Equals

7.4K 1.4K 1K
                                    

"Lucian,"

Kutarik napas pendek.

Suara Uncle Cyril terdengar tak enak sekali.

"Tidak bermaksud jadi menyebalkan, tapi hasil tembakan mu ini masih kurang baik juga."

Archibald ikut berdecak.
"Terus-menerus melenceng jauh, lebih tepatnya."

Ia lirik papan bidikku, membandingkan lagi dengan papan bidiknya sendiri.

Padahal tanganku sudah pegal sekali!

Dengan kepala tertunduk aku melangkah kembali menuju meja, coba menuangkan diri segelas teh hangat.

Kupegang kuat badan gelas dengan kedua tangan, membiarkan kehangatan menjalar- meredami rasa pegal parah pada jari serta telapak.

Its okay Lucy!

Kutegakkan diri, semakin cengkrami kuat gelas.

Kau pasti bisa!

"Kau memang memikirkan apa sih?"

Aku jadi berbalik.

"Menurutmu, Uncle?"

Uncle Cyril memundurkan sedikit kepalanya dari layar komputernya sebelum lanjut berbicara.

"Heran saja, kemarin di Jepang kau bisa. Kenapa sekarang jadi beda?"

Aku tak mampu menjawab, hanya sanggup mengeluarkan napas frustasi.

"Oke, oke."
Uncle Cyril mengangkat sebelah tangan.
"Aku mengerti ini berat. Mon Dieu! Sebenarnya aku juga tak begitu mengerti menggunakan senjata!"
Akuinya.
"Aku mengerti tentang desain, tapi untuk menembak beneran, kemampuanku biasa sekali! Makanya setiap ada senjata keluaran baru, kami selalu menyewa spesialis penembak-"

"Tak apa, Uncle. Tenang."
Potongku sok menasehati.

Aku tak butuh dia ikut frustasi juga.
Cukup diriku saja.

Lagipula tak ada lagi yang bisa ikut uji coba ini bersamaku.

Hanya ada Archibald, tapi dia lebih kearah jadi kritikus dibandingkan membantu. Pierre yang sebenarnya bisa diajak, sedang ikut menemani Ayahnya terbang kembali ke Jepang, dipanggil sebagai wakil menerima tanda kehormatan bahkan terpaksa membawa Vincent juga karena sudah kehabisan alasan menolak.

Aku sempat menonton sekilas melalui tab, siaran langsungnya dari sana.

Aku tak tahu bagaimana caranya, tapi Pierre berhasil memastikan hanya dirinya yang muncul sendiri diantara kerumunan para wartawan tanpa Vincent, walau jelas nampak sebal sekali saat diwawancara dan diajak berfoto tepat didepan gedung pembangkit tenaga nuklir yang sudah berhasil di matikan.

Aku tak tahu bagaimana caranya, tapi Pierre berhasil memastikan hanya dirinya yang muncul sendiri diantara kerumunan para wartawan tanpa Vincent, walau jelas nampak sebal sekali saat diwawancara dan diajak berfoto tepat didepan gedung pembangkit t...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bisa geser Tuan Malstrom? boleh tatap kamera sebelah kanan? Lalu kiri-- bisa sambil lambaikan tangan dan melompat Tuan Malstrom?

"Ya benar, Cyril-itu bukan salahmu. Semua tanggung jawab berada di Lucy. Dia yang harus lebih serius lagi dalam berlatih. Kita kan sudah berusaha membantunya dari pagi."

RED CITY : ANNIHILATION Where stories live. Discover now