"Tidak! ini adalah kesempatan melihat langsung! Sekalian kita bisa foto bareng dia-"

"PIERRE OTAKMU KEMANA SIH?!"

"Ini untuk pembuktian lebih misiku!"

"Sshht diam!"
Vincent memotong.
"Kalian tidakkah mendengar-"

.

.

Suara langkah berat mutannya terdengar menjauh.

"What the-- dia kemana?"

Krieet-

Aku terus menodongi pintu walau telah mendengar derit besi tralis yang kembali diangkat.

"Lucy?"

Dang!

Terdengar besi tralis sudah jatuh tertutup kembali.

"Lucy dia-"

Aku tercengang tak percaya.

"D-dia pergi?"

Aku benar-benar tak mengerti apa yang sedang terjadi saat ini.

"Lucy!"
Pierre mendesak.
"Dia jadi sudah pergi?"

"Se-pertinya y-ya-"
Aku mengerjap menurunkan perlahan senapan.

"Biasanya makhluk itu takkan menyerah--tetap mendobrak-"

"Terus kenapa dia tak mendobrak?!"

"Ya mana aku tahu Pierre! Aku kan tak bisa baca pikirannya!"

God!

Seakan dipermainkan oleh mutan ini.

Bagaimana jika dia memang sedang mempermainkan kalian?

"Uncle?"
Pierre tiba-tiba memekik.
"Uncle Kau sudah aktif lagi! sambungkan juga ke Lucy!"

Tampil pemberitahuan dilayarku.

-Center Connected-

"Akhirnya! Kalian bisa dengar jelas? Mana Vincent dan yang lain? Tabrakan tadi membuat komputer jatuh dari meja hingga harus restart ulang-"

"Vincent ada disini bersama kami tapi nanti saja penjelasannya!"
Aku menyelak cepat.
"Apa Uncle Cyril bisa-"
Mataku melihat kesudut-sudut langit atas yang ternyata tak ditempeli cctv.
"Tersambung ke kamera pengawas kapal?"

"Ya bisa, atas ijin komander memang kita terhubung dengan akses kamera pengawas tapi ada apa?"

"Bisa kau lihat dan pindai dengan mode penglihatan gelap isi ruang mesin lantai dua?"

"Kenapa-"

"Tadi mutannya ada didalam situ Uncle!"
Pierre menyambung.

"APA?!"

"Ya, tapi begitu--sayangnya belum sempat terekam-"

RED CITY : ANNIHILATION Where stories live. Discover now