Chapter 56

2.6K 121 2
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian (◕‿◕✿)

Happy Reading...

REVISI

Semua pandangan mengarah Devan membopong perempuan sangat berharga di hidupnya dengan langkah tergesa-gesa.

"DI MANA DOKTERNYA?!" bentak Devan pada siapa pun berada di sana.

Tak hanya suster, para pasien yang menyaksikan langsung ikut prihatin dengan keadaan Devan sekarang.

"Maaf, mas silakan tunggu di luar." ucap suster depan pintu ruang UGD.

"Tolong selamatkan dia, " lirih Devan lemah. Devan tidak akan memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu pada Amel.

Suster itu senyum menanggapi. "Kami akan berusaha semaksimal mungkin, jika terjadi sesuatu nantinya itu bukan kemauan kami. Kami hanya bisa berusaha."

Devan berjalan mendekati suster itu dan mencengkram lehernya. "Lo harus bisa selamatkan dia bagaimana pun caranya dia harus hidup. Dia harus bernafas lagi, gue akan bayar berapa pun biayanya itu, dia harus hidup! Ya hidup." teriak Devan lemah, menurunkan tangannya.

Suster itu bisa bernapas lega. "Sebaiknya obati dulu luka mas. Mas bisa kehabisan darah jika tidak di obatin."

Devan menyeringai dingin. "Lo siapa berani ngatur gue, yang berhak ngatur gue cuman dia!" ucap Devan dingin.

Suster tersebut menghela napas panjang, cowok hadapannya benar-benar keras kepala. "Baiklah," lalu masuk ke dalam ruang UGD, dokter dan suster yang lain sudah menunggu.

Devan menyandarkan kepalanya dinding, kepalanya semakin berdenyut, sesekali ia meringis memegangi perutnya mengeluarkan darah segar. Sedari tadi Devan coba menahannya, Devan mengabaikan itu, Devan tidak peduli dengan dirinya. Dia hanya ingin Amel selamat! Itu saja.

"Selamatkan dia, tuhan." Devan memejamkan matanya, dalam hati terus melafalkan doa agar Amel selamat.

"Akh..." ringisnya memegangi perutnya, tubuhnya mengeluarkan keringat dingin, wajahnya semakin pucat. Pandangannya mulai kabur, namun sekuat mungkin Devan menahan agar terjaga.

"Eh, Dev lo gak apa-apa?" tahan Alan pada tubuh Devan hampir jatuh.

Devan menggeleng, melepaskan tangan Alan dengan kasar.

"Lo harus di obatin Dev, luka lo parah." Alan menyeret Devan untuk mengikutinya.

Dengan cepat Devan menempis tangan Alan, menatap cowok itu tajam. "Gue gak akan beranjak sebelum pastiin keadaan dia baik-baik aja." lirihnya.

"Tapi lo gak bisa gini, lo harus mentingin keadaan lo. Lihat luka lo, gue gak yakin lo bisa bertahan sementara masih keras kepala." tegas seseorang dibelakang Alan mengalihkan perhatian Devan.

Tatapan Devan menjadi sayu. Ia menangis! Seumur hidupnya, ia menangis saat kecil dulu kehilangan mainanya dan sekarang itu dirasakan kembali olehnya, ini sangat sakit!

"Terus gue harus gimana?" lirih Devan, menringis di akhir kata.

"Gue gak bisa hidup tanpa dia, Lan. Lo tau itu, "

Backstreet Of Badboy (COMPLETED)✅Where stories live. Discover now