[29] Indescribable Day

42.7K 3.3K 312
                                    

“Jika aku bisa menghentikan waktu, rasanya aku tak ingin waktu berjalan begitu cepat agar aku bisa terus bersamamu.”

Setelah Shanon dan beberapa temannya pergi, Ara dan Ravin menaiki vespa Ravin dan bergegas pergi meninggalkan koridor SMA Melodi.

Sudah 15 menit berlalu, namun rasanya motor Ravin tidak melaju kearah rumah Ara. Ara menepuk pundak Ravin. “Heh, rumah gue ‘kan arahnya nggak kesana!”

“Lo mau bawa gue kemana?”

Ravin tertawa. “Babang Ravin mau nyulik Ara.”

“Terus Ara disandra.”

“Abis itu Babang Ravin jadi buronan,” jawab Ravin asal.

Ara terkekeh. “Biarin aja, nanti lo digigit sama abang gue. Abis itu lo dimutilasi sama bokap gue!”

Ravin tertawa meremehkan. “Ya enggaklah.”

“Babang Ravin ‘kan udah sekongkol sama Bang Gama, sama Om Revo juga.”

Ara menaikkan satu alisnya. “Sekongkol apa?”

“Sekongkol buat jagain Ara.”

“Sekongkol buat bikin Ara bahagia.”

Entah mantra apa yang membuat tangan Ara mengacak rambut Ravin seraya tertawa. “Kenapa sih lo alay banget jadi manusia?”

Ravin membalas tawa Ara. “Tapi Ara suka, ‘kan?”

Tak lama, motor Ravin berhenti di suatu taman yang tak terlalu ramai, tetapi tak sepi juga. Di ujung sana terdapat beberapa anak-anak yang tengah bermain dengan temannya ataupun dengan orang tuanya. Di taman itu juga ada beberapa penjual makanan dan minuman yang menyusun barang dagangan mereka di dalam mobil yang terbuka. Disana juga ada penjual es krim yang langsung menarik perhatian Ravin.

“Bentar ya, Ra!” ujar Ravin lalu menghampiri tukang es krim itu lalu tak lama Ravin kembali dengan membawa dua es krim cone rasa cokelat dan stroberi.

Setelah itu mereka duduk di bangku taman yang tak terlalu besar. Mata Ravin teralih kearah seorang anak laki-laki berusia 5 tahunan yang tengah berlari dengan begitu bahagia. Lalu dibelakangnya ada wanita paruh baya yang sepertinya adalah ibunya.

“Mama, aku nggak mau makan!”

“Aku maunya main!” Lelaki kecil itu kembali berlari dari ibunya.

“Oke, sekarang kita main lari-larian ya? Kalo adek kalah, adek harus makan!”

Lelaki itu mengangguk cepat. “Mama kejar aku ya!”

Lelaki kecil itu lalu berlari, tak lama ibunya menangkap dan memeluk anak lelaki itu dari belakang seraya tertawa. “Ketangkep!”

“Ayo makan! Kalo nggak makan, nanti nasinya nangis loh!” Wanita itu mengarahkan sendok makanan itu kearah mulut anaknya seolah tengah menerbangkan pesawat. Tak lama, makanan itu sampai di mulut lelaki kecil itu.

Ia tertawa seraya memeluk ibunya. “Aku sayang Mama.”

Dari kejauhan, Ravin tersenyum tipis seraya menghela napas. Betapa bahagianya masa kecil anak lelaki itu. Ia memiliki masa kecil yang selalu Ravin idam-idamkan.

“Vin,” panggil Ara. Namun pandangan Ravin masih membulat kearah anak lelaki kecil dan ibunya. Ara mengikuti arah mata Ravin, ia mengerti. Lelaki itu pasti tengah bersedih walaupun ia begitu hebat menutupi kesedihannya.

“Vin,” panggil Ara lagi sehingga lelaki itu menoleh kearah Ara.

“Iya, Ra?” tanya Ravin seraya mengerjapkan matanya.

Have a Nice Dream [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang