Daily 17 Kehidupan Remajaku

169 3 0
                                    

"Mungkin diluar sana kebanyakan remaja pada umumnya menghabiskan banyak waktu untuk berkumpul dengan keluarga, nongkrong bareng teman ataupun liburan bersama.
Sementara sebagian besar waktu luangku habis di lapangan. Dan aku tak pernah menyesali itu meskipun aku sadari aku kesulitan untuk memiliki teman selain dari sepakbola."

Cerita Berlanjut..

Tahun 2008 itulah awal dari perubahan pertama dalam hidupku. Sebuah masa dimana akhirnya aku menjejakan kaki di bangku SMP.

Akupun membuka lembaran baruku. Lembaran yang mungkin akan menyepikan lagi untuk ku. Aku tak lagi satu sekolah dengan Vian. Teman sebangku ketika SD sekaligus teman pertamaku.

Meskipun tidak lagi satu sekolah namun kami masih sering bermain bersama karena rumah kami yang dekat.

Game Wining Eleven, Petualangan ataupun lain sebagainnya masih selalu menghiasi masa SMP kami.

Saat itu juga kami bergabung disalah satu SSB terbaik yang ada di daerah kami yakni SSB Bintang Sembilan.
Meskipun jarak yang cukup jauh namun kami tak peduli bagaimana caranya agar mimpi dan cita-cita kami menjadi pesepakbola profesional terwujud. Entah kenapa sejak kecil aku sangat menyukai sepakbola. Olahraga terindah yang pernah aku kenal. Aku selalu memimpikan kelak bisa membela timnas Indonesia. Aku akan terus berjuang untuk itu.

Selain rutin berlatih di SSB, aku juga mengikuti Ekstrakulikuler Sepak Bola di sekolahku dengan harapan bisa masuk menjadi tim utama sekolah.

Aku selalu berlatih setiap hari. Ketika Minggu pagi aku berlatih bersama SSB Bintang Sembilan di lapangan Kedungbanteng. Dan setiap Sabtu dan Selasa sore adalah jadwal latihan tim sekolahku berlatih sepakbola di Lapangan Karanglewas. Tapi selain hari itu, setiap sore aku tetap berlatih di lapangan sepakbola yang berada di desaku.

Meskipun pada akhirnya aku harus gagal terpanggil untuk mewakili sekolah, aku mendapat kesempatan seleksi di cabang lain yakni atletik namun masih gagal lagi ketika aku hanya berada di posisi kedua di sekolahku.

Dan beginilah aku tumbuh, kehidupan remajaku tak jauh dari sepakbola, sepakbola dan sepakbola.

Mungkin diluar sana kebanyakan remaja pada umumnya menghabiskan banyak waktu untuk berkumpul dengan keluarga, nongkrong bareng teman ataupun liburan bersama.
Sementara sebagian besar waktu luangku habis di lapangan. Dan aku tak pernah menyesali itu meskipun aku sadari aku kesulitan untuk memiliki teman selain dari sepakbola.

Tiap sore liburan atau pun waktu luang entah bulan ramadhan ataupun siang hari aku tak peduli. Bagiku sepak bola sudah seperti bagian yang tak pernah bisa di pisahkan dari hidupku. Sebuah kerjasama kekompakan yang di setiap tempatnya kita akan bertemu lawan dan kawan baru yang pada akhirnya saling mengenal dan berteman baik.

Sementara kedua orangtuaku adalah orang yang sedang bekerja keras untuk menghidupi keluarganya sehingga bahkan aku hanya memiliki waktu yang sedikit sekali bersama mereka.

Dengan kesibukan mereka aku lebih banyak menghabiskan waktu sendiri di rumah. Dengan bermain dengan mainan koleksiku ataupun pergi berkeliling ke rumah teman yang sekiranya bisa didatangi untuk diajak bermain meskipun kadang aku dapati harus kembali pulang ketika orang tua mereka menyuruhnya tidur siang.

Aku yang kurang terpantau oleh pengawasan orang tua tumbuh mengalir sepertihalnya anak-anak pada umunya. Mengalir mengikuti irama sang waktu.

Meski sebenarnya kebebasan itu tak juga sepenuhnya bebas, apalagi ketika ibuku berada di rumah. Untuk meninggalkan rumah saja adalah sebuah misi tingkat dewa yang kadang tak pernah bisa ku selesaikan.

Bahkan hingga akhir SMP aku sadari aku sangat jarang bermain pada malam hari. Hingga mungkin berdampak sampai sekarang kadang timbul rasa malas ketika keluar malam hari meskipun pada dasarnya aku merasa begitu senang ketika aku dapati aku telah berada diluar rumah.

Make A Better Place (Autobiografi Triocahyo Utomo)Where stories live. Discover now