-Left Behind-

3.1K 844 240
                                    

Sam Ezra tahu sebagaimana serius keadaan semenjak Lucy serta kakaknya yang ia sangka sudah mati di tenggelam laut Jawa ternyata masih hidup, bahkan bergabung dengan militer laut Aegis dibawah naungan keluarga ultra bilioner Swedia terkenal, Malstrom.

Sam ingat bagaimana ia berpikir sudah cukup aneh keadaan hidupnya seperti mengalami wabah zombie lalu melihat mutan langsung didepan mata saat di atap hotel lalu sekarang mendengar desas desus keterlibatan militer negara sendiri dengan kasus kejahatan internasional ini.

Dibalik kepalanya selalu terbayang teman barunya itu, Lucy Aulian serta kakaknya ketika mereka berpelukan sambil menangis setelah sekian lamanya terpisah.  Serta tuduhan yang ada tentang keluarga itu.

Kalau dari penglihatan matanya, seperti tak mungkin. Ia pikirkan ulang-ulang mengingat lagi wujud kakaknya Lucy.

Baginya terlihat normal saja. Tak terlihat tanda kegilaan, malah untuk kategori perwira militer kelas atas, Letkol Reginald tergolong tak ada segan sama sekali dalam memeluk erat adiknya di depan mata seluruh bawahannya dan didepan kawan adiknya juga.

Letkol Reginald bahkan duluan memberi anggukan sapaan juga padanya ketika berpapasan pertama kali di atap hotel hingga membuat Sam canggung membatu seketika mengingat sebelumnya pernah sempat mengata-ngatainya dengan lantang di depan wajah Lucy.

"Hebat! Hebat sekali ya, padahal dia itu di gaji dari pajak pemerintah. Tapi begitu egois cara kerjanya! Dan tak tahu deh bagaimana dengan Lucy sendiri. Mungkin setipe egoisnya!"

Perut Sam seketika mulas jika teringat lontaran asal itu. Ditambah di saat terakhir di hotel, Lucy yang malah menyelamatkan mereka semua.

Padahal kalau dengar versi cerita Gibran dan yang lain, terkesan Pak Reginald itu seperti tak ada baiknya sama sekali. Sombong, picik, memilih teman, maunya paling dihormati, dan terakhir, sadistik.

"Tahu tidak Sam? Si Reginald Aulian itu beneran terlibat lho dengan penciptaan kiamat kanibal... dan setelah kami pikir-pikir mungkin adiknya juga ikutan kerja sama. Mereka berdua itu jadi gila mungkin akibat kehilangan kedua orang tua sejak muda karena sakit. Jadi pasti kawanmu itu, dulu hanya pura-pura polos bego depan kalian. Padahal mereka tahu tentang semua ini dan pasti mereka tertawa terbahak dibelakang kalian, tapi eh tak tahunya malah apes, heli mereka rusak dan mati deh nyungsep di laut! "

Sam yang kebetulan sedang ikut gotong peti berisi senjata amat berat bersama Gibran dan lain, amat tergoda menarik lepas saja tangannya dengan sengaja agar peti senjata seberat ratusan kilo itu boleh kehilangan keseimbangan lalu jatuh meniban kaki semua tentara di depannya.

Namun tipikal dirinya. Lemah konfrontasi.

Ia akhirnya tetap melaksanakan tugas tanpa ada menjawab apa- apa omongan mereka.

Tapi sekarang rasanya ia tak bisa menghindar lagi jika ada konfrontasi. Keadaan sudah benar-benar diluar kendali. Kapten mereka, Kapten Ryan menghilang setelah menyuruh mereka untuk kabur naik heli di tengah malam buta.

Sam yang pertama kali dikabari oleh Kapten Ryan. Jam satu sesudah makan siang, Kapten Ryan dengan tergesa menghampirinya ketika sedang melangkah sendiri ke gudang.

"Beritahu ketiga temanmu yang lain, Lakukan seperti yang kutulis di kertas ini, Agam dan Rasyid nanti akan bantu kalian. Jangan sampai lewat jam nya, jangan sampai salah nomor kode badan heli dan ingat, jangan buat masalah sampai tengah malam nanti tiba-"

Sam sudah seperti lupa cara bicara saat itu. Ia terima kertas dengan penuh gelagapan.

"Eaduh-apa-tunggu-"

"Mereka mulai bergerak, Sam. Kalian harus pergi. Terima kasih untuk keteguhan kalian selama ini-"

"Kalau kau Kapt? Nanti susul kami?"

RED CITY : ANNIHILATION Where stories live. Discover now