-Enigma-

4.1K 754 237
                                    

From: My Girl
Bagaimana disana Ferdinand? Papa Mamamu ?

Aku disini baik, kau disana bagaimana? Mama Papa senang sekali kubawa piknik ke kabin dipinggir danau walau titik dingin hampir mencapai nol derajat. Aku merindukanmu Gisella!

From: My Girl
Aku juga merindukanmu! Pesawatku sebentar lagi berangkat menuju Tromsø! Kita bisa merayakan ulang tahun mamamu disana! Ya Tuhan, aku senang sekali kau akhirnya mau baikan lalu ikut temani papamu berobat kesana!

Geil! Kau benar akhirnya berhasil dapat penerbangan? Ya  Gisella, aku  tak tega membiarkan Mama saja yang menemani pengobatan Papa. Tapi tak salah memang papa pilih kembali berobat disini. Aku bisa melihat tenaga rumah sakitnya sangat profesional! Disitu ada dokter juga orang Rusia dan dia ikut menangani papa juga! Hanya mama yang banyak bicara , aku hanya banyak mengamati saja.

From : My Girl
Iya! Berhasil memang. Benar-benar hanya sisa satu kursi! LOL Ferdinand! padahal mamamu orang Rusia dan kau kan sempat beberapa kali menginap di Rusia dulu!

Mau bagaimana lagi? Akukan hanya menginap disana! Bicara ringan aku bisa mengatasi, tapi kalau perbincangan berat, aku nyerah ! Omong-omong jangan lupa ya call segera aku langsung ketika kau mendarat. Kau tak perlu sewa mobil lagi!  Kami disini sudah sewa mobil plus supir!

"Kenapa? Kau terlihat senang sekali? dari Pacarmu ya?"

Ferdinand menyengir, cepat memasukkan lagi ponselnya kesaku.
"Yes Pa! Dia bilang jadi mau ikut susul rayakan ulang tahun Mama besok di pondok kabin kita,"

Omongan Ayah dan anak terhenti ketika pintu mobil mereka dibuka oleh supir sewaan mereka selama dua minggu, Aksel.

"Unnskyld Meg! Mister Willem and Ferdinand! Kita sudah selesai isi bensin, aku akan pinggirkan dulu mobil ini kedepan pintu minimarket depan kita itu, sembari juga menunggu nyonya Evelina kembali dari toilet, aku mau beli segelas kopi hangat, kalian mau juga kan?"

"Kau selalu mengerti apa yang kami mau Aksel!"
Puji Willem lalu jadi mengusap dagu.
"Tapi aku kopi yang sedang saja ya? Maksudku kopi yang dicampur susu atau yang lain, takut lambung bermasalah-"

"Aku juga sama!"
Ferdinand ikut menyahut Ayahnya.

"Allright!"
Balas Aksel. Ia menyalakan kembali mesin mobil, memajukan mobil keluar dari jalur isi bensin menuju minimarket pombensin. Sebelum membuka pintu mobil , Aksel tak lupa memakai kembali topi beanie nya yang berwarna kuning cerah yang sempat ia lepas.

Willem yang duduk di sebelah supir kembali membalikkan badan, berbicara pada anaknya.
"Kau bayar berapa dia itu? Dan mobil ini? Cukup mewah, bukan sekedar SUV biasa!"

Ferdinand anaknya hanya mengangkat alis.
"Rahasia, tak perlu kau pikirkan juga."

"Gajimu jadi terpakai ya? Papa jadi tak enak-kau juga belum lama kerja sambilan-"

"Pa, ayolah!-"

"Papa bangga padamu, kuliah tapi bisa sambil partisipasi di internship perusahaan arsitektur. Kau bisa terpilih masuk internship!"

Ferdinand menampilkan senyum bangga. Bagaimana tidak. Hanya sedikit yang terpilih dan lebih syukurnya lagi, internship yang ia ikuti mendapat bayaran yang cukup besar pula.

Lagipula entah kenapa, ia merasa yakin akan lanjut bekerja disana. Karena atasannya mulai membawanya ketika tiap temu klien, akibat Ferdinand cukup jago dalam presentasi. Menurut atasannya,  Ferdinand memiliki suara meyakinkan. Suara mirip pembawa acara di tv.

RED CITY : ANNIHILATION Donde viven las historias. Descúbrelo ahora