Trust

4.1K 1K 435
                                    

"Melamun lagi Lucy?"

Suara lembut serta dorongan mendesak pada bahu membuatku menarik pandangan seketika dari jendela.

Suasana kelas sudah amat sunyi.

Perhatianku pun lanjut jatuh pada seluruh teman kelas yang memandangku dalam keheningan sebelum aku beralih memandang ke papan tulis depan.

"Lucy,"
Guru Seniku memanggil lagi.

Ia tak terlihat terganggu, atau marah. Wajahnya memancarkan antara perhatian dan rasa kasihan.

Semuanya tahu tentang bagaimana ibuku masuk kembali rumah sakit pada tengah malam beberapa hari yang lalu.

Tapi entah kenapa hujanan rasa kasihan yang diberikan oleh sekeliling membuatku tak nyaman.

Seharusnya aku bersyukur memang karena bisa dibilang aku kategori beruntung sebab mereka semua ikut perhatian dengan keadaanku.

Namun di perhatikan seperti ini, semakin membuatku sadar bahwa hidupku ini memang sedang tidak baik-baik saja.

Wajahku sedang menghangat malu ketika suara Stefy berdering 'nyeletuk' disebelahku.

"Lucy galau Bu Dinah, kan sebentar lagi masuk acara prom night perpisahan SMP kita. Jadi Lucy galau mau pilih gandeng siapa, soalnya cowok dari klub sepak bola beberapa dalam waktu bersamaan mengajak Luce-"

"APAAN SIH?! ENGGAK,"
Seketika aku menjerit mengelak.
"BUKAN Bu Dinah-''

Namun suaraku tetap tenggelam diantara tawa riuh yang keluar dari seluruh teman kelas bahkan termasuk Guru Seni ku.

"YA AMPUN LUCY GALAAAU-"

"ECIE-CIE.."

"WAKAKAKAK-"

"SIAPA SAJA TUH YANG AJAK?"

"HATI-HATI SAMA IGNAS, DIA PLAYBOY-"

Mau tak mau aku jadi ikut tertawa juga sambil menginjaki kaki teman sebangku-ku ini.

"Sial kau Stefy!-"

Ia malah lanjut saja terbahak hingga wajahnya memerah.
"Ha-bis mukamu manyun seharian! Lagipula memang benar kan kemarin itu kau banyak yang ajak-"

"Iya sih benar-"
Desisku amat pelan.
"Tapi kan aku bukan-

"Lucy, nak-"
Bu Dinah tiba-tiba melanjutkan.
"Kau mungkin bisa ke kamar mandi dulu saja, cuci muka dengan air dingin. Mungkin bisa membantumu bisa fokus."

Aku pun mengangguk.

Dibalik anjurannya itu aku tahu Bu Dinah mengerti bahwa aku hanya sekedar kategori galau biasa. Namun ia memberi waktu privasi untuk menenangkan diri sejenak keluar.

Diantara riuh semakin tak jelas kawan kelas, aku hanya menyengir, lanjut membawa diri membuka pintu.

"E BUSET LUCY BENERAN MAU SAMPER IGNAS LANGSUNG-"

Pintu kelas lanjut kututup sebelum lanjut melangkah cepat menuju kamar mandi.

Kutengok ponsel menscroll jawaban kakakku, Regi dari chat terakhir.

.

---------Yesterday---------

Lucey minta foto kemarin sama Timo terakhir itu dong!

Masih simpan kan?

Sudah dihapus lah.
Bikin penuh memori aja.

---Missed Called from Brother---

Lah kok? Gitu amat sih Luce?! Itukan baru foto kemarin masa langsung diapus?!

RED CITY : ANNIHILATION Where stories live. Discover now