Chapter 5

9.9K 711 750
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak kalian (◕‿◕✿)

Happy Reading...


"Dev..."

Devan bergumam sambil mengelus Puncak kepala Amel.

"Kalau tiba-tiba 'dia' kembali kamu akan lakuin apa?" tanya Amel ragu.

"Aku gak akan biarin dia untuk nyakitin kamu"

Amel mengulum senyum "Aku sayang kamu, Dev"

Devan mengencup kepala Amel berkali-kali "Aku lebih sayang sama kamu, Mel"

"Jangan pernah tinggalin aku" ucap Amel lirih matanya mulai berkaca-kaca.

"Enggak akan pernah"

"Thank you for always being there for me"

"I will always be there whenever you need it"


~~BOB~~


"Den...bangun atuh udah siang" ucap wanita paruh baya berumur tujuh puluh tahun.

Devan mengerjapkan matanya, sesekali ia menguap dengan mata yang masih terpejam dia mencoba untuk bangun meregangkan ototnya seketika matanya membelalak waktu menunjukkan pukul setengah tujuh artinya ia telat datang ke sekolah.

"Aden udah bangun?" tanya bibi Ani di depan pintu kamar Devan.

"Aduh! Bibi kenapa gak bangunin sih" ucap Devan frustasi mengacak-acak rambut kesal. Melesat pergi kamar mandi.

Dia menyesal menerima tawaran balapan dari Arka lawan mainnya Devan jauh melebihi dirinya, dari dulu ia selalu menang di dunia balapan. Seperti kebanyakan cowok jaman sekarang balapan satu hal untuk kesenangan semata. Dan semalam dan baru tidur jam dua pagi karna merayakan kemenangan Devan entah keberapa.

Devan udah rapi dengan seragam dan ia tidak lupa memakai pomade di rambut jambulnya membuat para penggemar dibuat kesemsem sama ketampanannya. Devan menuruni tangga dengan tergesa-gesa, matanya tidak sengaja menangkap pembantu berkerja di rumahnya sedang menyapu didapur.

"Bi..."

Wanita yang dipanggil 'bi' bergejolak kaget, seraya mengelus dada ia menghadap anak dari majikannya. "Si Aden kebiasaan atuh, kagetin bibi aja"

"Devan berangkat, bi" Pamit Devan mencium tangan Bibi Ani.

Meskipun Bibi Ani hanya pembantu yang bekerja dirumahnya. Kedua orang tua tidak pernah membedakan itu, Devan sudah menganggap Bibi Ani sebagai keluarga, orang yang selalu menemani dirinya dan adiknya bila orang tuanya tidak ada dirumah karna urusan bisnis.

"Gak makan dulu, Den"

"Enggak Devan makan disekolah" ucapnya kemudian berlalu menaiki motornya dengan kecepatan tinggi.

Jarak antara rumah ke sekolah tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu sekitar lima belas menit. Devan meliuk-liukan motornya ditengah padatnya Jakarta, bukan hal biasa bukan melihat Jakarta selalu dipenuhi oleh kendaraan.

"Shit!"

Devan mengacak-acak rambutnya frustasi, tidak peduli jika rambut yang sudah tertata rapih. Sekarang yang ia pikirkan bagaimana ia bisa masuk kedalam hingga satu hal yang terlintas di benaknya. Dulu jika ingin membolos dan terlambat ia memanjat tembok pembatas sekolah meskipun cukup tinggi itu merupakan hal yang mudah bagi seorang Devan Aditama. Ia menitipkan motor pada pemilik warung dekat sekolah yang biasa ia gunakan untuk membicarakan tentang penyerangan suatu saat nanti.

Backstreet Of Badboy (COMPLETED)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang