26

4.8K 255 134
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.
.
.

Menyadari bahwa Killa tengah tak nyaman, Arkan berdiri lalu menggenggam tangan Killa.

"Ikut gua." Killa mengikuti langkah kaki kakak kelasnya itu dengan tangan yang terus saja digenggam Arkan. Semua orang yang berada di kantin melihat ke arah mereka berdua yang tengah berjalan meninggalkan kantin. 

Kini mereka berdua berada di rooftop, salah satu basecamp untuk anak-anak Draka berkumpul. Arkan duduk di sofa yang memang disediakan di situ. Matanya kini menatap Killa yang terus saja berdiri.

"Duduk." perintah Arkan. Killa menurut lalu duduk di sofa yang tak jauh dari posisi Arkan duduk sekarang tetapi masih ada jarak di antara mereka.

"Kita ngapain ke sini? bentar lagi bel masuk loh, Kak."

"Lo kesel kan denger orang lain ngomongin kita berdua?" dengan ekspresi datar seperti biasanya, Arkan terlihat santai mengatakan itu.

"Enggak juga sih." Ucap Killa berdalih.

"Bagus. Gak perlu lo denger ucapan orang lain. Selagi lo tau faktanya, diem lebih baik." Menurut Killa, ini kali pertama Arkan berbicara sepanjang itu kepada dirinya. Cukup membuat Killa diam beberapa detik seperti terhipnotis.

"Bukan itu yang jadi permasalahan. Killa cuma gak suka waktu mereka bilang kalo kak Arkan pernah cium Killa. Padahal faktanya gak pernah." Killa menatap tepat pada iris hitam milik Arkan. Raut wajahnya terlihat kesal dan Arkan mengetahui itu.

Arkan mendekatkan dirinya ke arah Killa. Menghapus jarak di antara mereka berdua. Dan...

Cup

Satu kecupan mendarat tepat pada pipi kanan Killa. Matanya membulat sempurna karena perlakuan Arkan yang tiba-tiba mengagetkan dirinya. Secara reflek, Killa memegang  dadanya. Merasakan detak jantung yang terasa lebih cepat tak seperti biasanya.

"Sekarang udah pernah kan?" ucap Arkan tepat di telinga Killa. Seketika bulu kuduk Killa meremang mendengar penuturan itu.

Killa membuang mukanya ke arah lain karena malu, tak ingin menatap wajah Arkan yang sekarang masih saja menatap ke arahnya. 

"Hehee." Arkan terkekeh, tangan kanannya terulur mengusap rambut Killa pelan. Kini Killa berbalik menatap wajah Arkan yang tengah tersenyum lebar. Sungguh kejadian langka melihat Arkan tersenyum seperti itu.    

"Bisa gak sih tiap hari senyum, ketawa kayak sekarang?"

"Enggak. Tapi kalo lo mau, gua bisa lakuin itu cuma buat lo." Mata Killa terus memandang wajah tampan kakak kelas di depannya sekarang. Bahkan senyum yang sama sekali tak pernah diperlihatkan kini terasa candu bagi Killa.

"Hmm, ya udah terserah." Killa merubah posisi duduknya. Yang semula berhadapan dengan Arkan kini justru kembali menatap ke depan dengan Arkan yang terus saja menatapnya dari samping.

KILLARKANWhere stories live. Discover now