6

7.8K 396 115
                                    

"Biarlah semua berjalan apa adanya. Perlahan tapi pasti."

Gavin Mahardika

.
.
.
.
.

Dua motor ninja merah memasuki area sekolah. Siapa lagi jika bukan sepasang kakak beradik itu, Arkan dan Azka. Kini mereka menjadi pusat perhatian siswi yang berada di lingkungan itu. Meskipun kakak beradik, mereka berdua memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Arkan dengan tampilan yang urakan sedangkan Azka selalu menjaga penampilannya. Sikapnya pun berbeda, Arkan selalu menampilkan raut wajah datarnya, berbeda dengan Azka. Memiliki muka tampan melebihi batas membuat mereka dengan mudah menarik perhatian dimanapun mereka berada.

Arkana Delvan Adhitama dan Azka Ezra Adhitama merupakan putra dari pasangan Adhitama dan Ara Adiwijaya yang tak lain pemilik SMA Garuda. Adhitama merupakan keluarga amat sangat terpandang karena Tama merupakan salah satu  pengusaha sukses yang ada di Indonesia. Perusahaannya sudah tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Mereka memarkirkan motornya berdampingan dan langsung melepas helmnya masing-masing.

“Tumben bareng, kayak orang pacaran,” gurau Raka, sahabat Arkan yang baru saja sampai bersama Raja.

“Lo gila ya, Ka? Merekakan sodara, sama-sama laki juga. Masa iya pacaran?” tanya Raja heran.

Sabahat mereka yang satu ini otaknya memang patut diragukan. Bagaimana tidak, dari ke lima sahabat Arkan hanya dia yang begonya melebihi batasnya orang bego. Percuma ganteng kalo otak gak ada.
Tanpa ba-bi-bu Raka menjitak kepala Raja, berharap ada kemajuan di pikirannya itu.

“Bego kok dipelihara,” ucap Raka sambil memutar bola matanya malas.
“Aishh! Ngapa gue kena jitak goblok?” umpat Raja tak terima sambil memegangi kepalanya yang sakit.

“Gimana mau ada perubahan, temennya aja pada gak punya otak,” celetuk Azka yang disabut senyuman tipis dibibir Arkan.
Pusing mendengar keributan kedua sahabatnya itu, Arkan lebih memilih pergi menuju kelasnya. Sedangkan Azka sudah terlebih dulu pergi.

.................

Hari ini siswa siswi SMA Garuda bebas melakukan apa saja asalkan masih didalam area sekolah. Dikarenakan guru-guru sedang melakukan rapat penting, katanya. Entah apa yang sedang mereka bahas yang jelas hari ini mereka semua bebas.

Sama halnya anak-anak kelas XI MIPA 2. Mereka semua merayakan jam kosong kali ini dengan cara masing-masing. Dipojok kelas diisi oleh anak laki-laki yang tengah mabar game online, dibagian tengah dimanfaatkan oleh anak-anak  perempuan untuk bertukar gosip terbaru. Dapat dihitung beberapa anak saja yang memanfaatkan waktu untuk belajar. Sedangkan Feli dan Dara sedari tadi sudah tertidur lelap.

Killa bosan dengan situasi kali ini, ingin tidur tetapi tidak mengantuk, ingin makan tetapi tidak lapar. Hampa sekali rasanya hari ini.

Killa memilih pergi keluar kelas, menyusuri koridor entah kemana. Bisa saja setelah ini Killa lapar dan akhirnya pergi ke kantinkan?
Langkahnya terhenti di depan pintu bertuliskan “Ruang Musik”. Ingatan Killa kembali mengingat kejadian dimana dirinya mendengarkan kakak kelasnya bermain gitar sambil menyanyikan lagu. Tangannya perlahan membuka knop pintu, matanya melihat banyak alat musik diruangan ini.

Killa berjalan  memasuki ruangan tersebut. Tangannya terulur mengambil satu alat musik, gitar.
“Masih bisa gak ya? Udah lama banget gak main gitar sama abang.”
Jari lentiknya mulai memetik snar gitar yang perlahan menghasilkan rangkaian nada indah.

“Gak terlalu buruk ternyata,” uajar Killa kepada diri sendiri.

Izinkan ku lukis senja
Mengukir namamu di sana
Mendengar kamu bercerita
Menangis, tertawa
Biar ku lukis malam
Bawa kamu bintang-bintang
Tuk temanimu yang terluka
Hingga kau bahagia

KILLARKANحيث تعيش القصص. اكتشف الآن