Jangan kalian kira Devan tidak mempunyai musuh. Jika kalian berfikir seperti itu maka kalian salah besar!

Devan Aditama ketua geng motor yang mempunya banyak musuh diluar sana yang ingin menghabisinya karna dendam dan iri dengan dirinya membuat mereka berfikir seperti itu. Dan ini merupakan faktor utama penyebab hubungan mereka backstreet ia tidak mau kesalahan yang dia buat dulu kembali terulang dan menjadikan Amel sebagai umpan mereka.

Dulu saat dirinya belum berpacaran dengan Amel, ia benar-benar menjadi berandalan. Selalu mengikuti balapan, dan sering ke club bersama teman-temannya membolos dan tidak pernah mengikuti aturan disekolah. Kedua orang tuanya pun dibuat pusing dengan sikap anaknya, mereka sering dipanggil oleh guru karna sikap anaknya tidak pernah berubah. Entahlah, mereka tidak tahu penyebab Devan menjadi seperti ini.

Pada suatu hari ia bertemu dengan gadis cantik yang memiliki masa lalu kelam, dan meninggalkan luka yang mendalam. Sikap dingin dan cuek membuatnya penasaran dengan gadis itu. Menurutnya dia gadis yang unik. Setahun mereka berpacaran Amel sedikit demi sedikit merubah sikap Devan menjadi lebih baik tidak seperti dulu. Amel memang membawa pengaruh besar baginya sebab itu membuatnya sangat menyayangi kekasihnya itu.

Devan berhasil melewati rintangan melompati tembok pembatas dan seperti biasa ia berjalan santai melewati koridor yang sepi sudah pasti waktu pembelajaran sudah dimulai. Dalam hati ia berdoa tidak bertemu bu Susi guru BK mengawasi anak-anak yang terlambat.

Suara deheman membuat langkahnya terhenti.

"Ehemm"

Tubunya mematung ia sangat mengenali suara itu dari dulu ia tidak pernah absen untuk bertemu dengannya sampai ia muak mendengar ceramah dari orang itu.

"Kamu telat Devan" ucap seorang yang tak lain ialah bu Susi.

"Eh, ibu" ucap Devan cengengesan seraya menggaruk tengkuk tidak gatal.

"Saya sudah lama tidak berurusan dengan kamu dan hari ini saya kembali melihat kamu telat, mulut saya sudah gatel ingin memberi kamu hukuman" ucap bu Susi menatap tajam Devan. Dari tatapannya seperti singga siap menerkam mangsanya...

"Duh! Saya baru telat hari ini masa udah dihukum aja sih, bu" protes Devan.

"Sekarang kamu lari 20 kali keliling lapangan" balas bu Susi tegas.

"Kok dihukum sih, bu. Saya telat dua puluh menit doang" ucap Devan tidak terima.

"Cepat! Ke lapangan sekarang atau saya tambah hukuman kamu" ucap bu Susi meninggi. Untung keadaan sekitar sepi sehingga ucapan bu Susi tadi tidak menjadi pusat perhatian.

"Eh? Jangan tapi-"

"Saya tidak menerima bantahan! Capat ke lapangan" titahnya menujuk ke arah lapangan.

Dengan berat hati Devan mengikuti perintah guru itu, meskipun dulu ia selalu melanggar peraturan namun untuk hukuman ia selalu melakukanya. Dia masih ingat perkataan Amel 'kalau kamu lakuin kesalahan, kamu harus terima konsekuensinya' ia tersenyum setiap mengingat, betapa beruntungnya memiliki kekasih yang bisa bersikap dewasa. Tak salah memilih pendamping hidup seperti sosok Amel.

Devan menghapus peluh yang membasahi wajah tampannya lalu berlari kecil menuju pinggir lapangan kedua tangannya digunakan untuk menopang tubuhnya. Memejamkan mata membayangkan gadis membuatnya gila akhir-akhir ini. Senyuman tatapan sentuhan membuat rindu gadis itu.

"Hai"

Devan membuka matanya lalu menoleh dan menaikan alisnya. Gadis yang pernah diceritakan oleh kekasihnya ada di hadapannya. Sudah tidak aneh bagi Devan setiap hari dikelilingi para cewek dan itu semua membuatnya risih.

Backstreet Of Badboy (COMPLETED)✅Where stories live. Discover now