Aegis

13.2K 2.5K 452
                                    

Pintu kantin yang menjeblak terbuka dengan keras berhasil membuatku terlonjak.

Masuk menyeruak tiga tentara pria bertubuh kekar dengan pakaian rompi pelindung lengkap, serta senapan laras panjang menggantung dibahu masing-masing.

"Belova sayang!"
teriak satu tentara di tengah sambil menendangi kursi yang menghalangi jalannya.
"Kenapa masih disini?! Tak bersiap ikut dengan kami?"

"Apa yang-"
Kadet Silvia dengan dahi berkerut siaga berdiri, melempar sekilas pandangan ke jendela lalu ke tentara itu kembali.
"Ngapain kalian disini?!"

Tentara itu tak menggubris balasan judes kadet Silvia, sorot mata dinginnya malah jatuh padaku dan Vincent.

Ia seketika mengayunkan tinju tangannya menghantam meja kami.
"Berdiri tegak kalian!"

Aku sampai menjatuhkan sendok dan terhenyak mundur sekian detik karena sentakan kencangnya.

"Kubilang berdiri! Tak ada sopannya kalian pada atasan-"

"Berhenti Delhart!"
kadet Silvia menyela sampai maju berdiri kesampingku.
"Jangan membentaki mereka-"

"Belova! Kau terpengaruh ajaran lembek si Pride sepertinya-"

"Sungguh akan kulaporkan kalian ini padanya-"

"Jangan khawatir, kami juga baru bertemu dengannya untuk mengucapkan salam,"
Matanya kembali beralih galak padaku dan Vincent.
"Kalian berdua berdiri menjauh sana!"
Tunjuknya pada satu titik kosong berjarak tiga langkah dari meja makan.

Oh ampun,

Aku melirik seragam yang melekat pada badanku sebelum menarik Vincent berdiri denganku.

Apa iya aku disangka tentara juga?

Setelah aku dan Vincent mengambil posisi berdiri tegak tepat dititik yang ditunjuk, Tentara bernama Delhart itu langsung menjatuhkan diri dikursi panjang yang kami duduki sebelumnya.

Ia menarik lepas pengaman tangannya, membuat tato mawar berduri hitam dibaliknya jadi terlihat.

"Damn! Udara negara ini sungguh panas sekali ya,"Keluhnya yang ditanggapi anggukan oleh dua tentara 'pengiring' yang berdiri tegak dibelakangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Damn! Udara negara ini sungguh panas sekali ya,"
Keluhnya yang ditanggapi anggukan oleh dua tentara 'pengiring' yang berdiri tegak dibelakangnya.
"Jadi,"
Ia berdeham, balik menatap lurus kedepan.
"Apa kau ikut, kadet Silvia Belova?"

Tentara perempuan didepanku ini tetap bisu.

"Hey ayolah Belova,"
Ia merentangkan tangannya.
"Tidakkah merasa terhormat sampai seorang Komander sepertiku memintamu langsung-"

"Entah kau ini buta atau lupa Delhart, aku sudah punya Komander sendiri dan kau saat ini sedang duduk dikapalnya!"

"Ouuuw!"
Delhart menoleh pada dua kawan dibelakangnya lalu kembali menggebrak-gebraki meja disusul mengeluarkan tawa yang mirip suara gonggongan serak.

RED CITY : ANNIHILATION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang