Menyadari kru kapal ini sedikit dan tak adanya anjing pengendus, para eksekutif memutuskan menggunakan tenaga kru dapur, kru mesin dan kru perbaikan sebagai 'polisi' pengecek para penyintas apakah ada yang terkena gigitan infeksi atau tidak sebelum memasuki kapal.

Langsung bisa kulihat ada potensi bencana disitu sampai aku tak sengaja menyeplosnya begitu saja kepada para eksekutif.

Pemikiranku, kalau hanya menerima satu atau sepuluh mungkin masih aman, tapi bagaimana jika skenarionya ada ratusan atau ribuan penyintas datang berdesak-desakan masuk.

Apakah sempat dan mau jika para penyintas itu diminta satu persatu untuk melucuti semua pakaiannya.

Dan bagaimana jika kelalaian terjadi, hingga lolosnya yang terinfeksi tanpa diketahui.

Lalu menulari satu kapal?

Walau mengetahui dengan benar kurangnya personil bertugas, aku lebih memilih fokus pada satu tujuan. Seperti satu kapal khusus untuk tempat para tentara penyerang, lalu tentukan satu kapal lain khusus untuk ribuan penyintas dengan tentara penyelidik khusus, bukan petugas dapur yang dipaksa jadikan penyelidik.

Salah satu pembahasan yang kudengar cukup menyegarkan suasana keruh adalah pembahasan pengisian suplai senjata pelengkap dan makanan kekapal ini yang sudah dijalankan oleh ayahnya Pierre, Karl Malström.

Ternyata benar kemarin saat Delhart datang, dikuras banyak makanan dan senjata yang ada sehingga membuat kapal Aegis ini hanya sekadar kapal layar saja bukan kapal perang seperti yang seharusnya.

Tuan Karl juga menceritakan tentang kekacauan terkini didarat seperti penjarahan, pembunuhan, perdagangan obat palsu yang digadang-gadang dapat penyembuh mereka yang tertular, kekacauan karena kurangnya pasokan bensin dan senjata. Bahkan menurutnya kegagalan pasukan utama menahan zombie ke utara jepang karena imbas kacaunya sistem pengiriman suplai bensin, senjata serta makanan.

Tapi untungnya dari awal kejadian keluarga Malström cepat mengumpulkan pegawai bahkan tentara bayaran walau dengan jumlah terbatas untuk mengamankan tempat pabrik-pabrik penghasil suplai terpenting perusahaannya walau belum tahu sampai kapan itu akan bertahan.

Kusadari sekarang bahwa Komander Pride ternyata cukup pintar untuk mengumpulkan orang-orang yang punya pengaruh kuat. Pantas tak ada ia halangi Delhart kemarin mengambili senjata dan tentara-tentara yang keloyalitasannya tak dapat dipegang.

.

.

Selesai pidato, Pierre melakukan penelusuran ke seluruh ruangan. Aku yang tak ada kerjaan pun mengekori dibelakangnya bagai asisten setia.

Pierre seakan ingin memastikan keberadaan dirinya diketahui oleh seluruh awak kapal. Ia menyalami mereka semua, tersenyum dan berbicara basa-basi bagaikan kampanye calon kepala daerah.

"Ternyata keluarga kita memang mirip ya," katanya ketika melangkah santai dikoridor. "Keluargaku juga bukan tipe Que será, será."

Ia lanjut membandingkan sejarah jaman dulu keluarga dari buyut-buyut-buyut- neneknya yang selamat dari wabah black death yang berhasil menghabisi jutaan penduduk eropa dalam waktu singkat.

"Jadi pasti keluargaku juga bisa selamat dari wabah sekarang ini!" timpalnya lagi sambil menarik buka pintu kamar mandi dan melongokkan kepalanya kedalam.

Ia benar-benar bertekat menyalami semua kru.

Ditutupnya lagi pintu kamar mandinya dengan pelan setelah tak menemukan siapapun kemudian ia menghembuskan napas panjang nan dramatis.

"Kau tahu Lucian,"
Katanya, mendadak serius.

"Aku sih masih cukup positif tentang hal ini semua. Tapi mendengar video suara jerit penderitaan anak-anak malang itu di museum kemarin-"

RED CITY : ANNIHILATION Where stories live. Discover now