[49] Bittersweet Memories

41.1K 3.4K 231
                                    

Apakah hati yang sudah terlalu sering tersakiti masih mau untuk memaafkan?

Akhirnya Ara memutuskan untuk pergi ke Rumah Singgah Harapan yang pernah ia kunjungi beberapa kali bersama Ravin. Mungkin saja sekarang Ravin tengah berada disana.

Sesampainya Ara disana, ia disambut oleh beberapa anak kecil menggemaskan yang langsung berlari dan memeluknya.

“Kak Ara, aku kangen banget sama Kakak!” ujar Putri seraya memeluk Ara. Ara mengubah posisinya untuk menyamakan tingginya dengan gadis kecil itu. Ara tersenyum seraya menyeka perlahan rambut Putri yang tampak berantakan.

“Aku juga kangen sama Kak Ara!” sahut Yuki dan beberapa anak disana. Ara tersenyum hangat.

“Kak Ara juga kangen kalian.”

“Kak Ravin dimana, Kak?”

Ara tersenyum miris, kini ia juga tak tahu dimana keberadaan lelaki itu.

“Kalian kok pada disini?” tanya Bu Rhisma sebelum ia menegaskan pandangannya kearah Ara.

“Bu.” Ara mencium punggung tangan Bu Rhisma seraya tersenyum hangat. Bu Rhisma membalas senyuman Ara.

“Anak-anak, sekarang kalian tidur ya?”

“Jangan lupa sikat gigi sebelum tidur,” ujar Bu Rhisma.

“Yah, tapi kita mau sama Kak Ara!”

Ara terkekeh kecil. “Nanti Kak Ara kesini lagi, sekarang kalian tidur ya? Udah malem.”

“Tapi jangan lupa ajak Kak Ravin ya, Kak?” pinta Yuki.

“Iya, Kak! Kita kangen banget sama Kak Ravin!”

Ara mengangguk seraya tersenyum.

“Dadah Kak Ara!” Anak-anak menggemaskan itu melambaikan tangannya kearah Ara.

Bu Rhisma kembali tersenyum kearah Ara.

“Ara, maaf ya. Bukannya ibu nggak ngebolehin kamu buat main sama anak-anak.”

Ara mengangguk. “Iya nggak papa, Bu.”

“Kamu temannya Ravin?” tanya Bu Rhisma. Temannya Ravin? Memangnya Ravin masih mau menganggap gadis bodoh sepertinya walaupun hanya sebatas teman.

“Iya, Bu.”

“Ajak dia main kesini lagi. Kayaknya, ibu udah lama nggak ngeliat Ravin main kesini. Padahal biasanya dia sering banget kesini.”

“Anak-anak tuh kayaknya seneng banget kalo ada Ravin, dia pasti bikin anak-anak ketawa.”

Ara mengerutkan dahinya. “Memangnya Ravin udah lama nggak kesini, Bu?”

Bu Rhisma mengangguk. “Iya, kayaknya sudah satu bulan lebih dia nggak kesini.”

“Anak-anak juga sering banget nyariin dia.”

Ara mengangguk mengerti. Dimana Ravin sekarang? Mengapa ia seperti hilang di telan bumi?

Ara tersenyum seraya memberikan sekantung plastik berisi roti kepada Bu Rhisma.

“Tadi saya bawa ini buat anak-anak.”

“Saya pamit pulang ya, Bu? Takut kemaleman juga.”

Bu Rhisma mengelus lembut rambut Ara. “Iya, hati-hati ya?”

“Kamu gadis baik, kamu cocok loh sama Ravin. Semoga kalian berjodoh ya?” ledek Bu Rhisma.

Ara tersenyum parau. Gadis baik apa yang dimaksud Bu Risma? Gadis yang meninggalkan seseorang yang begitu menyayanginya tanpa alasan yang jelas? Gadis tak tahu terimakasih yang menyakiti seseorang yang bahkan selalu ada disaat-saat tersulitnya?

Have a Nice Dream [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang