"Besok panggil orang tua kalian untuk datang ke sekolah. Ibu akan buatkan surat pemanggilan orang tua kalian"

"Udah kan cuma itu" Devan bersuara.

Bu Risma memijat pelipisnya menghadapi anak-anak bermasalah seperti mereka butuh kesabaran ekstra.

"Baiklah kalian boleh keluar. Dan ingat besok orang tua kalian harus datang"

"Yaelah itu mah urusan gampang" sahut Alan enteng.

Memberitahu orang tua mereka datang ke sekolah? Tidak mungkin mereka beri tahu, dari dulu memang seperti itu. Mereka menyuruh seseorang berpura-pura untuk menjadi orang tua dari mereka.

"Silakan kalian boleh pergi" pasrah bu Risma.

Devan berdecak. "Ck, dari tadi kek" ucapnya lalu menyelonong pergi tanpa berpamitan ter berlebih dahulu. Alan dan Ardan mengekori dari belakang.

Saat Amel keluar dari bilik toilet, seseorang mendorong tubuhnya cukup keras hingga menimbulkan suara. Orang itu ialah Olivia, tidak cukup sampai disitu ia mencekik leher Amel membuat gadis itu sulit bernafas.

"JADI LO CEWEK SIALAN ITU! LO GAK PANTES BERSANDING DENGAN DEVAN, DEVAN ITU CUMAN MILIK GUE. LO CUMAN BENALU DIHIDUPNYA. GUE MAU LO PUTUSIN DEVAN SEKARANG!!?"

Amel menggeleng cepat melepaskan Devan cuma gara-gara ancaman cewek itu. Ah! Yang benar saja.

"G-gue....g-gak...a-akan...p-pernah...l-lepasin...dia" ucap Amel susah payah.

"BERANI LO SAMA GUE HAH!!?" Olivia mengeratkan tangannya, Amel mencoba melepaskan tangan Olivia dari lehernya namun hasilnya nihil.

"L-lepasin gue bisa mati, Li. Gue mohon"

"ITU YANG GUE PENGEN SEKARANG LIAT LO MATI SEKARANG. GUE GAK MAU ADA YANG GANGGU HUBUNGAN GUE SAMA DEVAN. LO ITU CEWEK MURAHAN YANG NGEREBUT DEVAN DARI GUE. APA LO GAK LAKU DILUAR SANA, WALAUPUN LO JUAL DIRI LO GUE GAK PEDULI!!!"

Sudah cukup ia diam tidak melawan. Sudah cukup semuanya, ia tidak mau orang lain ikut campur dalam hubungannya. Ucapan Olivia sudah keterlaluan ia tidak boleh diam saja. Ya, tidak boleh.

"Jaga ucapan lo"

"KENAPA? UCAPAN GUE BENER KAN? LO TUH CUMAN CEWEK PEMBAWA SIAL YANG DATENG DIKEHIDUPAN DEVAN. GUE TAU SEMUA TENTANG MASA LALU LO YANG GAK BERGUNA ITU. SAMPAI LIBATIN DEVAN DALAM PERMAINAN LICIK LO"

"P-permainan? Gur gak pernah jadiin Devan sebagai permainan gue" sargah Amel.

"Lo kemana waktu Devan butuhin lo, lo tinggalin dia di saat dia butuh lo. Lo malah jalan sama cowok lain sementara Devan hampir gila karna lo. Cewek murahan disini itu lo bukan gue"

Plakk

Amel memengangi pipi kanannya yang memerah akibat tamparan keras dari Olivia. Cewek itu menatap tajam Amel, tatapan itu seperti iblis bagi Amel.

"BICTH!!! MULAI BERANI LO SAMA GUE HAH!!? GUE PERINGATIN SAMA LO UNTUK MENJAUH DARI DEVAN ATAU NYAWA LO SEBAGAI TARUHANNYA! INGET KATA-KATA GUE, GUE GAK PERNAH MAIN-MAIN SAMA UCAPAN GUE. JADI PERSIAPKAN DIRI LO UNTUK MENEMUI AJAL LO"

"GAK ADA YANG BOLEH DEKETIN DEVAN KECUALI GUE"

Setelah mengucapkan itu, Olivia pergi meninggalkan Amel. Tubuhnya bersandar dengan tembok, kakinya terlalu lemas untuk menyanggah tubuhnya, ia duduk memeluk lututnya,ia menangis dalam keheningan. Ia tidak mengerti mengapa takdir seperti ini.

Apakah ia tidak pantas untuk bahagia?

Ia capek menghadapi semuanya. Kenapa tuhan tidak adil kepadanya?

Backstreet Of Badboy (COMPLETED)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang