16

5.7K 306 100
                                    

"Gua diem aja laku apa lagi murah. Dari pada kalian, udah jual murah gak laku lagi. Gak malu, hah?!"

.
.
.
.
.
.

“Azka, ini tugas anak-anak udah semua.” Kata Killa pasti setelah menghitung jumlah buku diatas meja guru.

“Oke, bentar. Gua mau ke toilet, jangan kemana-mana! Tunggu gua!.” Perintah Azka sambil mengedipkan mata kanannya.

Killa duduk menunggu Azka, Ketua Kelas 11 IPA 2. Suasana kelas sudah sepi, hanya ada dirinya saat ini. Dara dan Feli sudah pulang dengan jemputannya masing-masing.

Brakk!

Suara gebrakan pintu terdengar keras, membuat Killa terlonjak kaget. Ternyata itu ulah Sandra dan teman-temannya. Killa memutar bola matanya malas, hari ini dan seterusnya Killa tak ingin berurusan lagi dengan mereka.

“Udah berapa kali gua peringatin ke lo! Jauhin anak-anak Draka! Bukan ngedeketin sana sini!” Bentak Sandra tepat di wajah Killa.

Killa memejamkan mata dan menahan nafasnya sebentar, berusaha sabar menghadapi kakak kelasnya ini. “Bisa jauhan? Mulut lo bau soalnya.” Ucap Killa santai, membuat Sandra menggeram atas balasan Killa barusan.

“Kalo kalian punya hak gak suka sama gua cuma gara-gara gua deket sama anak-anak Draka, gua juga punya hak buat gak peduli kalo kalian gak suka sama gua. Gampangkan?” lanjut Killa.

"Cih, murahan banget lo mau dideketin sana sini!" Kali ini bukan Sandra yang berbicara, melainkan Maura.

"Dih gak sadar diri lo? Gak ada kaca? Gua diem aja laku apa lagi murah. Dari pada kalian, udah jual murah gak laku lagi. Gak malu, hah?!" balas Killa tak mau kalah.

“Lama-lama gak ada sopan santunnya ya lo?!” ucap Caca hendak menampar Killa. Tapi tangannya dicekal oleh laki-laki yang kini berada disamping Killa.

“Bukannya lo semua yang gak punya sopan santun?” tanya Azka santai lalu menghempaskan tangan Caca.

Azka mendekat ke arah Sandra, mendekatkan wajahnya ke telinga wanita itu. “Sadar diri tolong! Lo masih bisa disini karena orang tua lo mohon-mohon biar lo gak dikeluarin dari sekolah ini kan?!” bisik Azka tepat ditelinga Sandra. Lalu melangkah mundur sedikit menjauh dari wanita itu.

“Abang gua nyari cewe juga yang bermutu kali. Bukan asal ngambil dari tong sampah!”  lanjut Azka. Sudah 2 tahun berada satu kelas yang sama dengan Azka ternyata sifatnya bisa menjadi seperti Arkan.

Wajah Sandra sudah merah padam, jika saja Azka bukan adik dari Arkan sudah pasti Azka akan menerima akibat dari ucapannya barusan.

“Ayo cepet, keburu kantor ditutup.” Ucap Azka menarik tangan Killa meninggalkan ruang kelas.

Setelah selesai mengumpulkan tugas di meja Bu Risma, Azka dan Killa berjalan menyusuri koridor berniat untuk pulang.

“Sorry ya, La. Gua ada urusan mendadak jadi gk bisa anter pulang.” Ucap Azka merasa tak enak. Sedangkan Killa menampilkan raut wajah sebaliknya.

“Santai aja kali, aku gak papa kok.” Kata Killa.

Azka membalas senyum Killa barusan. Dengan begini dirinya sedikit lega meninggalkan Killa untuk pulang sendirian. Lagi pula jam masih menunjukan pukul empat sore. Masih terlihat terang langit hari ini.

Setelah Azka berpamitan untuk pulang, Killa berjalan menuju halte untuk menunggu angkot ataupun taxi yang lewat.

Suasana sudah mulai sepi, jam sudah menunjukan pukul lima sore. Tak tersa sudah satu jam Killa menunggu tapi angkutan yang sedari tadi Killa tunggu tak kunjung datang. Tiba-tiba motor ninja berwarna hijau  tua datang menghampirinya. Laki-laki dengan seragam berbeda dengan seragam sekolahnya, tiba-tiba mendekat ke arahnya.

KILLARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang