Daily 1 Aku Yang Berbeda

1.6K 14 0
                                    

"Harusnya ini adalah hari yang menggembirakan untukku. Hari yang seharusnya menjadi hari yang bersejarah. Tapi ketika aku mulai memasuki lingkungan sekolah, ada kesedihan yang mulai terasa."

Perkenalkan, Namaku Triocahyo Utomo. Aku lahir di Banyumas, 13 November 1995.
Aku adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. Sejak kecil aku sangat menyukai sepakbola dan bercita-cita menjadi pesepakbola profesional. Iya itu adalah impianku.
Sebelum hari itu terjadi.

Dan semuanya berawal disini.

Inilah hidup. Sebuah peristiwa yang berlangsung dengan segala keajaiban dan ceritanya masing-masing. Kita tak pernah bisa menerka bahkan dalam satu detik kedepanpun. Kita tak pernah bisa menduga atau meramalkan apa yang akan terjadi. Mendefinisikan hal apa yang akan kita lakukan.

Aku tak pernah tahu dan dan tak pernah mengerti karena ini mungkin bukanlah hal yang kebetulan karena aku memang hanya sekali hadir di dunia ini.

"Tiga, tiga dan mencoba" yang jika di dalam bahasa inggris "three and try" kedua kata yang hampir mirip itu, entah kenapa aku merasa hal itu sedikit identik dengan hidupku.

Orang tuaku memberiku nama Triocahyo utomo. Sebuah nama yang begitu sederhana, sepertihalnya hidupku. Mungkin mereka memberi nama itu agar aku tetap menjadi seseorang yang tetap sederhana apapun yang terjadi.  Aku besar dalam lingkungan pedesaan yang sunyi dan dingin. Tepatnya di lereng Gunung Slamet, Jawa Tengah.

Lingkungan pedesaan dengan jarak yang cukup jauh antar rumah mungkin bukanlah suatu pengelakan dariku bahwasannya ketika kecil memang pada dasarnya aku tidak memiliki teman. Ketika kecil yang aku maksud disini adalah ketika aku belum bersekolah. Sebelum akhirnya perlahan berbagai hal mulai berubah.

Sementara kedua orang tuaku adalah orang yang sangat sibuk bekerja untuk menghidupi keluarga kami.

Aku tumbuh dalam kesendirian, Semua itu mulai aku sadari ketika hari pertama menginjakan kaki di sekolah.

Aku melihat sekeliling, tampak wajah-wajah anak-anak lelaki dan perempuan yang tak pernah aku lihat sebelumnya dengan perasaan gembira memasuki ruangan kelas dengan terburu-buru. Beberapa diantara mereka masih bergandengan tangan dengan orang tua mereka.
Semuanya terlihat seumuran denganku.

Harusnya ini adalah hari yang menggembirakan untukku. Hari yang seharusnya menjadi hari yang bersejarah. Tapi ketika aku mulai memasuki lingkungan sekolah, ada kesedihan yang mulai terasa.

Aku adalah satu-satunya siswa baru yang tiba disekolah tanpa didampingi oleh orang tua. Hari itu dihari pertama masuk sekolah aku berangkat sendiri. Ketika aku sadari memang hanya aku yang datang tidak dengan orang tua.

Dan ketika memasuki kelas. Aku menuju bangku paling belakang yang masih kosong. Entah kenapa aku memilih menghindari keramaian dan kebisingan yang ada disekitarku yang justru menyedihkanku.

Orang tua mereka saling mengenalkan satu sama lain dan bahkan ada beberapa diantara mereka yang sudah saling mengenal. Sementara aku hanya bisa terdiam dibelakang, untuk membunuh kejenuhan aku keluarkan buku tulis dari tasku.

Perlahan aku membukanya. Aku ingin menuliskan sesuatu tapi aku tidak tahu apa yang harus aku tulis. Aku ingin membaca tapi yang ada hanya buku tulis baru yang masih kosong tanpa tulisan.

Aku hanya memandangnya dan melamunkannya. Sesekali melihat ke sekeliling dan kembali hanya memandang buku tulis yang masih kosong itu.

Kurang lebih seperti itu aku tumbuh. Tumbuh dari situasi yang mungkin tidak pernah sama sekali setiap anak kecil inginkan. Terlahir sebagai Anak kecil yang menyimpan begitu banyak hal yang ia pendam. Seorang anak kecil yang selalu bertanya pada dirinya sendiri tentang arti kehidupan. Seorang anak kecil yang jarang tersenyum.

Entah benar atau tidak seperti itu yang mereka katakan. Entah seperti apapun juga kalian tak boleh menganggap buruk untuk seorang anak laki-laki yang masih berusia 5 tahun.

Apalagi menyamakanku dengan Tokoh Uchiha Sasuke pada anime Naruto. Jelas sangat jauh berbeda, meskipun aku menyukainya. But every body's change. Seperti itulah yang dikatakan Keane lewat lagunya. Hingga pada akhirnya takdir memberikan jalan ceritanya yang berbeda.
Semua tak pernah bisa ditebak.

Dan seperti itulah aku. Aku yang kadang dipanggil Tri oleh orang-orang terdekatku dahulu. Bukanlah sebuah nama yang aneh untuk seorang anak yang memang terlahir sebagai anak ketiga.

Tetapi sekarang hampir semua orang memanggilku dengan nama Cahyo. Karena seiring berjalannya waktu. Banyak hal mulai berubah. Dan aku mulai menyadari itu.

Aku menjalani hari-hari dimasa kecil ditempat kelahiranku sendiri di kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Meski aku sempat tinggal di Wonogiri pada saat masih berusia 3 tahun, sebelum akhirnya kembali dan menempuh pendidikan di kota Purwokerto.

Dalam pendikan aku bukanlah tergolong murid yang spesial karna hanya mendapat peringkat 3 untuk catur wulan pertama tahun pertama aku duduk di bangku madrosah.

Hal yang cukup kebetulan terjadi di Bangku Sekolah Menengah Pertama. Aku tak pernah sadar karena mungkin ini hanyalah sebuah kebetulan. Dengan murid yang berjumlah ratusan dan selalu diacak tiap tahunnya untuk penentuan kelas.

Dalam 3 tahun juga aku selalu mendapat nomer absen 33 (tiga dan tiga ) 7B 33, 8C 33 dan 9C 33 ini bukanlah hal yang direncanakan. Namun hal seperti itulah yang terjadi.

Disaat SMP juga adalah masa-masa kegilaanku bersama sepak bola dan sempat bergabung dengan SSB Bintang Sembilan. Sebuah sekolah sepakbola yang cukup terkenal di daerahku.

Dan hal yang tak terlupakan adalah ketika aku mencetak Hattrick (3 goal) pada saat pertandingan pertamaku bergabung pada tim itu.

Itu adalah hari yang indah,
lalu semua berlalu.

Namun kehidupan tetap berlanjut.

Lanjut di bagian 2

Make A Better Place (Autobiografi Triocahyo Utomo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang