Daily 66 Perpustakaan

4 0 0
                                    

"Dari buku itu juga aku benar-benar bisa memproteksi diriku dari patah hati yang berkepanjangan. Aku sama sekali bukanlah orang yang bucin. Aku juga tidak mudah jatuh cinta dan percaya pada orang lain. Dengan belajar dari semua kisah kehancuran dan omong kosong tentang cinta dari tokoh - tokoh yang ada dalam cerita itu."

Banyak orang menginginkan kebahagiaan dan lebih banyak lagi menginginkan kesenangan dalam hidupnya. Tetapi bukankah itu sama saja? Entah sama ataupun berbeda setiap orang pasti memiliki persepsinya masing-masing. Sebagian mengatakan sama dan ada pula yang mengatakan berbeda.

Namun jika harus memilih aku lebih memilih kedamaian dalam kehidupan. Aku tak berharap setiap hari adalah hari yang membahagiakan dan penuh kesenangan. Aku hanya berharap hari-hari berjalan dengan baik dan berjalan dengan semestinya. Itu saja bagiku sudah cukup. Entah kenapa akhir - akhir ini rasanya aku tak ingin berinteraksi dengan orang lain. Entah kenapa aku melihat semua orang egois dan mengedepankan egonya masing-masing.

Aku mulai membatasi interaksiku dengan orang lain. Karena seperti yang sudah-sudah jika aku terlalu ramah itu akan semakin terlihat bodoh ketika acuhan demi acuhan yang aku terima. Aku merasa tak ada satupun orang yang saling mengerti di dunia ini. Aku tak tahu jalan pikiran mereka. Dan aku juga tidak mudah percaya dengan orang lain. Karena ingatan manusia sangat terbatas dan mereka dengan mudahnya meninggalkan atau mungkin melupakan kepercayaan itu.

Meskipun demikian pasti tidak semua orang seperti itu. Ada sebagian kecil yang membuatku nyaman dan seolah terus memberikan aku support untuk melakukan apapun. Dia adalah teman khayalanku.

Tidak. Sepertinya bukan hanya teman khayalan. Teman yang sesungguhnya juga pasti ada dan suatu saat aku kan menemukannya. 

Tidak bisa kita pungkiri dari berbagai circle pertemanan tidak semua bisa kita terima. Mungkin hanya sedikit. Bahkan sangat sedikit. Tapi dari sedikit itu aku rasa sudah sangat cukup jika bisa di percaya.

Seperti kebiasaan - kebiasaanku yang dulu. Dimanapun sekolahnya Perpustakaan adalah tempat yang selalu aku datangi setiap istirahat juga terkadang sepulang sekolah.  Entah besar ataupun kecil ruangannya. Entah bukunya lengkap atau tidak. Perpustakaan sekolah selalu memberikan ketenangan sendiri pada diriku.

Ditambah murid lain yang datang mungkin memiliki pemikiran yang sama denganku. Memiliki kegundahan dan kegabutan yang sama kecuali mereka yang datang berkelompok untuk mengerjakan tugas.

Selama sekolah aku tak pernah mengajak teman untuk ikut ataupun menemani ke perpustakaan. Aku terbiasa sendiri dalam hal apapun. Aku tak mungkin mengajak pada hal yang mungkin menurut mereka membosankan atau tidak menarik. Karena aku belum tahu pola pikir mereka semua. Kecuali untuk beberapa teman yang aku lihat pernah berpapasan di perpustakaan.

Karena tak perlu aku ajak. Mereka yang tertarik pasti mengamatiku dan akhirnya mengikutiku untuk ke perpustakaan. Dan memang seperti yang sudah aku duga hanya ada beberapa teman saja. Itupun hanya sesekali.

Berbeda lagi jika untuk pergi ke masjid dan menjalankan sholat. Hampir semua siswa yang berpapasan denganku aku ajak. Karena sebagai orang beragama saling mengingatkan dalam hal ibadah adalah hal yang dianjurkan.

Di ruang perpustakaan inilah terkadang aku berbicara pada diriku sendiri. Kenapa aku tidak bisa rengking satu?
Kenapa aku tidak cukup pintar? Kenapa aku tidak menjadi yang terbaik.
Dari pertanyaan-pertanyaan itulah yang membuatku harus belajar lebih yakni dengan rajin ke perpustakaan meskipun tak selalu membaca buku materi. Tetapi buku apapun yang ada di perpustakaan sekolah pasti akan memberikan tambahan wawasan bagi pembacanya.

Mungkin ketika SMP aku lebih sering membaca koran tentang berita sepakbola. Tetapi aku juga menyelesaikan beberapa buku yang menurutku menarik. Salah satunya adalah dari biografi pelari yang Pernah menjadi manusia tercepat di Asean yakni Suryo Agung Wibowo.

Rasanya buku itu sangat pas dengan diriku saat itu yang juga merupakan atlet di sekolah. Meskipun dari cabang yang berbeda.

Namun semakin bertambahnya usia. Pemikiran semakin berbeda. Tentang patah hati, kegagalan dan motivasi hidup. Buku tentang itulah yang banyak aku cari ketika berada di perpustakaan SMK. Dari sekian banyak ada beberapa buku yang menurutku menarik seperti Labirin Lazuardi dan Here After.

Untuk yang kedua di sebutkan. Menurutku saat itu adalah sangat menarik. Maheer Pradana sang penulis dari buku itu benar-benar seperti membuatku masuk dalam dunianya. Buku itu sendiri terdiri dari beberapa bagian yang berisi kisah cinta beberapa orang dan saling terhubung satu sama lain dan semuanya harus berakhir sad ending.

Disitu juga banyak diungkapkan kebenaran dan kenyataan tentang cinta atas segala kemungkinan buruk yang terjadi. Buku itu seolah telah mengajariku lebih awal sehingga sudah tidak kaget lagi dengan kegagalan-kegagalan yang mungkin bisa datang padaku setiap saat meskipun aku tak pernah menginginkan itu.

Dari buku itu juga aku benar-benar bisa memproteksi diriku dari patah hati yang berkepanjangan. Aku sama sekali bukanlah orang yang bucin. Aku juga tidak mudah jatuh cinta dan percaya pada orang lain. Dengan belajar dari semua kisah kehancuran dan omong kosong tentang cinta dari tokoh - tokoh yang ada dalam cerita itu.

Namun aku juga tidak mengambil mentah - mentah semua pelajaran kehidupan yang ada di buku itu. Karena dalam hidup banyak juga hal yang harus kita hadapi dengan menjadi diri kita sendiri dengan mengikuti isi hati kita. Tentang prasangka yang sebagian besar benar. Dan sikap untuk menelaah dan mencermati orang lain dengan tidak terlalu cepat untuk menilainya.

Mungkin seperti itulah bagaimana aku menghabiskan waktu yang menjenuhkan disekolah. Perpustakaan adalah markas ternyaman. Sampai pernah suatu ketika waktu masih kelas 10. Datang seorang murid lelaki kakak yang juga sendirian di perpustakaan. Awalnya ia untuk mengajak sedikit mengobrol hingga ternyata tujuan akhirnya adalah mengajak ke sebuah organisasi di luar sekolah yang membuat babak baru dalam hidupku yang tak pernah aku duga.

Lanjut ke bagian 67

Make A Better Place (Autobiografi Triocahyo Utomo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang