12

6.1K 346 87
                                    

"Jika tidak bisa menjadi baik, setidaknya jangan menjadi jahat. Tolong jangan gantikan tugas setan!"

.
.
.
.
.
.
.
.


“Lama banget sih temen lo!” ucap Dara tak tahan menunggu Killa yang sudah hampir setengah jam tak kunjung kembali.

“Killa temen lo juga kali.” Kata Feli menimpali.

“Diem lo!” bentak Dara tak sabar.

“Gua telfon nih bentar.” Feli menghubungi nomor Killa, tapi justru suara ponsel itu terdengar dari tas Killa. Itu berarti Killa pergi tak membawa ponselnya.

Klekk

Suara pintu terkunci membuat Dara dan Feli semakin panik. “Woy siapa yang kunciin pintu tai! Masih ada orang disini!” teriak Dara.

“Ra, ini gimana? Kayaknya ada yang sengaja ngunciin kita disini!” teriak Feli bingung dengan situasi saat ini.

“Gua rasa Killa gak balik-balik juga ada sangkut pautnya sama ini.” kata Dara sambil berpikir.

“Sandra.” Nama itu yang kini terlintas dipikiran Feli. Dara memandang Feli, membayangkan bahwa Sandra sedang melakukan hal bodoh kepada Killa.

“Telfon kak Raka sekarang, Fel!”

“Gua gak punya nomernya. Coba lo telfon Ken.” Balas Feli panik.

“Gua udah hapus nomernya anjir!”

“Akhhh bangsat!” teriak Dara akhirnya.

“Lo gak bisa panjat jendela?” pertanyaan Dara mendapat anggukan dari Feli.

“Oke! Gua keluar lewat jendela minta tolong orang buat keluarin lo dari sini. Terus kita sama-sama cari Killa.” Putus Dara dengan pemikirannya itu.

“Oke cepet balik!” Dara memanjat jendela dengan susah payah, berlari keluar mencari bantuan.

Dara panik harus meminta bantuan kepada siapa sekarang ini. Apalagi waktu yang sudah menunjukan jam enam membuat semua orang sudah pulang. Matanya tak sengaja melihat Gavin yang baru saja keluar dari ruang musik. Dara berlari secepat mungkin menemui kakak kelasnya itu.

“Kak Gavin!” teriak Dara membuat Gavin berhenti berjalan.

“Loh, kenapa masih disekolah?” tanya Gavin.

“Udah gak usah banyak bacot! Tolongin temen gua, kayaknya ada orang yang sengaja ngunciin pintu tadi.” Mendengar itu Gavin berlari disusul oleh Dara dibelakangnya menuju kelas.

Disisi lain, Arkan dan anak-anak Draka lainnya tengah berkumpul seperti biasa di wartong.

Brakk

Suara pintu dibuka paksa terdengar mengagetkan seisi ruangan.

“Ngapa lu anjir? Kayak abis dikejar titan,” tanya Raja kepada Rio, adik kelasnya yang juga anggota Draka.

“Soso loyo soso loyo,” suara Raka menirukan lagu pada anime Attack on Titan.

“Sasageyo, monyet!” Teriak Rey  tak terima, salah satu penggemar Sasha AOT. Rey menangis karena karakter favoritnya mati, dan itu pun kali pertama sahabatnya melihat Rey menangis karena anime. Satu minggu Rey ditertawakan oleh tiga manusia semprul. Raka, raja dan Ken.

“Kenapa?” Tanya Evan kepada Rio.
Rio masih mengatur nafasnya karena berlari dari lantai dua kelasnya hingga markas yang lumayan jauh.

“Itu ... Pacarnya Bang Raka,” mereka semua tau siapa yang maksud Rio saat ini.

KILLARKANDonde viven las historias. Descúbrelo ahora