Daily 2 Tentang Aku dan Dunia Kecilku

815 8 0
                                    


"Aku beruntung karena saat itu aku belum mengenal sebuah kata yang sering orang sebut kesepian. Pintu rumah yang terkunci seolah menutup pintuku menuju dunia luar namun justru sekaligus membuka lebar-lebar pintu ke dunia imajinasiku. "

Kehidupan terus berlanjut. Kini aku mulai menjalani rutinitas kehidupanku sepertihalnya anak-anak pada umumnya yakni bersekolah. Mencari ilmu sebanyak banyaknya demi bekal untuk menjalani kehidupan di masa selanjutnya yang lebih baik.

Masa sekolah dasar banyak yang mengatakan adalah masa dimana kita sedang asyik-asyiknya bermain dengan penuh keceriaan dengan teman-teman yang ada di sekitar kita.

Namun tidak bagiku.

Bagiku itulah masa yang begitu sunyi di mana hari-hari hanya aku lewati sendiri. Meskipun jika saat ini aku memikirkan bahwasannya itu adalah hal yang membosankan, namun aku hanya tersenyum dalam hati.

Aku beruntung karena saat itu aku belum mengenal sebuah kata yang sering orang sebut kesepian. Pintu rumah yang terkunci seolah menutup pintuku menuju dunia luar namun justru sekaligus membuka lebar-lebar pintu ke dunia imajinasiku.

Aku seperti masuk dalam kotak mainan kecil layaknya tokoh utama dalam Film Anime Sword Art Online yang di ceritakan dalam kisahnya bahwa sang tokoh utama yakni Kirigaya Kazuto terjebak dalam dunia gamenya. Sama seperti aku yang terjebak dalam dunia kotak kecil mainanku.

Dan saat itu juga entah kenapa aku tak pernah mengingat satu kata yang sering orang sebut teman, ketika aku mulai masuk semakin dalam ke dunia khayalanku. Aku pandangi arah pintu yang ternyata masih terkunci sembari menata sebuah kertas bergambar pemain sepak bola yang sering di sebut oleh anak kecil didaerahku dengan istilah wayangan.

Aku sengaja mengunci pintu karena merasa tidak nyaman ketika ada orang lain yang mengetahui tentang hal tak berguna yang aku lakukan untuk mengisi hari-hariku yang membosankan.

Atau memang aku sendiri yang lebih menikmati permainan semacam itu. Karena aku tak tahu dengan siapa lagi aku harus berinteraksi.
Entahlah.

Aku mulai melipat dua lembar kertas dan ku tata saling berhadapan yang aku imajinasikan bahwa itu adalah sebuah gawang lalu aku mengukir sebuah kapur tulis agar berbentuk bulat yang aku ibaratkan adalah sebuah bola. Jam tanganku yang rusak adalah laksana waktu pertandingan dan tak lupa buku kecil untuk mencatat top skor, nilai dan poin untuk transfer pemain.

Mungkin saat ini aku bisa menertawakan apa yang pernah aku alami pada hari itu, sebuah hari dimana aku masih berada pada masa kecilku.

Itu hanya sedikit gambaran masa kecilku yang penuh khayalan dan hanya untuk sekedar menghilangkan rasa sepi. Namun aku tak pernah tau semua itu mengajariku untuk melatih imajinasiku.

Pada saat SMP aku sempat menuliskan beberapa lagu. Meski menurutku tak cukup layak tapi setidaknya aku berhasil membuat untaian nada dari beberapa chord standard yang aku pelajari sendiri.

Aku tak pernah tau dari mana kata-kata itu muncul. Tapi setelah aku pikir-pikir kata-kata itu seperti seolah muncul dari peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi dalam hidupku sebelumnya.

Apalagi jika terlintas ingatan semenjak banyak perubahan terjadi di masa kecilku yang harus berpindah-pindah tempat tinggal. Setiap yang datang dan yang ditinggalkan selalu menyediakan cerita tersendiri untukku.

Hingga semakin kesini aku mulai menyadari bahwasanya ini adalah hal yang buruk untuk mendapatkan seorang teman karena terlalu banyak waktu aku gunakan hanya untuk berdiam sendiri dirumah.

Setelah selesai mengerjakan tugas PR di sekolah tadi pagi. Tepat di halaman buku paling belakang mulai aku tuliskan huruf demi huruf untuk melampiaskan semua hal membosankan yang aku alami saat itu.

Berawal dari itulah aku mulai menulis. Hingga aku mulai beranjak dewasa. Semua pelampiasan yang aku tulis sudah bukan lagi pelampiasan, melainkan sebuah pelajaran.

Pelajaran dalam menjalani kehidupan. Seiring mulai datang beberapa orang yang tanpa sengaja mengetahui memuji dan menghina coretan-coretan kecil yang aku tulis hingga tak sedikit yang mengecapku puitis. Padahal aku selalu merasa tak sama sekali seperti itu. Aku tetaplah aku. Sama seperti orang-orang pada umumnya.

Karena berbeda dengan penulis lainnya yang kebanyakan berkepribadian introvert. Hal itu sepertinya tak terjadi kepadaku.

Namun terserahlah semua orang bebas berpendapat, tapi mereka harus tau. Aku bukanlah seorang puitis.

Aku hanya mengabadikan momen yang mungkin akan terlewat begitu saja menggunakan sebuah tulisan sederhana. Meski aku juga tak pernah bisa menulis dengan baik. Aku hanya sedang menghabiskan waktuku yang membosankan ini.

Lanjut Bagian 3

Make A Better Place (Autobiografi Triocahyo Utomo)Where stories live. Discover now