Demands

4.1K 946 372
                                    

Aku benar-benar mengkhawatirkan kondisi jantungku saat ini. 

Dulu mana pernah jantung ini dipakai untuk melaksanakan, melakukan hal berat. Hanya santai berkerja normal tanpa beban.

Tapi saat ini sudah berdebar keras sekali seakan mau loncat keluar dari dada. Telingaku sampai ikut-ikutan berdengung.

Hanya duduk manis dalam mobil. Menyetir pun tidak. Tapi terkesan aku baru selesai melakukan lari sprint.

Captain Lucian? Kau tak apa?

"Ya bagaimana Russel? Bagaimana aku bisa tak apa-apa hah?!" Keluhku meneriaki suara robotik yang keluar dari jam tangan.
"Aku tak mengerti Kapt!"
Kali ini aku menoleh.
"Kenapa mereka tak mati-mati sih?! Berapa banyak memang manusia yang bisa mereka makan saat ini?! Disini sudah seperti kota mati kan?! Tak ada manusia-"

"Tak tahu, tak mengerti juga."

Suara Kapten Ryan lebih kalem dariku walau tampangnya juga sudah tak karuan. Campuran muak dan mungkin sudah hampir gila sama sepertiku.

Aku balik menatap kaca jendela depan kami.

Hujan hanya berhasil meluruhkan darah pekat yang tadinya sempat menutupi kaca kami namun tidak dengan gumpalan daging yang menyangkut pada wiper kaca mobilnya.

Padahal sudah dibantu pengalihan oleh Russel melalui langit, tetap saja ada beberapa zombie yang sadar lalu berlari menggila menghadang mobil kami.

Dan bagiku aneh sekali. Entah diriku ini yang terlalu paranoid , tapi rasanya zombie yang ada tak terlihat sama sekali melemah, walau jelas sudah minim menu makanan manusia tersedia di kota Jakarta yang  'tercinta' ini.

Russel sebagai drone pun ikut kelimpungan tadi. Suara robotiknya ketika memberitahu tentang keadaan jalanan sekitar terputus-putus menumpuk kepanikan kami.

Captain Lucian! Dari barat daya ikut datang- mereka yang diatap melompat terjun ke bawah- AWAS! Mereka akan jatuh ke atap mobil- percepat laju mobil-Russel belum bisa susul kalian!

Kemudian Russel selama terbang menyisipkan pemberitahuan bahwa kami hanya melihat sedikit karena sekiranya ada jutaan zombie yang berada di sekitar kami namun belum terpancing, masih diam di gedung atau tertumpuk pada selokan jalan bawah terbaca oleh radarnya.

Syukurnya memang saat ini hujan. Aku masih tak mengerti saat ini mengapa bisa pengaruh hujan dapat menenangkan manusia kanibal itu.

Radar Russel selesai mengecek.
Lingkungan cukup aman, tak terdeteksi zombie bersembunyi di selokan rendah. Namun terdeteksi zombie di dalam halaman atau perumahan sekitar.
Russel akan maju mengecek sebentar rumah Captain Lucian.
.
Butuh Konfirmasi penanganan.

Tembak atau ledakkan?

"J-Jangan ledakkan dong Russel! Rumahku akan ikut rusak nanti hih-"

Mengerti. Konfirmasi.
Senjata Peledak dimatikan
Senjata Tembak diaktifkan
Russel akan kembali pada kalian kurang dari lima menit.

Aku dan Kapten Ryan sama-sama menatap drone melayang menjauh sebelum kami jadi saling bertatapan naas.

Senjata peledak.

RED CITY : ANNIHILATION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang