EXTRA PART III

7.2K 204 4
                                    

Selamat membaca🖤🖤

Amel bangun dengan ranjang sebelahnya kosong, menandakan cowok itu sudah bangun. Mata sedikit tertutup ia berjalan menuju kamar mandi dan membasuh wajahnya. Di dapur, bertemu bi Asih menyiapkan sarapan untuk mereka.

"Bi."

Bi Asih menoleh. "Non sudah lama berdiri di sana?"

Amel menyuruhnya untuk dipanggil 'non' katanya biar keliatan mudanya. Kurang nyaman dengan panggilan 'nyonya' berasa tua banget. Lagi pula mereka sudah kenal lama.

"Baru aja. Bibi tau Devan di mana?"

"Tuan Devan berada ruang kerjanya, non." ucap bi Asih. "Sudah saya buatkan susu,"

"Makasih bi. Saya ke ruang kerja Devan dulu." pamit Amel melangkah cepat menaiki tangga.

"Aduh, pelan-pelan non. Bibi ngeri liatnya."

Amel masuk mengendap, tampaknya belum ada menyadari kejadirannya. Devan serius melihat tumpukan kertas tersebut. Menggeram dalam hati saat Devan lebih memilih kertas dibandingkan dirinya, lihat saja tidak ada respon sama sekali. Amel merebut kasar hingga cowok itu terkejut.

"Amel! Kamu apa-apaan sih?!"

Keningnya berkerut tidak terima. Barusan Devan membentaknya tiba-tiba. "Kok kamu malah bentak aku sih!"

"Aku lagi kerja sayang. Kamu bisa ga sih jangan ganggu dulu."

"Jadi kamu lebih milih pekerjaan itu dari pada aku?!" nyolot Amel kesal.

"Bukan gitu."

"Apa?! Bangun duluan, ninggalin aku sendirian, sekarang lebih mentingin pekerjaan kamu itu. Devan ga sayang Amel." kasar, mengusap air matanya. Mengapa jadi sensitif gini?

"Kamu keanak-anakan Mel!"

Amel tertawa sinis. "Iya aku keanak-anakan, aku manja itu salah aku! Puas?!" bentak Amel dengan air matanya mengalir, sialan!

Devan memijat pelipisnya berdenyut, sudah dua minggu Amel melarangnya ke kantor. Wanita itu merengek padanya tidak ingin ditinggal, belakangan ini puncaknya dan semakin aneh permintaannya harus Devan jalanin.

"Mau kamu apa sih! Selama ini aku selalu nurutin kemauan aneh itu, sekarang perusahaan lagi menurun, mau ga mau harus aku yang tanganin langsung. Kamu larang aku kantor aku tirutin, sekarang aku luangin waktu buat kerja masih kamu larang juga?!" bentak Devan. "Egois,"

Amel mengepalkan tangan-berusaha keras tidak menangis namun usahanya gagal. Ia jadi sangat sensitif sekarang, salahkan hormon sialan itu!

"Jadi kamu terpaksa nurutin aku. Asal kamu tau ini bukan kemauan aku, ada anak kamu dalam perut aku Devan! Aku juga ga mau kaya gini...." isak Amel.

Devan tersentak melihat istrinya menangis kejer. Apa ia keterlaluan?

"Maafin aku kelepasan." Amel berontak dalam pelukan Devan semakin mengerat.

"Lepas brengsek!"

"Iya aku brengsek beraninya bentak ibu dari anak aku. Maaf sayang udah bentak kamu, perusahan aku lagi menurun jadi pikiran aku kebelah. Maaf ya sayang, " kata Devan lalu mengencup kepala Amel.

Backstreet Of Badboy (COMPLETED)✅Where stories live. Discover now