Daily 101 Mungkin Saja Senyummu Hanya Sementara Kawan

35 1 0
                                    


Apakah selamanya akan seperti ini moral bangsa ini? Apakah tak adalagi cara untuk bersyukur? Sesungguhnya kehidupan didunia ini diciptakan sama sekali bukan untuk bersenang-senang. Beberapa hari yang lalu adalah hari kelulusan bagi siswa tingkat SLTA sederajat di Indonesia. Hampir semua kota di Indonesia setiap bagiannya dihiasi oleh perilaku anarkis calon-calon yang katanya telah lulus dari bangku SLTA itu, atau justru calon-calon pengangguran di tahun 2017? Wkwk semoga saja tidak, demi Negara Indonesia yang tercinta ini semakin maju dan berkembang kedepannya? Aamiinin aja kawan.

Hal seperti konvoi corat-coret melanggar lalu lintas seolah telah menjadi adat istiadat di negeri ini, parahnya yang berperilaku demikian justru sebagian besar dari mereka yang baru saja akan menjajaki kehidupan yang sesungguhnya selepas lulus dari SLTA.

Hari itu sepulang kerja di daerah kawasan industry di kota Cilegon, aku yang berboncengan motor dengan seorang kawanku yang berasal dari Jakarta Utara sedang menikmati teriknya udara sore kota Cilegon yang tetap begitu panas dalam perjalanan pulang menuju tempat kost kami. Di tengah perjalan kami melihat sekelompok pelajar dengan baju penuh dengan pilok dengan mengendarai motor yang sangat tidak standard dan menurutku modifan yang begitu buruk tanpak menggeber gas motornya disebelah kami. Aku hanya tesenyum, sembari melanjutkan perjalanan temanku sedikit bercerita kepadaku dengan logat khas Jakartanya.

“Dulu jaman gua sekolah, kaya gitu mah udah ga jaman. Ya emang pas awal STM kami tiap minggu bisa tawuran, tapi kami sadar pas lulus baju-baju kami kumpulin terus dibagi-bagiin ke panti asuhan”.
Deg, sesaat pikiranku terbesit kembali akan sedikit kisah dimasa lalu. Tentang sesuatu membosankan yang telah terjadi tiga tahun yang lalu. Ya tepat sekali tahun 2014 hal itu terjadi di sebuah kota yang masih aku ingat betul namanya, kota Purwokerto.

Sekitar tiga tahun lalu aku menyelesaikan pendidikanku di salah satu SMK Negeri di Purwokerto, Jawa Tengah. Meskipun tidak pernah menjadi yang terbaik di sekolah ataupun kelas aku bersyukur karena aku lulus dan mendapat nilai UN yang cukup baik. Dan ketika hari itu tiba, hari dimana semua siswa kelas XII seantero Indonesia atau mungkin diseluruhbelahan dunia merayakan dengan begitu hebohnya, merayakan dengan begitu berlebihan. Mungkin mereka merasa lulus adalah kebahagiaan yang seutuhnya.

Namun tidak denganku, aku tahu nilai tak seberapa apalagi dengan sebuah kesuksesan dan kebahagiaan idup, jelas tidak ada jaminannya. Dan aku mengerti hal-hal berat dan tak pernah kusangka mungkin akan terjadi dalam hidupku kedepan, dan akan sangat membuang waktu bagiku jika hari ini aku hanya menghabiskan waktu untuk berfoya-foya konvoi ataupun corat-coret baju sekolah yang begitu saya banggakan, itu sangat membosankan dan sangat sangat sangat tidak berguna bagiku.

Siang itu pengumunan kelulusan telah berakhir sebagian siswa bersiap untuk melampiaskan kebahagiaan mereka dan sebagian langsung pulang kerumah, Begitupun beberapa teman-temanku mereka telah mempersiapkan dengan baik agenda konvoi yang sangat merugikan itu.

Namun aku memilih untuk sedikit meluangkan waktu disudut sekolah ketika sekolah sudah mulai sepi. Aku merenung sambil memikirkan apa yang aku harus lakukan kedepan. Aku pandangi halaman sekitar sekolahku juga kenangan yang masih terekam jelas di benakku, aku tau ini pepisahan. Tentang Lab Komputer, Ruangan Praktek, Bengkel, Masjid hingga Perpustakaan sekolah, mereka seakan mulai menucapkan selamat tinggal satu per satu kepadaku tanpa bisa aku cegah. Hanya keheningan, Sepi dan seorang diri, aku masih menatap tajam langit-langit dari halaman sekolahku dengan curah cahaya yang mulai berkurang, pertanda senja terus berlalu bersama jalannya sang waktu.

Dan memang benar seperti yang sedang aku pikirkan tiga tahun lalu saat sore hari di hari kelulusan, selain hari-hari dimana aku meninggalkkan sekolah ternyata saat itu juga hari-hari terakhirku meninggalkan kota Purwokerto yang sangat aku cintai, meninggalkan tempat-tempat yang biasa aku lewati dan mengukirkan kisah indah tiap bagiannya, juga sahabat, teman-teman yang tak terasa kini hampir tiga tahun telah aku tinggalkan.

Suara bising menghentikan lamuanku saat itu, Terdengar suara motor-motor dan terikan-teriakan kegembiraan aku rasa mungkin itu berasal dari jalanan sekitar sekolahku yang memang terletak di pusat kota. Apakah mereka punya SIM apakah mereka mematuhi lalu lintas dan yang simple saja apakah mereka memakai helm? Aku rasa tidak. Apakah itu bukan perbuatan yang tercela? Pikir sendiri!!!!

Tapi bagaimana lagi mereka sudah terlanjur terlalu bahagia. Nilai yang tinggi rajin dan cerdas disekolahpun bukan jaminan seseorang mendapat kesuksesan selepas lulus sekolah. Bahkan yang sudah di terima di Universitas ternamapun akan tercoreng ketika mereka tertangkap polisi di hari kelulusan haha malu-maluin saja dan lebih parah lagi jika mereka……. ?? lanjutin sendiri ya pasti kalian sudah pada maksud kan tanpa aku kasih to the point nya.

Jika yang juara dikelas juga tak menjamin masa depan apalagi mereka yang tak bermoral mengganggu lalu lintas dengan konvoinya, corat coret gak jelas. Tuhan maha adil kok guys.. Mungkin pikiran mereka tidak sampai pada ajaran religi bahwa hidup ini sementara dan begitu singkat.

Semua yang kalian lakukan itu memang ahak kalian, apapun yang mau kalian lakukan terserah, bukan urusanku juga. Aku hanya berpesan kawan jangan jadikan hari tutup tahun kelulusan juga sekaligus hari tutup usia,bertingkahlah sewajarnya sayangi nyawa kalian kawan, Ingat orang tua yang telah berjuang mati-matian untuk membesarkan dan menyekolahkanmu, terkecuali dengan mereka yang terbiasa sendiri.

Tak perlu disebutkan sudah berapa banyak kasus meninggal karena konvoi di Indonesia? Sudah terlalu banyak. Apa mereka tak pernah sadar betapa banyak anak-anak diluar sana yang tak sempat mengennyam pendidikan, atau mereka yang berjalan melewati sungai melewati hutan, perjuangan mereka hanya untuk mendapatkan sebuah ilmu, betapa bangganya mereka, betapa perjuangannya mereka demi mendapatkan seragam yang kalian coret-coret itu.

Berkacalah kawan kalian punya hati, cobalah berfikir positif, jika kalian berfikir, ini milik kalian, ini hidup kalian, berarti sama saja kalian tak memiliki tuhan, Karena sesungguhnya segalanya hanya milik Allah SWT. Ingatlah kawan hidup hanya satu kali jangan pernah kalian sia-siakan, hidup ini juga begitu singkat janganlah sampai terhanyut oleh gejolak dunia yang mungkin bisa membawa kalian pada hal yang mudharat. Isilah waktu yang singkat ini dengan hal-hal yang positif saling membantu memberi dan tolong-menolong pada sesama.

Hidup saling bergandengan, rukun hingga kita semua kembali kepada sebuah tempat yang terbaik
disisiNya. Aamiin aamiin ya rabbal alamiin.



Make A Better Place (Autobiografi Triocahyo Utomo)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt