Chapter 9

8K 546 775
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian (◕‿◕✿)

Happy Reading...

"Kalo gak mau, gak usah dipaksa" ucap seorang itu yang tak lain Devan.

Amel sangat terkejut mendapati kehadiran Devan. Disatu sisi merasa senang dengan kehadiran Devan bisa membantunya pergi dari cowok aneh di hadapannya tapi melihat ekspresi Devan tersulut emosi, Amel takut terjadi perkelahian disini.

"Lo siapa?" tanya cowok itu.

"Gue gak suka liat cewek dikasarin" kata Devan dingin.

"Gue gak akan kasar, kalo dia mau ikut kemauan gue"

"Jangan ikut campur urusan gue"


Bugh!

Tangan Devan melayang ke arah pipi cowok itu membuat cowok itu meringis. Devan benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya.

Kejadian di hadapannya membuat Amel terkejut sampai menutup mulutnya.

"Udah, Dev udah." pekik Amel.

Namun Devan tidak mengubis ucapan Amel. Devan memukuli cowok itu membabi buta.

"Dev, udah dong" ucap Amel lirih cairan bening menetes dari pelupuk matanya.

Melihat Amel menangis membuat Devan terdiam. Devan tidak sanggup melihat cewek menangis. Devan langsung membawa Amel ke dekapannya.

"Maaf"

Cowok itu tersenyum miring, semakin mudah baginya untuk menghancurkan Devan. Cuma cewek itu kelemahan Devan.

'Jadi ini kelemahan dia'

Devan mengurai pelukanya lalu menghapus air mata membasahi pipi gadis itu. "Kita pulang ya" ucapnya lembut lalu menatap cowok itu tajam. "Dan buat lo! Jangan pernah lo gangu dia atau lo akan berhadapan sama gue" ujar Devan dengan nada penuh penekanan.

Setelah mengatakan itu, Devan mengajak Amel untuk segera pulang dan meninggalkan cowok itu dengan senyum liciknya.

"Gue tunggu hari itu"

'Lo bakal jadi milik gue, seutuhnya'

~~BOB~~


Devan melangkahkan kakinya menuruni tangga. Setelah mendapat pesan dari Ardan ia segera menuju base camp mereka. Seperti biasa Devan selalu terlihat tampan ia memakai kaos putih di lapisi jacket di bagian luar celana jeans hitam dengan rambut yang sedikit di oleskan pomade.

"Devan"

Devan menghentikan langkahnya lalu berjalan mendekat pada sang mama.

"Kamu mau kemana sayang?" tanya Dita - mamanya.

"Devan mau keluar sebentar, Ma"

"Yasudah, jangan pulang malam-malam nanti papa kamu marah." pesan Dita.

Devan memutar bola matanya. Dita selalu seperti itu cerewet kepadanya. Namun ia bahagia mempunyai mama yang peduli kepadanya.

"Ma, Devan udah besar, Ma bukan kecil lagi" ujar Devan dengan kesal.

Dita terkekeh. "O iya kamu kapan ajak Amel kesini. Mama udah kangen banget sama menantu mama"

"Iya nanti"

Dita berdecak. "Kamu nih jangan iya iya doang. Bawa Amel kesini"

"Udahlah, Mah Devan pergi dulu" pamitnya lalu mencium punggung tangan Dita.

Backstreet Of Badboy (COMPLETED)✅Where stories live. Discover now