[44] Last Time

38.3K 3.4K 811
                                    

“Aku sayang kamu. Tapi aku bisa apa kalo kamu sayangnya sama dia?”

Rangkaian acara malam ini adalah acara kebersamaan. Seluruh siswa berkumpul di pinggir pantai. Kini mereka semua tengah berdiri menatap Rizky setelah melakukan game yang baru saja mereka selesaikan.

Rizky selaku ketua OSIS kini angkat bicara.

“Oke, seru banget ‘kan malem ini?”

“Oh iya, gue punya satu acara lagi nih. Acara ini sebenernya agak serius dari yang sebelumnya. Nama acaranya Heart to Heart.

“Hal pertama yang harus lo lakuin adalah nutup mata lo pake kain hitam yang ada di meja belakang.” Rizky menunjukkan meja yang terdapat beberapa kain hitam diatasnya.

“Kenapa gue adain acara ini? Karena gue tau, kadang kita satu sekolah pun nggak saling kenal. Nanti bakalan ada suara piano, nah pas suara pianonya mulai lo harus nemuin satu pasangan lo entah itu siapa.”

“Mau cewek atau cowok, mau lo kenal atau nggak, pokoknya yang penting lo punya pasangan.”

“Setelah itu, lo tebak siapa orang yang ada di hadapan lo dan gue kasih lo kesempatan buat omongin apapun sama orang yang ada dihadapan lo. Mau lo ajak kenalan kek, mau lo gebet, mau lo minta traktir juga bebas.”

“Tujuannya biar hubungan kekeluargaan kita lebih erat aja sih.”

“Dan yang nggak dapet pasangan nanti akan dapet hukuman di akhir acara.”

“Ngerti?”

Tak lama kemudian, suara dentingan piano terdengar dan seluruh murid di SMA Melodi mulai mencari pasangan mereka masing-masing.

Ravin berdiri di posisinya setelah ia sadar jika ada seseorang yang berdiri di hadapannya.

“Dan sekarang, salah satu dari kalian boleh mulai ngomong sama orang yang ada di hadapan lo,” ujar Rizky.

“Hai.”

Ravin tersenyum miris. Ia benar-benar tak asing dengan suara gadis yang ada dihadapannya.

Gadis itu, gadis yang benar-benar ia cintai.

“Lo cowok ya?” Gadis itu memegang bahu Ravin lalu kembali menurunkan tangannya.

“Heh, ngomong dong!”

“Gue bingung nih mau ngomong apaan.”

“Lo siapa sih?” tanya Ara.

Ravin menghela napas berat lalu mulai berbicara.

“Lo nggak perlu tau gue siapa.”

“Yang jelas, gue salah satu orang dari jutaan pengagum lo,” lirih Ravin dengan perasaan yang tak dapat ia jelaskan.

“Gue minta maaf kalau mungkin kemarin-kemarin gue terkesan maksa lo buat bisa sayang sama gue.”

“Maaf kalau kesannya gue maksa lo buat bisa jatuh cinta sama gue.”

“Tapi sekarang gue sadar dan gue ngerti kalo ternyata perasaan emang nggak bisa dipaksain.”

“Sekarang, gue cuma minta lo buat terus bahagia sama pilihan lo.”

“Maaf gue udah lancang buat sayang sama lo.”

“Maaf juga kalo perasaan gue ganggu lo.”

“Maaf juga kalo gue nggak bisa lupain semuanya tentang lo, padahal sekarang lo bukan milik gue lagi.”

Have a Nice Dream [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang