Daily 106 Masa Awal Perkuliahan

37 0 0
                                    


Ini adalah fase yang pernah aku impikan sebagai suatu kebahagiaan, sebagai masa yang indah. Yah dulu aku berfikir seperti itu. Sebagai lelaki yang terlahir dari keluarga yang tidak mampu, tak pernah dalam anganku sedikitpun bermimpi untuk melanjutkan kuliah. Dulu, yah ketika untuk menyelesaikan SMK saja semuanya sudah terombang ambing. Bahkan sejak memasuki masa SMK pun sebenarnya aku sudah bekerja, sepulang sekolah ataupun saat hari libur aku selalu membantu almarhum pamanku di besalen. Dan uang itu aku kumpulkan untuk membeli handphone seperti yang dimiliki semua teman kelasku. Untuk saling SMSan dan sebagainya. Bulan demi bulan berlalu menjelang kenaikan kelas 2 SMK akhirnya aku memiliki sebuah handphone Nokia bekas, itulah hape pertamaku. Namun baru beberapa minggu handphone itu tak sengaja jatuh karena kondisi rumah yang gelap karena saat itu aku baru pulang mengaji di pondok dan waktu sudah larut malam. Aku sengaja tidak menyalakan lampu karena takut membangunkan orang tuaku. Dan akhirnya handphone itu rusak, mungkin karena kondisinya bekas sehingga tidak bisa diperbaiki lagi aku sangat sedih. Hingga menjelang kunjungan industry waktu dimana semua siswa menikmati liburan dan pelajaran baru study banding di Jakarta, ini adalah moment yang harusnya aku kenang, tapi sayang di moment seperti ini aku tidak memiliki handphone bahkan untuk mengabari keluarga dirumah atau siapapun. Begitupun di sekolah, aku sering di panggil wali kelas karena tidak pernah mengambil raport, biaya SPP ataupun sebagainya masih banyak yang tertunggak, namun aku bersyukur karena beasiswa supersemar menyelamatkanku. Aku teringat ketika sepulang sekolah kondisi rumah tak seperti biasanya, tanpak lebih kacau. Aku tahu ada yang tidak beres, aku merasakan orang-orang telah datang dan meninggalkan rumahku. Aku mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Dan sebuah berita yang membuat detak jantungku lebih cepat dari biasanya. Ya sebuah kabar yang tak begitu baik, namun aku masih bersyukur karena ayahku masih di beri umur panjang. Beliau terjatuh dari pohon yang cukup tinggi, untung banyak warga sekitar yang memberi pertolongan. Namun tetap saja sepertinya beberapa bagian tubuhnya mengalami keretakan. Setelah itu aku sama sekali tidak meminta uang kepada ayah ataupun ibuku, setiap hari aku berangkat sekolah dengan sepeda usang yang remnya telah rusak. Perjalanan dari rumahku ke sekolah cukup jauh, namun semangat membuatku menghilangkan semua kelelahan itu. Massa putih abu-abu adalah masa yang indah, dan cinta monyet pun kadang sering muncul pada masa itu. Dan setiap cowo pasti akan berusaha terlihat perfek ataupun maksimal di depan wanita. Dan rasa itu kadang membuatku menjadi sangat minder, aku yang berangkat dengan sepeda usang sementara mereka menggunakan motor yang bagus. Juga kadang banyak banyak siswi yang melihatku dengan tatapan aneh ketika angkot yang mereka tumpangi menyalip sepeda usangku. Mungkin itu tatapankasihan, tapi entah tatapan kasihan ataupun apa aku tak peduli, aku hanya membalasnya dengan senyuman. Ketika ayah ataupun ibuku memberikan saku aku tak pernah memakainya untuk mwmbeli jajan, ketika aku ingat buku LKSku banyak yang belum dibayar. Saat istirahat aku hanya menghabiskan waktu di masjid ataupun perpustakaan sekolah. Dan tak terasa masa itu telah terlewati, hidupku telah jauh berubah tapi entah kenapa terkadang aku rindu masa itu? Kini aku punya handphone baru yang canggih, Motor Besar yang aku beli dari hasil kerjaku di PT. bukan sepeda usang tanpa rem lagi. Tapi kenapa? Karena sesungguhnya hidup di kampung sendiri bersama keluarga selalu lebih indah daripada menyepi sendiri jauh di kota Orang. Dan setelah menjadi karyawan tetap aku memutuskan melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Serang, Banten. Jarak tempat kost hingga kampus jika lancer bisa ditempuh dengan waktu 1 jam. Aku memilih mengambil kampus tersebut karena akreditasinya yang cukup baik. Sehingga karena niat tak apalah, meski dengan jarak yang jauh. Lagipula aku pernah menjalani hidup yang berat ketika SMK. Namun aku tak tahu entah pilihan ini benar atau salah tapi inilah jalan hidup yang telah aku pilih. Baru di awal perkuliahan kuliahku sangat berantakan, bukan karena aku lelah ataupun mengeluh, tapi karena jadwal kerjaku yang menjadi lebih padat dan banyak waktu bentrok ketika aku bekerja saat shift sore. Ketika pekerjaan lancar, 16.30 aku meninggalkan pabrik, dan sampai di kost jam 16.45 tanpa istirahat aku bergegas mandi dan sholat ashar. Setelah itu aku langsung berangkat kuliah, dan biasanya dengan kecepatan penuh aku sampai di kampus ketika waktu maghrib. Atau terkadang bebeapa menit sebelum perkuliahan pertama dimulai pada pukul 18.30. Lelahnya bekerja dan jarak yang sangat jauh membuatku tanpak kacau di kelas, tapi aku tak peduli. Meskipun absenku terburuk, namun aku bersyukur aku salah satu mahasiswa dengan nilai terbaik di kelas. Aku selalu mempelajari materi di internet karena keadaan, hingga beberapa teman kelasku heran kenapa aku yang tidak pernah masuk dapat megerjakan dengan baik tugas-tugas yang dibeikan dosen. Tapi tak selamanya juga begitu, tetap saja sekali tertinggal lama-kelamaan bisa saja aku tertinggal dari yang lain. Karena setiap dosen memiliki persepsi yang berbeda, ada yang kritis dengan memahami kemampuan mahasiswanya dan banyak pula yang hanya berpedoman pada absen. Semuanaya aku serahkan kepada yang diatas, kepada Tuhan yang lebih mengatur segalanya. Aku hanya bisa berusha dan berdoa. Ketika awal perkuliahan aku sempat memiliki target untuk menjadi mahasiswa terbaik minimal untuk satu prodi. Tapi jika seperti ini sepertinya kesempatan hanya 0,0001%. Tapi tetaplah Allah SWT yang mengatur. Aku hanya berharap bisa menyelesaikan kuliah dengan nilai yang baik. Apalagi dengan sekarang kondisiku yang sering sakit-sakitan, aku tak memaksakan diri lagi, aku tak menuntut lebih. Aku harap orangtuaku tak pernah mengetahui hal ini. karena aku akan menikmatinya, sebuah masa, waktu kurang lebih 4 tahun dan dikota yang baru ini. Masa yang hanya datang sekali ini saja, masa yang suatu saat hanya bisa aku kenang. Kini aku hanya menjalani setiap inci kehidupan detik demi detiknya dengan sebaik mungkin, Semoga Allah SWT senantiiasa memberikan keberkahan dan lindungannya, Aamiin aamiin ya rabbal alamiin

Make A Better Place (Autobiografi Triocahyo Utomo)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora