[11] Comfort

59K 4.3K 456
                                    

Salah sendiri, mengapa kau masih saja mencintai orang yang sudah jelas-jelas tidak mencintaimu sama sekali?

Mata Ravin membola kearah luar UKS, banyak siswa dan siswi di SMA Melodi yang memperhatikannya dan Ara dari luar. “Liat deh, kayaknya Ara beneran pacaran sama Ravin!”

“Ih, so sweet banget sih suap-suapan gitu!”

So sweet mata lo cepirit? Itu sih Ara aja yang murahan. Siapa sih yang nggak mau sama Ravin?”

“Lagi juga kok Ravin mau-mauan ya sama Ara? Pake rela ditonjok sampe pingsan segala. Kayak nggak ada cewek lain aja!”

“Iya, siapa sih yang nggak tergila-gila sama Ravin? Udah ganteng, lucu, perhatian. Kurang apa lagi coba?”

“Apa jangan-jangan, Ara cuma manfaatin Ravin buat nutupin gosipnya sama Randi?”

“Eh, katanya Frappucino yang lagi hits banget itu mau bubar?”

“Bubar? Bukannya mau ganti vokalis ya?”

“Bagus, Frappucino nggak bego berarti. Buat apa coba punya vokalis yang suaranya bagus tapi hatinya busuk?”

Suara tawa pun terdengar dari luar sana. “Ara suaranya bagus? Suara kayak sapi ngeden gitu kok dibilang bagus?”

Tentu saja Ravin geram mendengar omongan yang tak menyenangkan tentang Ara. Ravin menatap Ara lekat, ekspresi wajah Ara seketika berubah menjadi murung. Sorot matanya memancarkan kesedihan yang tak dapat ia tutupi, walaupun Ravin tahu jika Ara bukan sosok yang sering menunjukkan kesedihannya.

Melihat itu, Ravin tampak ingin beranjak dari posisinya. Namun gerakannya terhenti ketika Ara berbicara. “Nggak usah diladenin, percuma juga.”

Ravin menghela napas. “Tapi mereka bikin Ara sedih, Babang Ravin nggak rela ada satupun orang yang bikin Ara sedih!”

“Gue bilang nggak usah ya nggak usah!” sentak Ara seraya menajamkan tatapannya kearah Ravin lalu beranjak bangun dari kursi UKS.

Ia memberikan kotak makan berwarna biru muda itu pada Ravin. “Tuh kotak makan lo, nggak usah ikut campur urusan gue lagi!”

Saat Ara ingin berjalan, ia sadar jika ada seseorang yang menahan tangannya. “Ra, jangan keluar sendirian.”

“Bukan urusan lo!”

Ravin menatap Ara dengan tatapan teduh. “Buat sekarang tempat ini nggak aman buat lo, Ra.”

Ravin beranjak bangun dari kasur UKS lalu menarik tangan Ara untuk keluar. Ara berdecak kesal. “Nggak usah pegang-pegang!”

Namun Ravin tak peduli, ia tetap menarik tangan Ara dan melewati gerombolan gosip yang menyebalkan itu.

Sesampainya di koridor parkir, Ara menepis tangan Ravin yang semula menggandeng tangannya. “Nggak usah pegang-pegang atau gue patahin tangan lo!”

“Lagian, tadi lo bilang tangan lo sakit?”

Ravin menunjukkan deretan giginya. “Sekarang udah sembuh kok, ‘kan tadi udah disuapin Ara.”

Have a Nice Dream [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang