[1] First Met

201K 12.1K 1.8K
                                    

Untuk kamu, yang aku suka namun tak bisa aku miliki.

Hari senin.

Siapa yang cinta pada hari senin?

Hari paling menyebalkan bagi sejuta umat. Lagi juga mengapa rasanya tidak adil ketika butuh 6 hari untuk senin menuju minggu sedangkan hanya butuh satu hari untuk minggu menuju senin?

Hari senin juga hari yang paling menyebalkan bagi seorang Ravin Bagaskara, bukan seorang siswa teladan di SMA Melodi.

Kamu tidak akan menemukan lelaki ini di barisan paling depan upacara bendera, karena memang Ravin tak pernah mengikuti upacara bendera walaupun sudah berkali-kali dihukum.

“Ravin! Mau kemana kamu?” teriak Pak Handoko—seorang guru kesiswaan di SMA Melodi.

“Ngitungin bulu nyamuk, Pak!” jawab Ravin tanpa berhenti berlari untuk kabur dari paksaan Pak Handoko untuk mengikuti upacara bendera yang menurut Ravin sangat melelahkan.

Ravin terus berlari cepat, sampai akhirnya ia menghentikan langkahnya di depan ruang musik SMA Melodi. Dengan cepat, tangan Ravin membuka pintu ruang musik dan masuk kedalamnya.

Ruang musik yang selalu menjadi tempat berlindungnya dari upacara bendera di setiap hari senin. Karena baginya, dibandingkan harus berpanas-panasan mengikuti upacara bendera lebih baik ia berkutat dengan piano kesayangannya yang ada di ruang musik itu.

Good morning, Sweety!”

I'm coming!” teriak Ravin lalu duduk di depan piano kesayangannya yang ia beri nama Sweety.

Aneh memang, Ravin yang notabene-nya dikenal sebagai seorang bad boy di SMA Melodi justru sangat suka bermain piano. Ravin juga suka dengan lagu-lagu klasik.

Perlahan, jemari Ravin memainkan piano yang ada didepannya. Ravin meresapi setiap nada yang dihasilkan dari piano tersebut. Karena menurut Ravin, nada-nada itu yang bisa memahami dirinya.

Dengan bermain piano, ia bisa bercerita tentang apa yang ada didalam perasaannya tanpa harus bicara pada siapapun.

Namun jemari Ravin seketika berhenti memainkan piano kesayangannya ketika Ravin melihat seorang perempuan dengan kepala menunduk dan rambut tergontai ke bawah di sudut ruangan. Perempuan itu hanya terdiam tanpa berbicara apapun.

Kaki Ravin bergetar. “Mbak Kunti!”

“Lo Mbak Kunti, ‘kan?”

“Tolong, Mbak. Jangan ganggu!”

“Gue masih mau hidup!”

“Lo suruhan Pak Handoko ya?”

“Bilang sama Pak Handoko.”

“Gue janji, senin depan gue bakalan upacara! Gue janji nggak bakalan malakin anak orang lagi! Gue janji, gue nggak akan bolos selama dua hari!”

“Apa jangan-jangan lo utusan Mang Dodo?”

“Gue janji gue bakal bayar utang!”

“Gue juga janji hari ini nggak bakalan ngutang bakso!”

Namun anehnya, perempuan itu malah menghela napas kesal seraya menyeka rambutnya yang sedari tadi menutupi wajahnya lalu menatap Ravin dengan tatapan tajam. “Bisa nggak sih pagi-pagi nggak usah berisik?”

Dengan sedikit takut, Ravin menatap balik sosok itu. “Lo bukan Mbak Kunti?”

“Mbak Kunti pala lo peang!”

“Ganggu orang tidur aja tau nggak sih lo?” dumel gadis itu. Yang ternyata juga seorang murid di SMA Melodi.

Ravin membulatkan matanya kearah gadis itu, Ravin menatapnya seakan tak ingin melepaskan gadis itu dari pandangannya. Ravin sepertinya tak asing dengan gadis itu. “Lo?”

Ravin turun dari bangku yang ia naiki lalu menghampiri gadis yang ada di sudut ruangan itu.

Namun gadis itu malah mengarahkan sapu yang ada didekatnya kearah Ravin.

“Heh, mau ngapain lo?”

“Diem di tempat!”

“Nggak usah deket-deket! Lo mau gue laporin ke kepala sekolah karena lo udah ganggu jam tidur gue?”

Gadis itu mengambil tas-nya lalu bergegas pergi meninggalkan ruang musik.

“Eh tunggu!”

“Nama bapak lo siapa?”

“Maksud gue, nama lo siapa?”

Sebenarnya, siapa sosok gadis misterius itu? Apakah Ravin sudah mengenal gadis itu sebelumnya? Namun bagaimana bisa?

TBC

Author Note:
Hai, gimana kesan pertama kalian? Semoga kalian akan jatuh hati ya dengan cerita ini. Thanks for reading

Alya Ranti

Have a Nice Dream [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang