34

4.3K 165 11
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


.

.

.

.


“Killa?”

Killa memejamkan matanya sebentar, menarik napas lalu membuangnya perlahan. Sudut bibirnya membentuk lengkung tak seperti biasnya. Kali ini jelas sekali jika wanita itu sangat memaksakan.

Killa membalikan badan menghadap laki-laki yang memanggilnya barusan. “Iya, kenapa?” tanya Killa dengan senyum yang masih terlihat dipaksakan.

Laki-laki itu masih diam, matanya memandang tepat pada iris mata cokelat milik Killa. “Kak Arkan kenapa? Apa karena kena bola tadi? Sakit?” Killa bertanya seraya mengulurkan tangan ingin mengusap punggung  Arkan.

Killa sedikit kaget ketika tangan besar milik Arkan menghentikan pergerakan tangannya, tapi justru mengarahkannya ke dada milik laki-laki itu. “Ini yang sakit, waktu ngeliat lo sama sahabat gua.” Killa mengedipkan matanya beberapa kali. Tak percaya jika Arkan mampu berbicara seperti itu kepada dirinya. Sampai akhirnya perkataan Arkan selanjutnya menyadarkan Killa dari lamunannya.

“Gua haus, bagi minum.”

“Killa gak bawa minum lagi, lagian itu ditangan kak Arkan bukannya ada botol minum yang dikasih sama kak Sandra?” Killa menampilkan raut wajah kesalnya dihadapan Arkan sambil menunjuk botol minum yang Killa tau itu pemberian Sandra.

Arkan tersenyum tipis melihat raut wajah kesal Killa. Lalu membuang botol itu ke tempat sampah di dekat mereka. Killa membelalakan matanya tak percaya. “Katanya haus, kok di buang sih!” omel Killa.

“Gak suka.” Dengan gampangnya Arkan mengatakan hal itu? Killa benar-benar tak habis pikir dengan kakak kelasnya yang satu itu. Tanpa disangka-sangka, Arkan mengambil air mineral yang sebelumnya sudah diminum setengah oleh Killa lalu meminumnya sampai habis.

“Eh itu punya Killa tau,” ucap Killa sambil menunjuk air minum yang kini sudah habis tak tersisa.

“Ya terus?”

“Katanya gak suka, tapi minum Killa dihabisin,” protes Killa.

“Karna ini punya lo, yang tadi bukan.” Killa sedikit kesal dengan Arkan yang sekarang. Tubuhnya berbalik hendak meninggalkan laki-laki itu. Lagi-lagi pergelangan tangannya di cekal.

“Kenapa?”

“Apanya?”

“Cemburu?”

“Apa sih gak jelas banget.” Killa benar-benar dibuat kesal oleh Arkan.

“Kalo cemburu bilang, La,” goda Arkan sambil mencubit pipi wanita itu hingga memerah.

“Aw, sakit!” teriak Killa meringis kesakitan, serta sesekali memukul lengan Arkan.

KILLARKANWhere stories live. Discover now