terdiam hanya untuk menatap wajah laki-laki baik yang bahkan selalu ada untuk menyembuhkan lukanya. Killa mengusap rambut Gavin pelan lalu turun mengusap pipi pucat yang kini benar-benar terasa dingin pada kulit telapak tangannya. Semua yang wanita itu lakukan tak lepas dari iris mata berwarna hitam gelap milik Arkan. Laki-laki itu hanya mampu terdiam menyaksikan semuanya.

KILLARKANDove le storie prendono vita. Scoprilo ora