"Bentar aja." Bintang mencoba meraih tangan Elang. Namun sebelum mendapatkannya, Elang sudah menarik tangannya.

"Kalo mau, omongin aja di sini." Elang mengucap kalimat itu dengan memandang ke depan tanpa menatap wajah Bintang.

"Gak. Gue pengin berdua aja." Nada bicara Bintang nampak gemetar.

"Bandel banget sih lo." Elang berujar dengan nada sedikit membentak, membuat gadis itu menunduk seketika.

Bulan maju mendekati Bintang. Dia merangkul sahabatnya dan menatap tajam pada Elang. Bulan nampak berapi-api sebelum akhirnya dia berkata, "Lo emang cowok, Lang. Tapi kelakuan lo gak patut buat disebut sebagai laki. Keras kepala banget sih, jadi orang. Nyesel tau rasa."

Bulan memang sudah mendengar semua cerita Bintang tentang kejadian kemarin. Bintang sempat ingin menemui Elang tadi malam, hanya untuk menjelaskan hal itu dan membuat Elang memaafkannya. Tapi, Bulan menasehati Bintang agar cewek itu menahan dulu apa keinginannya. Karena pada dasarnya, orang keras kepala tidak akan bisa menerima penjelasan dengan otak dingin. Bulan yakin, tipikal cowok seperti itu harus dibiarkan terlebih dahulu.

Angkasa yang semula memainkan ujung-ujung kukunya tertegun mendengar perkataan Bulan. Dia tidak pernah mendengar Bulan berkata seserius ini. Bahkan, jika Angkasa sendiri yang mendapat lontaran seperti itu, pasti dia akan sakit hati dan sadar diri.

"Ma, mereka kenapa sih?" bisik Dirga di dekat telinga Darma.

"Udah, gak usah ikut campur urusan mereka." Darma menjawab pelan.

Tidak ada yang tahu masalah Elang dan Bintang, karena cowok itu tidak mengatakan apapun pada temannya. Hanya Angkasa yang tahu di antara mereka. Karena Angkasa diberitahu oleh Bulan.

Elang hanya diam tidak menanggapi perkataan Bulan padanya. Dia langsung meninggalkan tempat itu. Tak lupa mengajak kawannya yang terdiam di belakang.

"Lanjut yok! Kantin." Elang mengangkat tangannya memberi instruksi ke mereka.

Bulan dan Bintang masih belum beranjak. Mereka menatap gerombolan cowok itu dengan kecewa. Bahkan, Angkasa yang biasanya masih mengobrol sebentar dengan mereka, kini ikut meninggalkannya. Tapi, Bulan menyadari kalau tidak seharusnya Angkasa harus berdiam menemaninya saat ini.

"Mending, ntar pulang sekolah lo temui dia lagi." Bulan kembali menarik tangan Bintang menuju ke taman.

-Love In Galaxy-

"Lang, Elang tungguin!" Bintang terus berteriak memanggil nama Elang ketika dia berusaha melebarkan langkahnya untuk mengejar cowok itu.

Bintang berhasil mendekati Elang. Sembari mengatur napasnya, dia menggenggam erat jemari Elang. "Lang, plis! Kali ini gue beneran mau ngomong sama lo," ujar Bintang lirih.

Elang mengusap wajahnya dengan tangan kanan. Cowok itu kemudian melirik tangan kirinya yang digenggam erat oleh Bintang. Elang masih enggan menatap wajah gadisnya. Elang masih ingat, cewek di sampingnya ini adalah pacarnya.

"Lang, lo masih marah sama kejadian kemarin?" Bintang mencoba membuat Elang menatapnya.

Tapi, nihil. Elang masih tetap tegak menatap arah depan. "Gue minta maaf,  Lang. Kemarin gue bener-bener gak sengaja dipeluk Kak Rasi. Gue hampir kena bola kalo dia gak nolongin gue. Lo jangan berubah gini, Lang."

"Gue gak pernah berubah," Elang menarik tangannya dari genggaman Bintang. "Lo yang udah bikin gue berubah," lanjutnya.

Bintang mengernyit. "Oke, gue minta maaf. Tapi tolong jangan seperti ini lagi sama gue."

Love In Galaxy (End)Where stories live. Discover now