🌸 Friendship 🌸

628 125 24
                                    

Taehyung masih dalam perjalanannya menuju rumah sakit. Ponselnya terus berdering, Taehyung kira itu dari Hana ternyata dari sekretarisnya. "Ada apa? Aku sedang mengemudi"

"Maaf President-nim. Tapi ada kabar duka yang ingin saya sampaikan"

"Kabar duka apa?!" perasaan Taehyung semakin tidak karuan.

"CEO DC Corp baru saja menghembuskan napas terakhirnya"

Mata Taehyung membulat, ia terdiam sampai akhirnya sekretarisnya itu kembali memanggil namanya. "Tolong kabari ayahku. Aku akan segera menyusul ke rumah duka" Taehyung mengakhiri panggilannya.

Ia telah tiba di rumah sakit. Taehyung berlari secepat yang ia bisa.

Brak...

Taehyung membuka salah satu pintu kamar rumah sakit itu. Napasnya masih tersengal-sengal. Matanya melihat satu persatu orang yang ada disana.

"Tae..." Hana berdiri dan segera menghampirinya.

Taehyung masih dalam keadaan lelah juga syok diwaktu yang bersamaan. Ia menatap Jimin. "Bagaimana bisa?" tanyanya bingung.

"Akan aku ceritakan nanti. Ada hal yang lebih penting bukan?" Jimin melirik Taehyung. Dalam keadaan yang masih terluka Jimin mencoba untuk bangun. Kini baik Taehyung dan Jimin sama-sama melihat ke arah Jungkook. "Kenapa kau masih disini?" tanya Jimin pada Jungkook.

"Huh?" Jungkook bingung.

"Apa keluargamu tidak menelponmu?" tanya Jimin lagi. Jungkook menggelengkan kepalanya. Ia bilang kalau sedari tadi ponselnya dalam keadaan mati. Jimin memutar bola matanya kesal tak tahu harus bicara apa sekarang.

"Hey. . . Ayahmu meninggal" ucap Taehyung dengan tegas.

Mata Jungkook terbuka lebar seiring rasa terkejutnya. "A-apa yang ka--" belum saja Jungkook menyelesaikan ucapannya, reporter berita mengabarkan kabar yang sama dengan apa yang sudah Taehyung sampaikan.

"...CEO DC Corps, Jeon Jaesil menghembuskan napas terakhirnya di kediamannya pukul 20:17 tadi"

Jungkook membatu. Matanya bahkan tak berkedip saat melihat tayangan berita mengejutkan itu.

"Jimin-ah kau bisa berjalan?" tanya Taehyung.

"Bisa. Yang tertembak bahuku, bukan kakiku" Jimin berdiri dari tempat tidurnya.

"J-Jungkook..." Hana khawatir. Tanpa pikir panjang Taehyung langsung menarik tangan Jungkook.

"Dengan keadaan kalian yang seperti ini kalian tidak akan bisa mengemudi. Masuk!" perintah Taehyung sambil membukakan pintu mobilnya untuk Jimin dan Jungkook. "Jimin-ah kau duduk di depan, Hana temani Jungkook dibelakang" Taehyung segera masuk kedalam mobilnya.

Taehyung mengemudi secepat yang ia bisa. Tidak peduli akan ditilang atau tidak yang jelas ia harus sampai di rumah duka secepat mungkin. Jimin terus memperhatikan kondisi Jungkook yang masih dalam keadaan syok. Hana mencoba menenangkannya. Sesekali Taehyung juga melihat Jungkook dari kaca mobilnya.

~♥~

Rumah Jungkook sudah dipenuhi oleh kerabat ayahnya. Perlahan Jungkook keluar dari mobil berwarna putih itu. Semua mata tertuju padanya yang datang bersama dengan Taehyung dan Jimin. Seakan sulit untuk melangkah, Taehyung membantu Jungkook untuk berjalan dengan memapahnya perlahan. Jungkook juga tidak melepaskan genggaman tangannya dari Hana. Jimin berjalan tepat disamping Hana dengan jaket Taehyung yang menggantung di kedua bahunya untuk menutupi lukanya.

Kini Jungkook berada disamping ibunya. Keduanya masih dalam keadaan syok yang mendalam karena kepergian dari Tuan Jeon benar-benar sangat mendadak. Hana memberikan kata-kata semangat untuk membuat Jungkook merasa lebih baik. Ia menghapus air mata Jungkook dan membiarkan pria itu menenggelamkan wajahnya di bahunya.

ApologizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang