Seketika sadar, Amel mendorong Devan dengan kasar. Devan maju otomatis Amel mundur beberapa langkah.

"Jangan mendekat!!!" pekik Amel.

Devan mencoba menggapai lengan Amel namun dengan cepat cewek itu menghindar. Cewek itu berlari ke tengah jalan ia menghiraukan teriakan Devan ia tidak peduli berapa banyak mobil yang berlalu lalang. Yang hanya ada di fikirkan adalah berlari sejauh mungkin.

Mata Devan melebar saat mobil melaju dari arah kiri kini tatapannya beralih Amel yang belum menyadari mobil itu hingga....

"Amel awas!!!!!"

Dengan seribu langkah, Devan mencoba untuk menggapai tangan Amel lebih dekat dengannya dan....berhasil!. Devan mendekap tubuh mungil gadisnya yang bergetar sangat- sangat erat.

"Hampir saja aku kehilangan kamu, Mel. Aku muhon, jangan lakuin ini lagi. Kamu buat aku tersiksa hah?! Untung saja aku tidak terlambat jika tidak...."

"Mungkin saja aku sudah kehilangan kamu, Mel"

Amel terisak, rasa bersalah menyelimuti dirinya. Apa dirinya sudah keterlaluan kepada Devan? Demi apa pun ia sangat berterima kasih telah di berikan lelaki yang sempurna seperti Devan.

Tidak! Ia tidak boleh luluh karena perhatian kecil yang di berikan Devan kepadanya, entah mengapa kejadian kemarin sudah untuk di lupakan. Semakin mencoba melupakan, semakin mengingatnya.

Amel memalingkan wajah saat usapan lembut mendarat di pipinya. Devan menghela nafas gusar.

"Kamu masih marah?" ucap Devan meninggikan suara.

Selalu saja begitu.

"Jangan bersikap keanakakan gini. Kita bisa selesaikan ini baik-baik. Aku capek, Mel, ladenin kamu yang terus bersikap kaya gini. Kamu gak pernah hargai usaha aku, Mel. Sikap kamu bikin aku muak," bentak Devan.

Amel tertawa renyah. "Capek? Lebih capek mana yang terus hadapin sikap kamu yang berubah-ubah. Satu tahun, Dev! Satu tahun, bukan waktu sebentar buat aku sabar ngadepin kamu dan ngerubah kamu. Kamu gak suka aku dekat dengan cowok lain. Dan kamu! Kamu selalu marah, marah dan marah melarang aku ini itu semau kamu!! Dan sekarang, kamu lakuin apa yang kamu mau tanpa fikirin perasaan aku. Kamu itu egois! Dev! Egois!"

Devan menggengam tangan Amel. "Aku minta maaf. Aku kebawa emosi, "

'Buat apa minta maaf jika mengulagi kesalahan yang sama'

"Aku benci kamu, Dev"

Devan mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Sejahat itu kah dia? Apa yang harus dirinya lakukan? Ya, Devan akui ia tidak bisa mengontrol emosinya karena itu yabg membuat hubungannya semakin kacau.

~~BOB~~


"Amel!!!!"

Suara pekikan seseorang menggelegar ruang kelas. Semua siswa yang berada di kelas itu menatap jengkel Citra tetapi yang di tatap hanya mengangkat bahu acuh nya.

"Amel! Lo harus tau, hari ini gue senang banget, banget! Omg ji! Jantung gue rasanya mau keluar. Haduh! Gue seneng banget sumpah! " oke, bisa dikatakan Citra lebay saat ini tapi...memang benar sih.

Sedangkan lawan bicara hanya diam tanpa minat menjawab. Fikiran nya masih melayang entah kemana, memikirkan semua yang tidak harus ia fikirkan memang membawa beban tersendiri.

Senyum Citra perlahan menyurut melihat keadaan sahabatnya jauh dari kata baik. Sebenernya, ia bingung masalah apa lagi yang dihadapi sahabat nya ini selalu saja ada yang mengganggu hubungan mereka. Dan kenapa banyak sekali yang tidak suka melihat Amel bahagia?

Backstreet Of Badboy (COMPLETED)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang