Chapter 42

2.3K 104 1
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian (◕‿◕✿)

Happy Reading...


"Mel..."

Panggilan itu Amel mengerjap dan ternyata Devan telah memperhatikan dari tadi dengan tatapan sulit di artikan.

"Ah, iya, "

"Kamu ngelamun? Biasanya kalo udah ngelamun pasti kamu mikirin sesuatu! Apa Mel? Aku ini pacar kamu bukan orang lain, aku juga berhak tahu!" Amel memalingkan wajahnya tak sanggup melihat mata itu. "Cerita sama aku, ada apa?" nada bicara Devan mulai melembut.

"Enggak. Aku gak mikirin apa-apa tadi itu aku terhipnotis sama mata kamu, bingung gitu lho kenapa sih pacar aku gantengnya gak ketulungan." pengecut memang. Tapi untuk saat ini jauh lebih baik, Devan belum sepenuhnya membaik ia tidak mau menjadi beban pikirannya.

"Sayangnya kamu gak pinter bohong, aku udah kenal kamu berapa tahun? Berapa tahun kita pacaran, aku udah tahu semua kebiasaan kamu jadi kamu gak bisa bohong." Devan menghela nafas tanpa melihat ke arah lain, matanya tetap fokus melihat Amel dengan lekat. "Kamu tahu kan? Gak ada orang di dunia ini yang mau di bohongin apa lagi di duakan! Dari awal kita udah berkomitmen untuk saling menjaga kepercayaan masing- masing, selama ini aku gak pernah sembunyiin apapun dari kamu jadi aku harap kamu seperti itu!"

"Dev, aku--"

Tin.

Amel membanting tubuhnya di sofa sekarang ia harus bagaimana Devan marah kepadanya. Ya memang, Devan pernah marah, sering malah, tapi kali ini beda Devan tidak pernah berkata seserius itu.

Sekarang harus bagaimana?

Ia belum siap menceritakan semuanya.

Menghela nafas, lagi dan menatap kerah jendela. Tidak ada aktifitas di luar maupun dalam, sunyi, sangat untuk suasana hatinya saat ini.

Kemana semua orang? Entah lah.

"Boleh duduk di sini?"

Amel mengangguk tanpa menoleh.

"Enak ya hujan-hujan gini minum kopi, tuh rasanya gimane ye."

Cewek itu terdiam, mengingat suara itu yang tak asing di telinganya.

"Lo cantik tapi kerajaan ngelamun mulu,"

Sudah cukup.

Rasa penasaran tidak bisa di bendung, akhirnya menolehkan kepalanya. Amel terkejut. Berbeda dengan orang itu yang terlihat santai sambil memandangnya geli.

"Mata lo mau keluar," ujuk orang itu ke matanya.

"L-lo ngapain di sini?"

"Aku Ren."

Tiba-tiba pandangan Amel berubah dingin segera memalingkan wajahnya. "Gue Amel, "

"Enggak, lo tetep jadi Renata gue, "

"Renata?" Amel tertawa renyah. "Renata udah mati! Dia udah mati!" tegas Amel bangkit dan membereskan bukunya.

"Eh, lo mau ke mana gue belum selesai bicara. " Angga menarik Amel untuk duduk kembali.

"Nah gini kan enak, nurut." Angga mengacak-ngacak rambutnya.

"Enggak usah pegang rambut gue! Jadi berantakan nih!" ketus Amel.

"Oh berantakan, sini gue rapihin." sebelum tangan Angga menyentuh rambutnya Amel sudah lebih dulu mengempis dengan kasar.

"Enggak usah pegang-pegang, " ketusnya.

Backstreet Of Badboy (COMPLETED)✅Where stories live. Discover now