24

5K 275 78
                                    

Arkan hendak menghampiri Killa, tapi tiba-tiba Garra bangun dan langsung menyerangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arkan hendak menghampiri Killa, tapi tiba-tiba Garra bangun dan langsung menyerangnya. Untung saja Arkan mampu menghindar. Perkelahian terjadi, satu lawan enam. Dan tentu saja Arkan yang menang.

Bukan Garra jika tak ada rencana licik. Garra bangun lalu berlari membawa pisau lipat menuju ke arah Killa. Arkan yang melihat itu sontak ikut berlari.

Dan ya, Arkan berhasil melindungi Killa dari pisau dengan menggunakan tubuhnya.

Killa yang kaget dengan perlakuan Arkan yang berlari lalu langsung memeluknya erat membuat dirinya menutup matanya rapat. Semuanya terasa begitu cepat, bahkan Killa tak tahu pasti apa yang terjadi barusan. Ketika membuka matanya, Killa melihat Garra dan juga para temannya melarikan diri.

"Jangan takut, gua di sini." Suara Arkan yang begitu lembut tak seperti biasanya masuk ke dalam pendengaran Killa. Arkan berkata dengan terus mendekap tubuh Killa erat.

"Kak Arkan," Panggil Killa pelan. Killa hendak melepaskan pelukan Arkan tapi tiba-tiba tubuh Arkan meluruh hampir terjatuh jika Killa tak menahannya.

"Kak Arkan kenapa?!" Tanya Killa panik. Killa duduk di aspal dengan tangan kiri terus memegangi tengkuk Arkan. Killa kaget ketika melihat pinggang Arkan mengeluarkan banyak darah.

"Hiks... Kak, pinggangnya berdarah." Air mata mengalir membasahi pipi Killa.

"Darahnya gak mau berhenti! Killa harus gimana?!" Killa menangis sejadi-jadinya, berusaha menghentikan darah yang terus mengalir menggunakan tangan kanannya. Tapi tetap tak berhasil, tangannya yang putih kini berubah menjadi merah.

Gavin berusaha bangkit, menahan seluruh tubuhnya yang terasa sakit akibat dikeroyok tadi. Mengambil ponselnya untuk meminta bantuan.

"Halo, tolong kirim ambulans ke jalan merbabu sekarang juga. Ada yang terluka." Setelahnya sambungan telepon terputus.

"Jangan nangis, udah ya? Gua gak kenapa-kenapa." Arkan menghapus air mata yang terus mengalir membasahi pipi Killa. Berusaha terlihat baik-baik saja untuk menenangkan Killa, padahal sebenarnya tidak baik-baik saja. Terlihat jelas bagaimana cara Arkan berbicara kepada Killa, terdengar lemas bukan seperti Arkan yang selalu terdengar tegas dan dingin.

"Bentar lagi bantuan dateng." Gavin mendekat ke arah Killa dengan tangan yang terus memegang perutnya.

Killa mendekap Arkan erat, dengan tubuh yang terus bergetar dan isak yang terdengar jelas.

.............................................................

Sesampainya di rumah sakit, Arkan langsung mendapat penanganan oleh dokter. Sedari tadi Killa hanya terdiam memandang tangannya yang penuh dengan darah Arkan. Bahkan ucapan Gavin sama sekali tak dihiraukan Killa sedikitpun.

"Arkan pasti bakal baik-baik aja, jangan sedih terus." Gavin berusaha menenangkan Killa, tangannya terus mengelus punggung Killa agar lebih tenang.

KILLARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang