Daily 67 Classmate SMK

8 0 0
                                    

"Menurutku masa sekolah adalah masa yang paling indah.
Jika hanya ada ekstrakurikuler dan sepakbola."

Seperti yang sudah kita ketahui, kita terka dan kita duga jika kehidupan SMK itu sangat jauh berbeda dari SMA. Terlebih lagi untuk SMK yang 90% muridnya adalah laki-laki. Ramai, ribut dan anarkis itu seolah menjadi hal yang biasa. Meskipun sebenarnya hanya dari sebagian kecil dari siswa itu dan tidaklah semua siswa SMK seanarkis itu. Solidaritas justru lebih sering terlihat bagi kami anak STM.

Namun hal itu sempat terpecah dalam sebuah pertandingan futsal classmate antar kelas. Hadiah mungkin tak seberapa. Namun gengsi dan intensitasnya sangatlah tinggi. Itu terjadi ketika jurusan Teknik Listrik bertanding melawan Teknik Bangunan. Dimana jurusan bangunan adalah yang terkenal paling fanatik di bandingkan jurusan lain karena Teknik Bangunan sendiri terdiri dari 3 jurusan yakni Teknik Gambar Bangunan atau Arsitektur, Teknik Survei Pemetaan dan terakhir tentu saja Teknik Konstruksi Batu Beton yang merupakan akar dari bersatunya mereka sebagai rumpun bangunan.

Sementara jurusanku sendiri yakni Teknik Listrik adalah yang terkenal santai dan enjoy. Kami memang tidak terlalu fanatik ataupun berisik tetapi untuk cabang futsal seringkali di dominasi dari Jurusan Listrik. Kami cukup membuktikan dengan hasil saja. Karena memang Alhamdulillah dari Jurusanku sendiri teman-teman sudah terlihat cukup dewasa dan mengedepankan respect dari fanatisme semata.

Dan menurutku untuk lawan terberat sendiri sebenarnya adalah dari Jurusan Mesin, namun supporter yang sangat fanatik dari Jurusan bangunan selalu memberikan tekanan tersendiri. Bahkan sempat terjadi perselisihan antara anak-anak jurusan Listrik dengan Bangunan bukan hanya dari futsal saja. Namun itu tidak sampai ke luar sekolah dan dengan sigap bisa di selesaikan oleh pihak kesiswaan. Semua kembali bersahabat seperti semula karena memang kita semua adalah satu keluarga, satu kesatuan SMKN 2 yang harusnya saling support bukan saling ingin menang sendiri dan menjatuhkan satu sama lain.

Di sekolahku sendiri terdiri dari 36 kelas dimana setiap angkatan terdiri dari 12 kelas yang didapatkan melalui seleksi nilai yang ketat. Untuk tiap kelas terdiri dari 32 murid. Sehingga total keseluruhan adalah sekitar 1150 siswa. Namun jumlah itu seolah terlalu banyak ketika hampir semua berkumpul di pinggir lapangan untuk melihat 10 orang siswa sedang bertanding memperebutkan kemenangan.

Gesekan-gesekan terjadi seperti saling dorong karena adanya sentuhan tidak sengaja. Saling ejek. Ini bisa saja terjadi yang bisa menimbulkan efek berkepanjangan.

Suasana seperti ini sangat berbeda dengan yang terjadi di SMP dulu yang jauh lebih kondusif. Tapi walau bagaimanapun semua masih berlangsung sewajarnya. Momentum classmate ini digunakan sebagai sarana untuk berkreasi dan menumbuhkan jiwa inovasi pada siswa di tiap kelasnya. Karena selain perlombaan seperti futsal dan bola voli ada juga penilaian tingkat kreativitas supporter yang meliputi keseruan yel-yel atau chant, poster hingga spanduk.

Yang aku sukai dari sekolahku saat itu adalah pihak sekolah benar-benar mendukung kegiatan ini. Bahkan siswa juga boleh membawa alat musik yang digunakan untuk mendukung. Ini tentunya membuat suasana lebih menarik. Bahkan mungkin terlihat seperti kompetisi resmi profesional. Karena meskipun SMK Teknik dengan siswa yang mayoritas laki-laki semua tetap bisa berjalan dengan tertib. Karena untuk bisa diterima di sekolah ini adalah dengan seleksi yang ketat sehingga murid yang ada di dalamnya juga adalah siswa pilihan.

Hal yang sangat di sayangkan adalah selama tiga tahun aku tidak mengikuti perlombaan futsal. Karena memang cederaku yang belum benar-benar sembuh di tambah di kelasku sudah banyak pemain yang lebih bagus. Maka dari itu untuk mengisi kejenuhan aku mengikuti cabang olahraga lain yakni bola voli yang tentunya juga cukup seru meskipun jujur aku hanya bisa melakukan servis dan sekedar membalikan bola ke area lawan. Sangat sederhana namun cukup menarik dari pada hanya duduk menonton.

Memang aku akui untuk futsal kelasku saat itu memiliki kemampuan teknik bermain yang cukup baik bahkan beberapa kali menjadi juara dalam satu angkatan. Bahkan ketika bertanding melawan tim dari desaku yang usianya lebih diatas, kelasku bisa memenangkan pertandingan.

Moment classmate memang selalu menjadi hal yang aku tunggu. Bernyanyi bergembira bersama teman satu kelas dalam mendukung pertandingan. Lalu juara.

Itu adalah salah satu kenangan yang indah dan kadang aku merindukan hari-hari itu ketika melihat turnamen futsal antar sekolah.
Semoga suatu saat aku bisa merasakan hal seperti ini lagi entah  seperti apa nanti konteksnya.

Menurutku masa sekolah adalah masa yang paling indah.
Jika hanya ada ekstrakurikuler dan sepakbola.

Sampailah waktu dimana semua hal itu berakhir. Kejadian demi kejadian telah terekam. Namun kenangannya satu persatu akan mulai terlupakan.

Lanjut ke bagian 68

Make A Better Place (Autobiografi Triocahyo Utomo)Where stories live. Discover now