[46] Lost in Stars

38.6K 3.3K 248
                                    

Sebenernya, yang paling penting di sebuah hubungan itu saling percaya satu sama lain.

Satu bulan berlalu.

Satu bulan itu pula Ara dan Ravin sudah berpisah. Satu bulan pula tak ada lagi celotehan dan tingkah konyol yang dilakukan Ravin pada Ara. Satu bulan itu pula tak ada Ravin yang selalu berhasil membuat senyuman itu terukir di bibir Ara.

Semenjak pertemuannya dengan Ravin di lombok itu, Ara belum lagi bertemu dengan Ravin. Ara tak menemui lelaki itu di ruang musik bahkan di kedai bakso Mang Dodo sekalipun.

Sebulan sudah berlalu, namun entah mengapa wajah konyol dan celotehan yang seringkali dilontarkan Ravin terngiang di benak Ara.

Sekarang sudah jam pulang sekolah, seluruh anggota kelas di kelas Ara sudah berjalan keluar untuk kembali ke rumahnya masing-masing.

Namun Ara masih di tempatnya seraya meletakkan kepalanya di atas kedua tangannya yang terlipat.

“Ra?” Seseorang menepuk bahunya sehingga Ara menoleh kearah sosok itu.

Sosok itu adalah Chiko, mantan kekasihnya yang sudah kembali menjadi kekasihnya satu bulan terakhir ini.

“Lo sakit?” tanya Chiko.

Ara menggelengkan kepalanya. “Enggak kok, sakit kenapa?”

“Ya abisnya lo lemes banget kayaknya.”

“Senyum dong,” suruh Chiko yang membuat Ara terpaksa melengkungkan senyuman di bibirnya.

“Gitu dong, lo ‘kan cantik kalo senyum.” Tangan Chiko mengacak gemas rambut kekasihnya.

“Jalan yuk?” ajak Chiko.

Ara mengerutkan dahinya. “Jalan kemana?”

“Jalan aja, kita udah lama ‘kan nggak jalan bareng?”

Ara mengangguk pasrah lalu mengambil tasnya dan bergegas keluar dari kelasnya bersama Chiko menuju koridor parkir.

Ara menatap sudut kanan koridor parkir tempat biasanya Ravin memakirkan motornya.

Ara tersenyum miris. Ia ingat sekali saat pertama kali Ravin memperkenalkan motornya yang ia beri nama Sehun.

“Kenalin, Ra. Ini Sehun, motor kesayangan gue!”

“Ganteng ‘kan kayak gue?”

“Tapi Ara jangan cemburu sama Sehun, ya. Soalnya Babang Ravin tetep lebih sayang sama Ara kok.”

“Ayo naik!”

“Ra, ini helm lo!” ujar Chiko seraya memberikan helm itu pada Ara.

“Oh iya.” Ara mengambil helm itu dari Chiko dan memakainya.

Mata Ara masih menatap motor Ravin yang kini mulai beranjak pergi meninggalkan SMA Melodi. Motor Chiko pun perlahan pergi meninggalkan tempat ini.

Tempat sejuta kenangan yang mempertemukannya dengan seseorang yang mungkin tak dapat ia temukan lagi di dunia ini.

Ara menghela napas sejenak. Apakah ia sudah jatuh cinta terlalu dalam pada seseorang yang hanya ingin mempermainkannya?

“Ra, ada film bagus banget. Lo mau nonton nggak?” tanya Chiko.

Namun Ara masih saja terdiam dan termenung dalam lamunannya.

Have a Nice Dream [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang