Daily 22 Kisah Mistis LDKPO

77 1 0
                                    

"Aku hanya termenung dan pandanganku justru samar, pikiranku melayang-layang jauh. Tentang ruangan di ujung selatan, WC sekolah yang jarang di pakai dan juga tentang bayangan."

Lagi-lagi hari ini aku kesiangan. Dengan segenap tenaga dan semangat yang masih ada di pagi yang sejuk ini aku segera mengambil langkah seribu untuk segera mungkin menuju ke sekolah.

Aku seolah telah kehilangan banyak waktu hanya karena aku begadang menonton bola setelah pulang dari Madrasah semalam.

Pagi ini aku berangkat sekolah dengan berjalan kaki seperti biasanya. Ketika sampai di Pasir Kidul, tempat dimana aku biasa membeli es di warung yang ada di samping sungai Susukan. Seorang ibu menggunakan seragam gurunya dengan kendaraan bermotor berhenti tepat di sampingku.

Beliau adalah Ibu Sri Suwariningsih, Bu Wari biasa aku memanggilnya. Bu Wari adalah wali kelasku, beliau tinggal di Pasir Kidul tepat seberang jalan tempat warung es biasa aku mampir sepulang sekolah.

Beliau sangat baik kepadaku, Aku sering diajak ikut berangkat bersamanya ketika bertemu di jalan menuju sekolah, awalnya aku merasa tidak enak. Tapi jika menolak, pasti aku akan terlambat, dan beliau sudah mengetahuinya, sehingga aku putuskan untuk ikut dengan beliau.

Kini kegiatan belajar mengajar di kelas 8 telah berjalan efektif, dan harus aku katakan bahwasanya apa yang di katakan murid perempuan di lapangan beberapa waktu lalu tidaklah benar, karena ternyata yang menjadi wakil ketua kelas adalah aku, bukan dia.

Aku sebenarnya tidak menginginkan jabatan ini dengan beranggapan nanti kedepannya aku akan sibuk dan tidak fokus dengan latihan di SSB ataupun kegiatan ekstrakurikuler Sepak bola.

Tetapi setelah dipikirkan, ini hanya wakil, dan hanya pengurus kelas dan akhirnya aku terima untuk menjalankan amanah ini.

Semoga saja itu menjadi hal yang positif karena aku juga kembali menjadi anggota OSIS dan kini menjabat pada sekbid keolahragaan.

Aku juga kembali harus menjalani LDKPO yang sungguh mengantukkan. Karena sudah aku prediksi sepertihalnya dengan tahun sebelumnya aku pasti tidak bisa memejamkan mata sama sekali ketika harus menginap disekolah.

Insomnia sungguh sangat mengganggu bagiku karena pada pagi harinyapun aku tidak langsung pulang karena harus mengikuti kegiatan-kegiatan lain yang berakhir ba'da dzuhur.

Tapi sesungguhnya itu adalah saat dimana aku benar-benar banyak belajar akan sebuah pelajaran yang berharga. Jikalau tahun lalu aku hanya seperti menjadi pelengkap. Kini aku yang harus membimbing dan menjadi teladan untuk adik-adik kelasku baik pengurus OSIS baru ataupun semua siswa lain di sekolah.

Kegiatan pemilihan dan sekaligus penjadwalan stuktur Pengurus OSIS diadakan pada jam terakhir di ruang perpustakaan sekolah di lantai 2.

Tanpak banyak sekali orang asing yang berada di ruang itu. Mereka terlihat khidmat mengikuti prosesi acara yang di sampaikan oleh Bu Endah Fajar dan Pak Zaenal Arifin yang menjadi Pemandu jalannya pembuatan struktur organisasi.

Siang itu aku sungguh lapar, sesekali aku melihat ke jendela dan banyak siswa lain dikelas yang akan bersegera untuk bersiap pulang. Ada juga sebagian kelas yang muridnya sudah berhamburan keluar sementara ada sekitar 5 murid sedang menyapu di kelas.

Aku ingat akan lucunya saat itu, ada sebuah peraturan yakni barang siapa ada yang tidak piket kelas maka akan didenda Rp 5.000. Menurutku simple namun cukup mendidik.

Aku juga tidak mengerti bagaimana betapa malasnya saat itu hanya untuk menyapu dan mengepel kelas sesaat, itupun dengan teman-teman yang lain.

Sangat tidak ada apa-apanya dibanding kerasnya bekerja untuk mencari penghasilan. Tapi meskipun demikian aku bukanlah murid yang sering kabur pada saat jadwal piket.

Make A Better Place (Autobiografi Triocahyo Utomo)Where stories live. Discover now