[4] Issues

109K 7.3K 991
                                    

Setelah Ravin sampai di rumahnya, ia merebahkan tubuhnya diatas kasur lalu menyalakan televisinya.

🎼 Hidupku tanpa cintamu
Bagai malam tanpa bintang
Cintaku tanpa sambutmu
Bagai panas tanpa hujan

Jiwaku berbisik lirih
'Ku harus milikimu

Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta kepadaku
Beri sedikit waktu
Biar cinta datang karena telah terbiasa 🎼

Ravin membulatkan matanya. Sosok itu menyanyikan lagu ini dengan penuh penghayatan, seakan ia benar-benar tengah mengalaminya.

Iya, sosok itu adalah Ara—sang bidadari tak bersayap Ravin. Ara memang vokalis Frappucino, band yang sedang naik daun satu tahun belakangan ini.

Itulah sebabnya mengapa Ravin sudah mengenal Ara padahal mereka belum pernah berkenalan sebelumnya.

Ravin menghela napas berat. “Kenapa lo yang nyanyi kayak gitu, Ra?”

“Kenapa jadi lo yang keliatan sedih?”

“Harusnya ‘kan gue yang nyanyi lagu itu, Ra!”

“Ara sadar nggak sih kalo cinta Babang Ravin bertepuk sebelah tangan gara-gara Ara?”

“Remuk hati abang, Dek. Remuk!”

“Tapi Abang Ravin nggak akan pantang menyerah!”

“Gue yakin, lo pasti bakalan jadi pacar gue suatu hari nanti!”

Tapi bagaimana caranya? Berkenalan saja Ara tidak mau. Yang ada malah Ravin semakin patah hati ketika Ara malah tampak sangat akrab dengan Aron—sahabatnya sendiri.

Ravin menghentikan lamunannya ketika suara pintu kamarnya terbuka. Ravin menatap sosok itu dengan tatapan tajam. “Mau ngapain sih lo kesini?”

Iya, sosok itu adalah Aron. Aron justru tertawa lalu duduk disamping Ravin. “Kenapa sih lo? Sensi amat.”

“Dateng bulan lo ya?” tanya Aron seraya memegang kening Ravin yang tak terasa panas.

Ravin tersenyum sinis. “Belom puas lo nusuk gue dari belakang?”

Aron mengerutkan dahinya, ia bingung dengan maksud ucapan Ravin. Menusuk dari belakang? Apa maksudnya?

“Ngomong apa sih lo? Hah?”

Ravin menatap Aron tajam. “Nggak usah pura-pura nggak ngerti deh, Ron.”

Aron semakin bingung. “Lo ngomong apa sih?”

“Lo tau ‘kan, Ron gimana tergila-gilanya gue sama bidadari tak bersayap gue?”

“Melebihi cinta gue sama Jennie!”

“Tapi kenapa tiba-tiba lo ngerebut dia dari gue, Ron?”

“Gimana gue bisa ngerebut? Gue kenal dia aja nggak. Bahkan sampe sekarang aja lo nggak pernah ngasih tau gue siapa bidadari tak bersayap lo itu!”

“Aneh lo kadang-kadang!” Aron memijit pelipis kepalanya sendiri.

“Nggak kenal pala lo pitak?”

“Terus kenapa tadi lo rangkul-rangkul dia di parkiran?”

Aron semakin terbingung, ia mencoba mengingat apa yang terjadi. Tak lama, Aron tertawa terbahak-bahak.

Hal itu membuat Ravin semakin jengkel. “Nggak lucu.”

“Ya lucu lah, bego!”

Tawa Aron semakin pecah. “Jadi, bidadari tak bersayap lo itu si kucrut?”

Have a Nice Dream [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang