Daily 112 Perjalanan Yang Kelam

35 0 0
                                    


Kota Cilegon, Desember 2017 Jika banyak orang mengatakan rasa sakit karena cinta jauh lebih sakit daripada sakit yang sesungguhnya maka bagiku itu adalah sebuah kesalahan besar. Ya sangat besar. Aku berfikir demikian karena aku merasakan keduanya, sakit karena dikhianati ataupun ditinggalkan kekasih, sakit karena selalu di abaikan seseorang yang kita cintai dan sebuah rasa sakit yang terasa sangat yang seringkali menyerang tubuhku. Jika sakit karena cinta semua akan hilang ketika kita menjalani hidup ini dengan penuh keikhlasan. Cukup Allah SWT yang kamu cintai seutuhnya maka selamanya hidupmu akan tenang dan damai. Tapi kali ini aku tidak akan membahas sakit yang ini, karena sakit yang disebabkan karena perasaan terhadap seseorang bukanlah sebuah hal yang harus di rasakan sakit. Justru kita harusnya bahagia karena sudah bertemu dengan orang sebaik dia meskipun pada akhirnya dia memilih pergi karena mungkin saja itulah jalan hidup yang telah Allah SWT tentukan. Menjelang 2 minggu terakhir di bulan desember 3 kali sudah aku masuk klinik, entah kenapa insom selalu menyerangku. kondisi kesehatanku begitu buruk. Aku tak ingat berapa bungkus obat yang telah aku habiskan,tetapi yang terjadi hampir tak pernah ada perubahan yang berarti. ketika malam mulai larut suhu tubuhku meninggi dengan begitu cepatnya. Tubuhku kadang begitu panas dan lemah. Hingga mata ini akan terpejam aku seolah didatangi mimpi buruk dan aku sangat sulit untuk keluar dari mimpi tersebut. ketika aku bisa keluar dari mimpi itu aku terbangun dan waktu masih menunjukan waktu sepertiga malam. akupun mencoba tidur lagi namun badan terasa tidak karuan, semua seolah menjadi satu kesatuan yang absrak. Aku berusaha menahannya sekuat mungkin, rasa sakit yang teramat itu berasar dari sebuah organ dalam tubuhku yakni otak, ketika aku memikirkan sesuatu rasa sakit di bagian kepala itu semakin bertambah. Anehnya ketika pagi hari rasa sakit itu berangsur berkurang, dan semua yang terjadi semalam selalu saja sangat sulit aku ingat. Yang aku rasakan hanya rasa sakit pada tubuh yang teramat. Meskipun tak lebih dari 2 jam aku tertidur paginya tetap aku paksakan untuk berangkat bekerja. Semua tak banyak berubah hanya rasa lemas dan nafsu makanku yang hilang. ketika malamnya rasa sakit itu datang lagi, kali ini tidak hanya di bagian pusat kepala, tapi bagian perut. Entah ketika siang aku tak merasakan apa-apa namun ketika malam kondisi ini begitu buruk. Sakit di perut itu teramat sakit, aku tak tahu apa penyebabnya, dan sungguh sakit ini begitu menyiksa. Ingin aku meminta pertolongan kepada seseorang karena aku sadari hanya ada aku di kostan ini,sementara teman satu kostku sedang bekerja shift malam. Aku mencoba menahan namun aku tak kuat lagi, berpindah dari kamar depan ke belakang, mencari minyak kayu putih, berpindah lagi ingin rasanya mencari minum. Hingga untuk mengambil air minum rasanya tidak kuat lagi. Apa yang terjadi? Kenapa aku menjadi selemah ini? Rasa sakit itu terus menyerang hingga Pagi menjelang dan aku tertidur dengan sendirinya karena kondisi tubuh yang sangat menurun. Pada tanggal 20-21 Desember kondisiku lebih baik, kali ini aku tertidur dengan waktu sedikit lebih lama. Aku besyukur karena pada tanggal 23 aku harus bertolak ke kota Purwokerto. Sebuah daerah yang menyisakan begitu banyak cerita di masa laluku, selain Kota Solo. Jum'at 22 Desember 2017, setelah sekian lama aku tidak masuk kuliah akhirnya aku kembali ke kampus. Aku sangat senang berkumpul dengan teman-teman kelas yang selalu memberikan keceriaan di hari-hariku kini. Malam itu hanya ada satu mata perkuliahan yakni MK Bahasa Indonesia, ini adalah pelajaran yang sangat aku gemari ketika SMK juga SMP. Selepas sakit yang cukup panjang aku tertinggal begitu jauh dalam materi perkuliahan hingga aku tidak ingat ada presentasi hari ini. Sebuah presentasi tentang menyimak dimana 5 mahasiswa harus presentasi jika ingin mendapatkan nilai A. Satu persatu teman kelasku mulai mempresentasikan simakannya, waktu demi waktu aku curi untuk merangkum sebuah buku tentang penulis yang mengguncangkan dunia. Buku itu memang selalu aku bawa bersama tasbih yang ada di tas bagian dalam. Aku tertarik pada kisah salah satu penulis dalam buku itu yakni JK rowling. Ketika giliran orang kelima atau terakhir, aku bergegas untuk mengajukan diri dan mempresentasikan autobiografi dari JK Rowling dan ternyata aku mendapat penilaian lebih dari dosen. Dan menjelang perkuliahan usai dosen memberitahukan jika nilaiku terbaik di kelas hingga saat ini. Alhamdulillah aku sangat bersyukur. Namun aku tahu diatas langit masih ada langit, dan kali ini aku teringat kembali akan rasa sakit. Sekitar jam 11 malam aku sampai di kostanku sepulang kuliah, aku harus beristirahat besok adalah perjalanan panjang ke Purwokerto Jawa Tengah, kampung halamanku. Namun sakit itu muncul lagi, setelah sekitar 2 hari menghilang tetapi ketika tengah malam badanku kembali diserang demam yang tinggi. kakiku begitu dingin hingga aku berlari ke dapur menghangatkan air untuk mengkompres. Kondisiku kembali menurun drastis. Begitu buruk ini situasi yang buruk dan waktu menunjukan setengah 3 pagi tetapi demam belum juga turun. Aku hampir meneteskan air mata. Bagaimanapun aku harus tidur, untuk melupakan sakit ini bagaimana besok sampai aku tidak masuk kerja padahal hari selanjutnya aku mengambil cuti untuk ke kampung halaman. Cuti 2 hari yang telah aku perjuangkan? atau aku kembali untuk sekedar di UGD. Entahlah ini begitu buruk, bahkan untuk memikirkan apapun dan waktu terus berjalan dan akupun tertidur. Meskipun tidak sampai 1 jam. Paginya aku bergegas pergi ke tempat kerja, aku tahu hari ini tidak begitu banyak pekerjaan sehingga aku masih bisa berangkat dengan kondisiku yang buruk. Gerimis meenyelimuti hari ini, kota Cilegon Serang dan Tanggerang pun akhirnya terlewati. Bus Primajasa yang aku tumpangi kini mulai melesat menuju terminal kampung rambutan tampat aku turun. Aku segera mencari loket pemberangkatan bus jurusan Purwokero. Tapi sial agen telah dikuasai calo, dan bahkan hampir semua. Beberapa agen yang dipercaya pun telah penuh. Masa iya Jakarta - Purwokerto 350.000 seharga kereta eksekutif? hahaha ada - ada saja. Aku keluarkan smartphoneku mencari info tentang agen tapi tujuanku berubah ke grab yang akan membawaku menuju terminal Pulau Gebang dengan waktu yang semakin berjalan. Perjalanan terhambat ketika supir grab tidak memiliki sisa pulsa E-Tol hingga membuat waktu terlewat begitu saja. Jam 10 malam akhirnya aku sampai di Terminal Pulau Gebang, dan seperti yang diduga kondisinya begitu ramai dan bus sudah banyak yang penuh. Aku mendapatkan Bus Jurusan Jogja dengan tiket seharga 200.000. Aku mendapatkan tiket ketika semua pembayaran telah beres. Bus hampir berangkat dan aku hampir ribut dengan pengurus bus tersebut. Bagaimana tidak, aku membayar 200.000 sama dengan semua penumpang yang lain. Bahkan sebelumnya saya disuruh membayar 225.000. Dalam persetujuan aku mendapat tempat duduk dan ternyata apa? SAYA TIDAK MENDAPAT TEMPAT DUDUK DAN DI PAKSA DUDUK DI TANGGA BUS. Parahnya uang tidak dapat aku ambil kembali. Separah inikah orang bekerja apakah harus menipu orang lain? Tapi kenapa harus disaat kondisi seperti ini? Ya Allah, kuatkanlah aku. Daripada kondisi memburuk, aku tetap menaiki dan duduk di tangga bus tempat penumpang menaiki bus. Dingin sesak dan pengat, dan aku pastikan malam ini pun aku kembali tidak akan memejamkan mata. Semua rasa pasti sudah anda bayangkan dalam kondisi tidak sehat 2 malam tidak tidur dan melakukan perjalanan sejauh ini, dan berada di tempat yang sangat tidak layak dan berbahaya. aah sudahlah aku tidak peduli. Kondisi bus juga sangat buruk mesin yang sudah down, AC yang kehabisan freon dan sopir yang masih tahap belajar menjadikan sebuah perjalanan yang memuakkan. Semogaa ini segera berakhir. Hingga pagi menjelang aku masih berada pada posisi yang tidak menyamankan, hingga aku sadari kini aku berada di Bumiayu Jawa Tengah. Bus kembali berhenti untuk reh
daripada membuang waktu aku segera turun dan mencari bus lokal yang menuju ke Purwokerto. Setetes embun menandakan hari telah pagi kembali, membasahi dedauanan di sebuah daerah yang sejuk dengan aroma pegunungan juga pedesaan. Setetes embun yang menghilangkan satu cerita di kota yang jauh disana. Aku amati lingkungan sekitar terlalu banyak yang berubah hingga tanpa aku sadari aku telah sampai pada suasana pagi yang tenang dan damai, aku merasa badanku begitu lemas dan semuanya begitu berat. Tak banyak yang aku lakukan selama di Purwokerto, aku hanya menghabiskan waktu yang singkat ini dirumah. Bayangan RSUD ataupun UGB semakin menghilang, kini aku lebih baik. Dan di hari terakhir aku sempatkan waktu untuk menggunjungi hutan pinus serang. Sebuah daerah sejuk di Purbalingga Jawa Tengah. Suasana yang begitu menenangkan, Serang yang berbeda dengan Serang yang jauh disana. Tak ada lagi toll, flyover, ataupun kemacetan yang begitu parah. Biasanya ketika pulang ke kota ini selalu aku sempatkan untuk menemui seseorang, namun setetes embun kala pagi itu mengingatkan akan semua yang telah berlalu dan telah begitu lama terlewati. bahkan dengan rasa sakit di tubuh ini. Harus aku sadari semua telah berubah, dan banyak cerita baru telah tertulis ketika aku tak lagi ada disini. Bayangan tentang seseorangpun semakin menghilang bersama kelap-kelipnya lampu malam kota Purwokerto yang mulai padam. Rabu, 27 Desember 2017 aku kembali ke Banten dengan mengendarai sepeda motor, berharap menghilangkan sakit di tubuh ini. Perasaan berat kembali muncul ketika akan meninggalkan kota kelahiran yang penuh kenangan ini. Aku kendarai motor dengan kencang hingga berasa melayang-layang di Pantura. Motor melaju dengan sangat cepat bahkan tubuh ini seperti telah diterbangkan oleh angin. Aku tau jika sedikit tergelincir atau bahkan terjatuh aku bisa mati. Tapi hidup dan mati adalah kuasa Allah, semua orangpun akan mati. Aku sadari tubuh ini seperti terus melayang terbawa angin, Ini adalah kebebasan, inilah perjalanan seorang lelaki. Sesungguhnya laki-laki diciptakan bukan untuk menjadi manusia yang lemah. Ketika sampai Jakarta aku sempat kehilangan arah hingga akhirnya sampai di tangerang sekitar jam 1 malam. Aku lebih lagi menancap motor dengan lebih kencang karena waktu yang sudah larut, jalanan yang sangat sepi dan juga begal yang banyak berkeliaran di daerah sini. Sesaat tubuhku dihantui dua kekhawatiran. Namun aku langsung saja buang dua kekhawatiran itu. Aku teringat ketika beberapa kali seperti dihadapkan pada sebuah bayangan orang menyeberang jalan di sepanjang jalur pantura. Jalur rawan kecelakaan yang merupakan penghubung antara Jawa Tengah dan Jawa Barat. Aku hanya berdoa sepanjang jalan dan berusaha selalu fokus dan menghilangkan kantuk karena sekali jatuh mungkin semua bisa berakhir. FOKUS, FOKUS, FOKUS!! aku harus selalu fokus melawan rasa kantuk lelah juga jalan yang tak terlihat dengan begitu jelas. Sekitar setengah tiga pagi aku sampai pada kostanku di Kota Cilegon,Banten. kurang dari 13 jam waktu yang di tempuh ketika aku berngkat dari kota Purwokerto pada jam 2 siang. Sebuah perjalanan yang tak selambat biasanya. Sebuah perjalanan yang entah sampai kapan harus aku jalani. Perjalanan panjang 4 Provinsi yang tak pernah aku pikirkan. Tak ada lagi kenngan dengan seseorang, setiap orang datang dan pergi dengan begitu cepat dan pada akhirnya yang tersisa hanya diri kita sendiri. Kini aku telah kembali menjalani kehidupanku seperti biasa di Kota Cilegon Banten. Menjalani rutinitas kehidupan yang padat dengan sakit di tubuh yang sering kali muncul untuk menjadikan cerita lain yang membuat jalan hidup ini menjadilebih indah. Kadang aku ingin kembali ke masa lalu, sebagai seorang Sticker yang tak pernah lelah untuk berlari, penyerang dengan daya jelajah dan akurasi goal tinggi. Seorang anak lelaki kecil yang tersenyum gembira ketika mampu mencetak goal untuk kelasnya ataupun desanya. Namun semuanya harus terpaksa terhenti, aku telah pergi jauh dan semaksemakin terlupakan. sebuah masa yang hanya bisa aku kenang, tapi aku ingat ada seorang yang selalu mengatakan untuk jangan pernah memikirkan lagi masa lalu karena yang kita hadapi ada saat ini. Semmua yang berakhir ya sudah berakhir. Akan terlupa dengan sendiriya. Andaikan aku bisa kembali.

Make A Better Place (Autobiografi Triocahyo Utomo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang