47

2.9K 111 16
                                    

Happy Reading!

.

.

.

"Dua kali Killa obatin luka kak Rey di tempat yang sama," ucap Killa tetap fokus pada kedua tangan laki-laki itu.

"Dua kali juga lo liat gue kayak gini," ucap Rey dengan tatapan mata fokus pada wajah Killa.

Saat ini mereka berada di UKS untuk mengobati luka Rey. Wanita itu mendongak, menatap iris mata berwarna coklat gelap itu sekilas. Killa tersenyum mendengar penuturan kakak kelasnya itu. Tatapannya kembali fokus pada luka di kedua punggung tangan Rey. Dengan telaten, wanita itu membersihkan, memberi obat, lalu membalut luka itu menggunakan kain kassa.

"Kayak gini? Maksudnya liat kaka Rey mukul tembok tau liat kak Rey nangis?" ucap Killa berusaha mencairkan suasana.Laki-laki itu diam. Tak berniat untuk membalas ucapan wanita di hadapannya saat ini.

"Lain kali tahan ya, Kak? Killa tau hati kak Rey pasti sakit, tapi di usahain jangan nyakitin diri kak Rey juga. Kalo nangis, menurut Killa gak masalah. Cowok juga manusia. Jadi wajar kalo ngerasain sakit terus nangis. Bang Raka juga kalo lagi galau sering nangis," ucap Killa panjang lebar menjelaskan dengan diakhiri kekehan setelahnya.

"Kak Rey jangan bilang bang Raka ya? Nanti dia marah-marah ke Killa," kata Killa sedikit memberi peringatan.

Rey tersenyum, mengalihkan pandangan sejenak lalu kembali menatap wanita itu. "Hmm."

"Janji loh! Pokoknya kalo nanti bang Raka marah-marah ke Killa, kak Rey orang pertama yang Killa temui!" tunjuk Killa tepat di hadapan wajah Rey. Rey mengangguk, tanpa disangka-sangka sudut bibirnya terangkat.

Setelah selesai mengobati luka pada tangan Rey, Killa membereskan obat dan kain kassa yang semula digunakan ke dalam kotak P3K. Ponsel milik Killa berdering. Matanya membulat, seketika tersadar ketika membaca nama yang tertera pada ponselnya.

"Halo, lo dimana?" tanya laki-laki dari seberang sana.

"Halo, Azka. Iya ini Killa ke situ. Tungguin ya?" ucap Killa lantas langsung mematikan panggilan pada ponselnya.

Wanita itu memasukan ponsel pada tas miliknya, lalu menggendongnya. "Kak, Killa duluan ya mau ngerjain tugas sama Azka," ucap Killa sambil melambaikan tangannya cepat.

Baru beberapa langkah, suara laki-laki yang kini masih duduk di kursi UKS itu membuat Killa bebalik badan. "Killa?" panggilnya.

"Iya, Kak?"

"Hati-hati," ucap laki-laki itu sambil menjeda ucapannya.

"Makasih," lanjutnya. Killa tersenyum, mengangguk sebagai jawaban. "Semangat terus ya, jangan sedih."

Setelah mengatakan itu, wanita dengan jepit rambut di kepalannya itu pergi meninggalkan UKS dan berlari menuju parkiran.

"Dari mana aja? Gue udah mikir yang enggak-enggak nih. Yang ada kalo lo kenapa-kenapa gue bisa abis sama bang Arkan," ucap Azka sedikit khawatir ketika Killa baru sampai di hadapannya.

"Maaf ya, tadi Killa ke toilet dulu," ucap Killa berbohong. Killa sengaja tak mengatakan jika dirinya baru saja ke UKS. Yang ada Azka akan bertanya hingga keakarnya. Apalagi Azka tipe cowok kepo yang tak akan berhenti bertanya jika jawaban yang diberikan tak sesuai dengan apa yang ia inginkan.

"Ya udah ayo." Azka memberikan helm milik Killa yang semula berada di motor Arkan. Benar, tadi pagi sepasang kekasih itu berangkat bersama ke sekolah. Dan seperti biasa juga, suasana sekolah menjadi ramai karena hal itu.

KILLARKANWhere stories live. Discover now