54

2.7K 97 20
                                    

"Happy Reading!"

.

.

.

Teriakan orang-orang di sana terdengar samar-samar. Killa masih terpaku memeluk tubuh laki-laki yang baru beberapa menit menyatakan perasaanya. Air matanya terus mengalir membasahi pipi. Tak henti-hentinya Killa menguncang tubuh Gavin agar kembali bangun. Tak lama setelah itu suara sirine ambulan terdengar. Petugas berbaju putih-putih mengangkat tubuh Gavin yang tak berdaya. Sedangkan Killa dengan isak tangis yang masih ketara ikut menaiki mobil ambulan sambil mengenggam tangan Gavin yang mulai tak sehangat biasanya.

Sesampainya di rumah sakit, Killa mengikuti Gavin yang kini sudah didorong di atas brankar oleh perawat. Air matanya belum mengering, tangannya yang masih bergetar dengan warna merah karna darah.

Di depan pintu masuk ICU, tubuh Killa di tahan oleh salah seorang perawat agar tak masuk ke dalam ruangan. Wanita itu menangis sejadi-jadinya, suaranya terdengar memilukan.

"La?" seorang laki-laki berlari menuju ke arahnya.

Killa tak menjawab, dan tubuhnya langsung jatuh tersungkur masih dengan tatapan yang tidak percaya. Lantas laki-laki itu memeluknya dari belakang. Laki-laki itu tak lain adalah Evan, abangnya. Sebelum sampai di rumah sakit, wanita itu menyempatkan untuk meghubungi abangnya dengan suara tangis yang semakin membuat abangnya panik. Evan datang tak sendirian. Laki-laki itu datang bersama Raka dan juga Raja yang memang saat itu ketiganya tengah berada di rumah Evan.

"Apa yang terjadi?"

Wanita itu tak mampu menjawab, mulutnya terasa kaku hanya untuk mengatakan sepatah katapun. Killa semakin menangis memeluk abangnya, meminta untuk masuk kedalam ruangan ingin melihat kondisi Gavin di sana.

Tak lama setelah itu, ibu Sarah datang dengan di bantu oleh Dara dan Feli yang memegangi kedua tangannya. Langkahnya sempoyongan dengan tatapan mata kosong mengarah ke ruang ICU. Di belakangnya terdapat Ken, Rey, dan juga Arkan.

"Ibu?" panggil Killa pelan dengan suara parau akibat menangis lama. Killa berdiri di bantu oleh Evan untuk menemui Sarah, ibu Gavin.

Kini semua orang berkumpul di depan ruang ICU. Ibu Sarah tak henti-hentinya menangis ketika Killa menceritakan semua kejadian itu. Dara dan Feli ikut membantu menenangkan wanita paru baya itu. Evan dan Raka yang juga menenangkan sang adik. Raja masih bolak balik di depan pintu. Ken yang sedari tadi menunduk tak menyangka jika semuanya akan seperti ini. Arkan yang kini tengah memijit kepalanya frustasi. Sedangkan Rey hanya memandang semua suasana ini dengan tatapan kosong, tak percaya jika semua ini terjadi.

"Ini cuma mimpi?" ucapnya bermonolog. Tanpa disadari satu bulir cairan bening meluruh melewati pipi mulusnya lalu mengusapnya kasar.

Setelah beberapa lama pintu ICU tertutup rapat, seorang dokter keluar dari pintu itu yang membuat semua orang berharap apa yang akan di sampaikan selanjutnya adalah kabar baik.

"Gimana keadaan anak saya?" tanya Sarah dengan tangan menghapus air matanya kasar.

Sang dokter menghela napasnya pelan. "Benturan yang cukup keras mengakibatkan pembuluh darah pecah pada bagian kepalanya membuat pasien tidak bisa di selamatkan."

Bagaikan di sambar petir, Killa benar-benar seperti merasakan ribuan belati menancap tepat pada hatinya. Tatapannya kosong, bahkan kakinya begitu lemas sampai-sampai dirinya akan jatuh jika saja ke dua abangnya tak menahan. Otaknya masih mencerna apa yang baru saja dirinya dengar. Tiba-tiba Killa tersadar dari lamunannya ketika mendengar isak tangin yang menyedihkan dari seorang wanita paruh baya. Bahkan beberapa perawatpun ikut datang untuk mencoba menenangkannya.

KILLARKANWhere stories live. Discover now