Chapter 21

4.7K 228 441
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian (◕‿◕✿)

Happy Reading...
   


Matahari perlahan menampakan cahaya. Burung berkicau menemani kesunyian pagi. Suara lengkungan ayam menyeruak di Indra pendengaran. Para manusia terbangun untuk melakukan aktifitas mereka seperti biasanya.

Amel menggeliat pelan suara alarm menggangu acara tidurnya. Dengan perlahan ia membuka mata lalu mendudukan dirinya. Sekilas melihat keadaan nya yang seperti zombie, rambut acak-acakan, mata sembab sepanjang malam dirinya terus menangis. Ia menghela nafas berat hari ini terasa berat untuk dilewati.

Setelah beberapa menit, kini dirinya kembali terlihat cantik meski matanya yang bengkak belum menghilang. Rambutnya di biarkan terurai, memoles sedikit lipbalm di bibir pucatnya. Setelah di rasa cukup ia mengambil tas dan sweater navy dan melangkahkan kakinya.

Tubuhnya membeku mendengar suara seseorang yang sangat di kenalnya. Lidah kelu, ia tidak tahu harus berkata apa jika berhadapan dengan nya. Sungguh, ia belum siap bertemu dengan nya. Tunggu! Sejak kapan dia berada di rumah Amel sepagi ini.

"Kamu yang sabar ya, Dev. Sikap Amel memang seperti itu, nanti juga dia baik lagi" ucap Nathan.

"Bunda, yakin kamu bisa dapet maaf dari Amel" timpal Rena seraya mengelus punggung Devan.

Cowok itu tersenyum kecil mendengar ucapan keduanya, tak sengaja matanya menangkap keberadaan gadisnya. Mereka bertatapan cukup lama sampai akhirnya Amel memalingkan wajahnya.

"Amel, ayo sarapan dulu" ajak Rena lembut.

Amel menghela nafas pelan. Ia mendekat dan memilih duduk dekat Varo. Tunggu! Varo? Cowok itu sibuk menatap layar ponselnya sesekali ia tersenyum-senyum, sejak kapan abangnya seperti ini pikir Amel.

"Eh? Sejak kapan lo di sini" pekik Varo menyadari keberadaan adiknya.

Amel mendengus kesal. Varo benar-benar mencari masalah dengan nya, mood sedang buruk saat ini. Dan Varo malah menambahkannya.

"Sudah, lebih baik kita lanjutkan sarapannya" ucap Nathan mencairkan suasana.

Selama sarapan berlangsung hanya keheningan yang menyelimuti mereka. Devan menikmati sarapan nya sesekali mencuri-curi pandang kepada gadisnya. Ada rasa ingin memeluk tubuh mungil gadisnya namun sebisa mungkin ia menahan semua itu.

"Mel, kamu barang Devan ya" ucap Nathan.

Cewek itu tersedak, melihat itu Devan memberikan minum kepada gadisnya dengan wajah khawatir. Amel bisa melihat itu.

"Kamu kenapa gak hati-hati sih! Lain kali hati-hati sayang, " omel Devan cemas.

Amel hanya memalingkan wajahnya, mendapat perhatian seperti ini membuat hatinya semakin sakit.

"Lo kenapa sih dari tadi diem terus. Sariawan lo? " celetuk Varo.

Amel bangkit hingga menimbulkan suara deritan yang cukup keras. Rasanya tidak tahan berlama-lama di tambah dengan keberadaan Devan di sana.

"Mel, tunggu!"

Amel mempercepat langkahnya. Setidaknya untuk saat ini dirinya tidak sanggup menemui Devan. Hanya saat ini.

Cewek itu terkesiap saat Devan menariknya kedalam pelukan cowok itu. Amel menggigit bibir bawahnya. Ia tidak boleh menangis. Tidak.

"Jangan lari lagi" gumam Devan seraya mengecup pucuk kepala Amel.

Backstreet Of Badboy (COMPLETED)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang