[24] Clarity

42.3K 3.6K 601
                                    

“Semua orang pasti bakalan pergi ninggalin lo. Makanya mau nggak mau, lo harus siap sama yang namanya kehilangan.”

Akhirnya, Ara memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang pernah membuatnya tenang. Ke suatu tempat yang saat itu bisa membuat senyumannya kembali terukir.

Ara memakirkan vespa biru kesayangannya di halaman Rumah Singgah Harapan. Benar, tempat yang saat itu Ravin tunjukkan padanya dikala ia tengah terpuruk. Namun Ravin berhasil dan selalu berhasil untuk membuat senyuman Ara kembali lagi.

Dengan wajah penuh senyuman, seorang gadis kecil berlari kearah Ara secara berteriak, “Kak Ara!”

Setelah itu, gadis itu memeluk Ara. Ara tertawa hangat seraya membalas pelukan Putri-gadis kuat yang saat ini menderita penyakit kanker hati. Namun gadis itu masih bisa tersenyum dan menebarkan kebahagiaan untuk orang disekitarnya.

“Hai.” Ara mengelus rambut Putri seraya tersenyum.

“Aku seneng banget karena Kak Ara kesini lagi.”

“Masuk yuk, Kak?” ajak Putri seraya menarik tangan Ara. Ara mengangguk senang lalu mengikuti langkah Putri.

Sesampainya Ara di dalam, Yuki, Bayu, dan banyak sekali anak-anak disana yang menyambut kehadiran Ara dengan hangat. Mereka tampak sangat berbahagia. “Kak Ara!”

“Kakak tambah cantik aja, jadi tambah mirip kayak boneka barbie,” celetuk Yuki. Ara terkekeh kecil seraya mencolek pelan hidung Yuki.

“Bisa aja sih, kamu juga cantik.”

“Kak Ara bacain kita dongeng dong, Kak!” pinta salah satu gadis kecil disana. Namanya Kira, sepertinya usianya masih enam tahun.

“Iya, Kak. Kak Ravin suka bacain kita dongeng loh, Kak!” pinta yang lainnya.

“Oh iya Kak Ravin kemana, Kak? Kenapa nggak bareng sama Kak Ara?”

“Padahal kita kangen loh sama Kak Ravin.”

Ara tersenyum getir. “Kak Ravin lagi ada urusan jadinya dia nggak bisa ikut kesini.”

“Tapi Kak Ara yakin, Kak Ravin juga pasti kangen banget sama kalian.”

“Kak Ravin juga pasti kangen banget deh sama Kak Ara,” ledek Yuki.

Ara tertawa lalu mengacak rambut Yuki gemas. “Nakal kamu ya!”

“Kak Ara kangen nggak sama Kak Ravin?” tanya Yuki lagi. Ara terdiam sejenak, apakah mungkin ia merindukan sosok Ravin?

Lamunan Ara terbuyarkan ketika suara seseorang terdengar di ruangan itu. “Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam, Kak Ravin!” Semuanya bersorak gembira ketika Ravin datang. Rasanya, kehadiran Ravin seperti pahlawan yang selalu mereka nanti-nantikan.

Namun kini Ravin lagi-lagi tak sendiri, ia tampak bersama Shanon. Sosok gadis yang Ravin kenalkan pada Ara di ruang musik tadi.

Mata Ravin membulat kearah Ara. Ara pun menajamkan tatapannya kearah Ravin. Mata mereka bertaut beberapa saat sebelum Ravin mengakihkan pandangannya kearah anak-anak Rumah Singgah Harapan.

Have a Nice Dream [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang