[7] Hilang

75.3K 4.8K 381
                                    

Tak lama, mobil Ravin berhenti di koridor parkir SMA Melodi. Tanpa aba-aba, Ravin segera turun dari mobilnya dan membukakan pintu seraya mempersilahkan Ara untuk turun.

“Silahkan, pacarku yang cantik.”

Ara menatap Ravin ketus lalu memutar kedua bola matanya malas, ia berjalan dan meninggalkan Ravin sendirian disana. Namun Ravin tak tinggal diam, ia segera menutup pintu mobilnya dan berjalan disamping Ara.

Ara menatap Ravin malas. “Ngapain sih lo ngikutin gue?”

“Ara yang cantik. Babang Ravin ‘kan sekarang udah jadi pacarnya Ara. Jadi, Babang Ravin harus selalu ada disisi Ara kapanpun dan dimanapun.”

Ara mendengus kesal seraya menatap Ravin tajam. “Ternyata bukan cuma otak lo ya yang rusak? Kuping lo juga nggak bisa berfungsi?”

“Dengerin gue baik-baik ya.”

“Pertama, gue bukan pacar lo dan nggak akan pernah jadi pacar lo!”

“Kedua, gue nggak suka lo ngikutin gue!”

“Ketiga, mendingan lo pergi jauh-jauh dari gue sekarang!”

Ravin menggelengkan kepalanya. “Adik Ara yang cantik, dengerin Babang Ravin juga ya.”

“Pertama, semua orang juga taunya kalo sekarang lo itu pacar gue. Kedua, gue nggak akan berhenti ngikutin lo!”

“Ketiga, Babang Ravin nggak akan pernah bisa jauh-jauh dari Ara!”

“Karena Ara separuh jiwa Babang yang hilang, Ra!” ujar Ravin dengan nada yang dilebih-lebihkan.

“Ara itu bagaikan—” Belum selesai Ravin berbicara, Ara sudah pergi meninggalkan Ravin. Telinganya sudah terlalu panas jika harus mendengar ocehan Ravin yang tak akan ada ujungnya.

“Ara, jangan tinggalin aku!” Ravin kembali mengejar Ara.

“Ara!”

Namun sepertinya hari ini ada yang berbeda dibandingkan hari-hari biasanya, Ara merasa jika hari ini dirinya benar-benar dijadikan sebagai sorotan. Biasanya Ara juga menjadi sorotan, karena siapa yang tak tahu Frappucino?

Namun kali ini, tatapan itu berbeda. Murid di SMA Melodi menatap Ara dengan tatapan sinis dan penuh kebencian.

“Oh, itu yang katanya selingkuhannya Randi?”

“Apa sih yang Randi liat dari Ara? Padahal kalo diliat-liat, Ara nggak ada apa-apanya dibanding Citra!”

“Ya namanya juga opsi kedua.”

Melihat Ara diperlakukan seperti itu, Ravin menatap segerombolan itu dengan tatapan tajam. “Apa liat-liat?”

“Belom pernah ya liat bidadari secantik Ara?”

“Apa lo semua belom makan pisang seminggu?”

“Ngapain lo semua disini? Bubar lo semua!” sentak Ravin.

“Liat deh, pacarnya ngebelain.”

“Kayaknya, Ara beneran pacaran sama Ravin deh.”

“Masa sih? Palingan juga itu cuma buat nutupin gosip. Lagian juga, mana mau sih Ravin pacaran beneran sama Ara?”

Mendengar ucapan tak baik tentang Ara, emosi Ravin semakin memuncak. Hidungnya sudah kembang kempis karena menahan amarah. “Heh, lo pada budeg, congean, apa gimana sih?”

“Ngapain lo semua masih disini?”

“Bubar lo semua!”

“Perlu gue keluarin jurus kamehameha gue?”

Have a Nice Dream [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang