“Karena lo nggak pernah ada di posisi gue!” sentak Lovita dengan setengah berteriak.

“Lo nggak pernah tau rasanya gimana, Vin!” Emosi Lovita semakin meluap-luap. Bahkan terlihat jelas jika matanya kini berkaca-kaca.

“Mungkin pacar lo nggak akan sadar kalo gue ini dulu temen kecilnya.  Temennya yang buruk rupa, gendut, jelek, bego, nggak punya temen!”

“Dan gue benci liat Ara yang dibilang cantik, pinter, berbakat sama orang-orang! Bahkan orang tua gue selalu ngebanding-bandingin gue sama dia karena dulu cewek sialan itu selalu menang ajang bermusik dari dia kecil!”

“Orang tua gue bilang kalo mereka malu punya anak kayak gue!”

“Anak 5 tahun mana yang nggak tertekan waktu ada di posisi itu? Yang harusnya anak-anak lain bahagia, tapi gue malah dibanding-bandingin sama cewek biadab itu!”

“Gue benci liat Ara punya nyokap bokap yang sayang banget sama dia. Ara punya nyokap bokap yang bisa nerima dia apa adanya!”

“Ara bisa bebas ngelakuin apa yang dia mau, sedangkan gue harus terkurung didalem rumah yang kayak penjara!” ujar Lovita penuh emosi. Mukanya kini sudah benar-benar memerah.

“Gue seneng banget waktu umur 6 tahun dia pindah jauh ke Cambridge. Hidup gue tenang tanpa cewek sialan itu!”

“Tapi hampir 2 tahun kebelakang dia malah balik ke Indonesia. Dan dengan bajingannya cewek itu bikin band yang bisa-bisanya naik daun!”

“Dan dia satu band sama Chiko, cowok yang gue incer dari awal gue masuk SMA tapi dia nggak pernah ngeliat perjuangan gue sama sekali padahal gue udah ngerombak diri gue jadi cewek yang dia suka!”

Iya, kini Lovita memang sudah memiliki badan yang proporsional dengan wajah cantik dan kulit yang putih bersih bak bintang iklan. Tetapi nyatanya kehadiran Ara kembali menghancurkan apa yang ia harapkan selama ini.

“Puncaknya adalah ketika gue tau kalo Ara sama Chiko ternyata udah hampir 6 bulan pacaran. Tapi cewek brengsek itu backstreet sama Chiko.”

Ara pernah berpacaran dengan Chiko? Benarkah? Sebagai fans Ara yang bisa dibilang cukup fanatik, mengapa Ravin tak tahu tentang hubungan Ara dengan Chiko?

Pantas saja Chiko yang paling emosi jika bertemu Ara.

Lovita melanjutkan ucapannya. “Biadabnya, dia justru pindah ke sekolah kita beberapa bulan terakhir ini.”

“Dan semenjak itu semua orang ngomongin dia, semua orang bangga-banggain dia, semua orang kagum sama dia!”

“Gue udah nggak tahan lagi sama semuanya, gue cuma mau ngeliat dia hancur, Vin! Gue capek kehilangan semua yang gue punya karena dia!”

Ravin masih menatap Lovita dengan tajam. “Tapi cara lo salah, Lov!”

“Disini Ara nggak salah.”

“Dan rencana lo buat ngancurin Ara itu kriminal tau nggak?”

“Pokoknya lo harus klarifikasi sama semua media atas perlakuan lo! Lo juga harus klarifikasi sama pihak Frappucino!”

Lovita tertawa penuh arti. “Gue salah?”

“Ara selalu ngerebut kebahagiaan gue! Gue nggak pernah bahagia! Terus gue salah?”

“Gue cuma mau cewek sialan itu tau gimana rasanya jadi gue!”

“Jaga omongan lo, Lov! Jangan lagi lo ngomong yang nggak-nggak tentang Ara di depan gue!” sentak Ravin.

“Kenapa emangnya? Hah?”

“Gue cuma mau dia tau gimana rasanya dipandang sebelah mata sama orang lain! Gimana rasanya semua orang benci sama dia! Gimana rasanya nggak ada satupun orang yang percaya sama dia. Gimana rasanya ada di titik terendah di hidup dia!” teriak Lovita sekencang-kencangnya. Ia meluapkan semua yang ia rasakan.

Sehingga datang beberapa orang bertubuh besar dan berwajah garang yang sepertinya adalah penjaga di rumah Lovita.

“Non Lovita, ada apa?”

Lovita tak menjawab. Ia justru membulatkan matanya kearah Ravin.

“Terserah lo mau anggep gue apa, Vin. Terserah lo mau nilai gue apa. Tapi gue nggak akan pernah bisa berhenti buat benci sama cewek lo!” teriak Lovita lagi beriringan dengan air matanya yang mengalir.

“Habisi dia!” suruh Lovita.

Mendengar itu, salah satu dari bodyguard Lovita menghampiri Ravin dan menghantamnya dengan kuat.

“Berani-beraninya anda membuat Non Lovita menangis!”

“Gue begini karena emang majikan lo yang salah!” sentak Ravin lalu berdiri dan menghantam balik lelaki itu.

Namun satu orang bodyguard lainnya ikut menghantam Ravin dari belakang dan membanting kuat tubuh Ravin sehingga lelaki itu terjatuh. Namun Ravin tak gentar, ia kembali bangun dan menghantam kuat beberapa orang bertubuh besar itu.

Tatapan Ravin begitu tajam dan menyeramkan.

Shanon menatap takut Ravin yang kini tengah melawan orang-orang itu. Sedangkan ia bingung harus berbuat apa.

“Nggak usah sok jagoan, bocah!” Sosok itu menghantam perut Ravin dengan sangat kuat sehingga Ravin memuntahkan darah dengan cukup banyak.

Setelah itu, lelaki itu kembali membanting tubuh Ravin dan menginjak kuat perut Ravin. Shanon menutup matanya, tak kuat melihat darah yang kembali keluar dari mulut Ravin. Setelah itu, sosok itu mendaratkan pukulannya ke wajah Ravin yang kini sudah tak berdaya lagi.

Lovita tertawa puas melihat Ravin yang sudah lemah tak berdaya. Ia tersenyum meringai menatap Ravin. “Mau apa lagi lo sekarang? Hah?”

“Mau belain cewek lo lagi?” Lovita tertawa semakin kencang.

“Lo juga, ngapain lo masih disini? Mau kayak dia juga?” tanya Lovita pada Shanon.

“Atau lo mau yang lebih parah dari itu?”

Shanon menggelengkan kepalanya, namun ia tak mungkin meninggalkan Ravin sendirian. Tapi ia tak mau juga jika mereka berbuat sesuatu yang tak diinginkan pada Shanon.

“Pergi, Sye,” lirih Ravin lemah.

Tak lama, Ravin menutup matanya. Ia terkapar lemah di lantai tanpa bisa berbuat apa-apa lagi.

Apakah Ravin akan baik-baik saja?

TBC

Author Note:
Kalian nyangka nggak kalo ternyata selama ini Lovita pelakunya? Lovita sahabat Ara sendiri. Jahat banget nggak sih? Oh iya, kira-kira Babang Ravin gimana ya? Thanks for reading

Alya Ranti

Have a Nice Dream [Completed]Where stories live. Discover now