Daily 105 OKK Maba 2017

37 0 0
                                    

Ini adalah tahun kedua ku tinggal di Privinsi Banten, tepatnya di kota Cilegon. Belum banyak yang aku ketahui tentang kota ini. Karena jadwal kerjaku yang cukup padat juga tntang keseharianku yang lebih banyak menghabiskan waktu di kontrakan tempat dimana aku tinggal kini. Ketika ada waktu libur kerja juga lebih sering aku manfaatkan untuk pergi ke Jakarta tempat dimana saudaraku tinggal. Di tahun ini juga mungkin tahun dimana aku akan membuka lagi lembaran baru di perjalanan hidupku, teman kerja yang datang dan pergi. Semuanya berakhir dengan seiring berjalannya sang waktu. Ini adalah tantangan baruku untuk melanjutkan pendidikanku di Universitas. Sebelum lebaran kemarin, aku sempat berunding dengan orang tuaku untuk melanjutkan kuliah di kotaku yakni kota Purwokerto, dan akupun sudah mulai mencari info-info pendaftaran di Unsoed maupun IAIN Purwokerto. Namun orang tuaku yang semakin menua dan kondisi ekonomi membuatku berfikir ulang, jika uang yang aku kumpulkan selama ini mungkin mencukupi untuk biaya kuiahku juga keseharianku 4-5 tahun mendatang. Namun bagaimana dengan orang tuaku? Aku seperti sudah tak ada pilihan lagi, karena impianku untuk melanjutkan di Perguruan Tinggi Favorit mungkin sudah gagal ketika aku tidak masuk SBMPTN di Unpad tahun lalu. Juga harapanku untuk kembali bernostalgia teman lamaku di Purwokerto sepertinya pun tak terwujud. Namun kabar lain datang ketika status pekerjaanku telah di permanenkan. Dan setelah itu juga aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah sambil bekerja. Aku mulai mencari info kampus yang menyediakan kelas malam dari internet juga dari beberapa temanku yang aku kenal yang tinggal disini. Atas saran seorang teman akhirnya aku cari sebuah kampus bernama Universitas Bina Bangsa (Uniba). Jarak dari kontrakanku ke kampus cukup jauh yakni sekitar kurang lebih satu jam perjalanan menggunakan motor. Namun pada saat seleksi penerimaan aku berhalangan hadir karena aku harus pergi ke Bogor untuk menghadiri acara di tempatku bekerja. Setelah menghubungi pihak kampus akhirnya akupun di perkenankan mengikuti test susulan. Hari demi haripun berlalu setelah lolos seleksi penerimaan, tibalah saatnya untuk mengikuti kegiatan OKK (Orientasi Kehidupan Kampus). Jika di kampus lain ada yang mengunakan istilah OPAK ataupun OSPEK. OKK di Uniba sendiri di laksanakan selama 4 hari. Namun aku yang berada di regular 3 hanya di wajibkan 2 hari yakni hari Sabtu dan Minggu. Karena di Pabrik tempatku bekerja hanya mendapat satu hari libur yakni hari Minggu, maka aku mengajukan cuti dan sebagai gantinya aku tidak jadi mudik ke kampung halaman saat Hari Raya Idul Adha. Padahal ini adalah ke 4 kalinya aku merayakan Idul Adha di tempat orang, terakhir kalinya aku merasakan Hari Raya beserta kerabat di kampung terjadi pada Tahun 2013. Saat itu juga aku sebagai ketua PHBI (Peringatan Haari Besar Islam) di desaku. Rasanya memimpin organisasi berbaur dengan masyarakat adalah kenangan yang tak terlupakan di tahun terakhirku. Saat itu juga demi kelancaran di puncak acara saya didaulat oleh sesepuh desa untuk berpuasa dari jam 3 pagi hingga jam 12 malam. Sebelum mngikuti kegiatan OKK, kami para maba di di beri pengarahan seminggu sebelum kegiatan itu berlangsung.

Perlengkapan tersebut meliputi Namtag, pin bros garuda dan merah putih, peci hitam, sepatu pantofel hitam dll. Aku yang notabene orang baru di sini menggunakan aplikasi google map beserta beberapa info lokasi yang diberikan teman untuk mencari perlengkapan tersebut. Aku mungkin bisa lebih mudah untuk menyelesaikannya jika aku mencari bersama-sama dengan kelompok. Namun ternyata semua anggotaku di kelompok 18 tinggal ditempat yang jauh dari kostanku. Aku berada di kota yang berbeda. Disela sela jam kerja yang masih padat aku berusaha secepat mungkin menyelesaikan melengkapi semua perlengkapan yang di butuhkan. Namun sayang semua tidak berjalan mulus, aku membeli karton name tag di tempat fotocopy disekitar daerah cigading. Setelah itu aku pergi ke arah Cilegon untuk membeli dasi pin dan peci sesuai petunjuk temanku. Namun took perlengkapan sudah tutup aku hanya mendapatkan peci hitam di penjual yang berada di sekitar Masjig Agung kota Cilegon. Aku berhenti sejenak sambil menggores layar smartphone androidku untuk menunnggu balasan WA dari salah seorang kenalan yang tinggal di cilegon. Dia memberikan informasi untuk pergi ke toko bernama Virgo untuk melengkapi, saya segera seach keyword tersebut melalui aplikasi google map , namun disitu saya hanya mendapat bendera merah putih. Untuk pin garuda berhasil saya dapatkan di toko kecil di daerah Masjid Agung. Dan untuk dasi hitam aku dapatkan di pusat perbelanjaan Edy Toserba di daerah simpang kota Cilegon. Mungkin tujuan lain dari aku mencari semua itu adalah agar aku bisa lebih mengenal didaerah sini. Hari OKK itu pun tiba, dari jam 2 aku terbangun untuk merpersiapkan semuanya sembari makan dan menunggu waktu shubuh. Jam 5 kurang aku berangkat menuju kampus. Dan sampai sekitar jam 6 kurang 10 menit. Jalanan yang sepi membuatku bisa leluasa tancap gas. Sampai disana kegiatan dimulai dengan lancer dan tertib, acara hari itu hanya dipenuhi dengan materi seperti wawasan kebangsaan. Tentang Penanggulangan Narkoba, dan banyak hal lain mengenai perbedaan system pendidikan di dunia perkuliahan yang sangat berbeda jauh dengan yang ada di tingkat Kuliah. Aku kadang khawatir, padatnya jam kerjaku akan membuat kuliahku nanti menjadi begiu berantakan, namun aku masih mempercayai bahwasannya setiap masalah yang datang pasti akan ada solusi yang mengikutinya. Aku hanya berusaha mengikuti sang waktu dan terus mengendalikannya dengan memberikan semua yang terbaik di deti demi detik yang aku jalani di hidup ini. Dan satu lagi yang akan selalu aku pegang adalah niat dan kerja keras. Bukan hanya sampai wisuda kelak namun untuk selamanya. Di hari kedua OKK adalah kegiatan jalan sehat dari Alun-alun kota Serang menuju kampus sekaligus soft lounching UNIBA (Universitas Bina Bangsa). Di hari kedua ini aku manfaatkan dengan betul untuk lebih mengenali budaya Banten, Watak dan juga gaya hidup penduduk Banten, khususnya di Kota Serang ini yang tentunya sangat berbeda denganku yang dari Jawa Tengah. Pada hari itu juga aku pertama kalinya melihat sebuah kesenian bernama debus, sebuah ilmu kebal yang sampai saat ini aku belum tahu bagaimana cara melatih dan menyempurnakannya. Namun aku tak bisa menikmati bahkan badanku panas dingin karena itu terlalu ekstrim. Setelah itu acara hiburan juga kembali di tampilkan kesenian-kesenian lain khas Banten satu persatu ditampilkan di panggung, aku harus lebih mengenali dan memahami sehingga apa yang aku dapat selama di Banten ada yang tersisa ketika kelak aku kembali ke Jawa Tengah ataupun mencari kota yang lain. Kegiatan demi kegiatan OKK MABA 2017 pun akhirnya berlalu, di hari itu aku melihat suasanya yang sebelumnya tak pernah aku lihat, kota baru lingkungan baru danorang-orang baru namun ketika aku sampai kost yang tersisa hanya diriku sendiri. Aku seolah berada pada dua dunia yang bebeda. Setelah OKK berakhir aku keembali ditugaskan untuk diminta ttd dan stample dari 10 organisasi yang ada di kampus. Sebagian besar kelompokku yang regular 1 bisa menyelesaikan karena memiliki banyak waktu di siang hari. Dan aku hanya memiliki waktu sedikit dan sekali lagi aku harus bergerak cepat, malam hari ketika hampir semua maba sudah tidak ada lagi yang meminta stample aku manfaatkan untuk menyelesaikan semuanya dengan sekejap. Aku melihat banyak sisi lain, ketika aku bertemu ketua-ketua yang ada di kampus. Begitu banyak hal yang aku ketahui juga wawasan-wawasan baru. Ketika selesai aku segera bergegas ke masjid kampus untuk melepas lelah dan merenung tentang hari-hari yang telah dan akan aku lalui. Dan masjid di kampus ini memberikan kenyamanan tersendiri untukku. Ketika malam mulai larut satu demi satu orang meninggalkan kampus. Aku lupa bahwa sebenarnya aku juga tadinya berniat untuk mampir ke toko buku yang ada di Pakupatan. Namun ternyata sudah larut malam, jarak kampus ke kostan juga bukanlah jarak yang dekat. Akupun bergegas menuju tempat parkir kampus untuk mengambil motor untuk mencari makan di warteg pinggir jalan sembari pulang, meninggalkan kampus itu, meninggalkan kota Serang dan meninggalkan cerita di hari itu.

Make A Better Place (Autobiografi Triocahyo Utomo)Where stories live. Discover now