Fate

3.5K 660 194
                                    

Kuabaikan Russel yang bertanya terus apakah keadaan kami baik-baik saja atau tidak. Ia melanjutkan dengan info kami dikepung empat arah oleh ribuan zombie serta keadaan terbatas baterai namun ia masih bisa menjatuhkan beberapa peledak lagi sebagai pengalihan perhatian.

Tanpa aba tambahan dari Ryan lagi, aku segera membuka pintu mobil berlari penuh kesetanan menuju mobil sedan tua yang lampu sorot depannya balik menyala terang setelah terlihat hampir redup.

Mata anak perempuan yang mungkin hanya seumuran anak SD meringkuk di kursi sebelah pengemudi yang pingsan membulat panik ketika aku semakin mendekat.

Tepat ketika ingin menarik buka pintunya barulah sadar bahwa pintunya masih terkunci.

"Buka kuncinya dik! Please!"
Mohonku semi menjerit. Suara derap kaki zombie semakin jelas mendekat berderapan namun aku menolak untuk menoleh melihat.
"Please!"

Selanjutnya aku mendengar seakan suara senapan mesin yang ditembakkan merentet dari atas.

"CEPAT CAPTAIN LUCIAN!"

Mendengar sentakan keras yang bahkan keluar dari robot drone ku, membuatku secara impuls memilih memecahkan saja kaca pengemudinya.

Kuangkat tinggi pistol taser ku sebelum ku benturkan sekuat tenaga ke arah jendela sebelah sang pengemudi.

Sekali kupukul retak sebelum kupukul kembali kedua kalinya hingga benar pecah berhamburan.

Kutarik segera kunci pengaman sebelum ku banting buka pintu dan menarik segera sang ibu pengemudi yang masih pingsan menuju pintu belakang. Sang anak perempuan yang duduk di kursi penumpang di sebelahnya menyusul  keluar ikut pindah ke kursi penumpang belakang dimana kami berada.

"Tidak. Tenang saja."
Hardik ku segera sebelum anak itu berniat akan menyerangku.
"Kami orang baik. Kami takkan menyakiti kalian!"

Belum sempat aku keluar kembali untuk bertukar kursi ke tempat sebelumnya anak perempuan itu duduk, Ryan sudah mencapai pintu pengemudi dengan membawa semua barang termasuk tas berisi Timmi ditangannya.

Dilemparnya semua barang bawaannya ke kursi penumpang yang kosong disebelahnya sebelum menendang buang keluar sisa pecahan kaca yang terpental di karpet bawah setir mobil.
"Ya Tuhan Luce! Bagus kau mengambil inisiatif memecahkan jendela seperti tadi!"

Ryan membanting tutup pintu dan menarik persneling mobil ketika satu zombie berhasil menghampiri ke belakang mobil kami dan berusaha membenturkan kepala ke jendela belakang.

"Bersiap Luce!"
Aba Ryan sebelum memundurkan mobil hingga membuat zombie itu terpental kembali sebelum membanting setir kekanan dan menginjak pedal gas dalam-dalam.

Mobil syukurnya mau bergerak walau dalam laju kecepatan setengah pelan dari yang seharusnya. Disaat yang sama, aku mengeluarkan kotak kecil berisi perlengkapan darurat obat. Kuhapus darah yang menutupi wajah sang Ibu sebelum ku plester kulit pelipisnya yang sobek akibat telah membentur setir.

"Russel akan maju jarak sekilo dan akan memperkirakan menjatuhkan bom, namun hanya bisa untuk mengalihkan setengah dari mereka. Russel sarankan untuk menemukan tempat persembunyian. Bersembunyi dari zombie serta bersembunyi dari helikopter militer yang kita belum ketahui kategori musuh atau kawan."

"Ya ampun Tuhan helikopternya!!"
Aku mengeluh kencang. Aku sungguh lupa akan keberadaan heli militer disekitar.

Entah kenapa aku punya perasaan bahwa itu bukan heli kawan.

RED CITY : ANNIHILATION Where stories live. Discover now